Dalam Dekap Rasa (Part 2)

Leave a Comment
17 Januari 2010
Dear Tuan Pemberi Rasa Hujan lagi. Kembali ku semai harap. Meski ku tahu, harap hanya akan berwujud harapan. Tak kan pernah menjadi kenyataan. Karena aku mencintaimu, yang tak nyata. Tapi perasaanku ini nyata adanya. Meski bayang-bayang semu iringi langkahku, selalu. Bayang kamu. Bermain di pelupuk mataku. Memang aku tersiksa pendam rasa. Tapi aku nyaman menanggungnya. Karena ku percaya pada rasa. Yang tak kan pernah khianati hati, terlebih cinta. Dan kau yang memberiku rasa, percayakah kau pada rasa?
Salamku, Buana
1 Comment
Restu
Buana, bolehkah ku kenal kamu? Seperti halnya kamu yang mencintainya, aku juga telah jatuh cinta pada tulisanmu, pada kisahmu. Maaf, jika aku lancang dan kau merasa keberatan. Buana. Cinta itu nyata dan dia ada untuk dinyatakan, bukan dipendam. Kamu tahu itu kan?
January 17, 2010 09.15 PM

Di sudut kota lainnya….
Lagi-lagi dia meninggalkan komentar. Lagi-lagi dia bersikap sok tahu. Padahal, mengenalku saja tidak tapi seolah-olah dia ada di dekatku dan mengenal keseluruhan hidupku. Dasar aneh. Aku yang jatuh cinta kok dia yang repot menyuruhku mengutarakan perasaanku? Dan lagi, dia tak bosan-bosannya mengajakku bertemu. Dia keras hati juga padahal sekalipun aku tak pernah menghiraukan ajakan tersebut. Bukannya tak ingin, tapi…. Entahlah. Awalnya aku memang keberatan dengan komentar-komentarnya. Blog ini adalah tempat meracau tentang segala hal. Ranah pribadiku jadi aku keberatan jika ada yang mengusiknya. Salahku juga curhat di dunia maya, dunia dimana semua hal seolah tanpa batas dan siapapun bisa msuk ke ‘rumahmu’ tapi hanya cara ini yang bisa membuatku tenang. Dadaku serasa plong sehabis mencurahkan isi hati di sini. Namun, tiba-tiba orang ini, yang menamakan dirinya Restu, mengusikku. Belum lagi setiap komentar di akhiri dengan ‘Bolehkah aku mengenal kamu?’ Tuhan, tidak adakah tempat untukku bisa sendiri tanpa di usik oleh siapapun?

24 Januari 2010
Pernahkah kau mencintai seseorang sampai-sampai kau merasa semuanya itu benar? Kau tidak mengerti, tiba-tiba saja, dhuarrrrr hatimu meletup-letup riang karena matamu menangkap sosoknya. Seringkali kau bertindak bodoh, tapi hal itu baru kau sadari belakangan.
Sekarang aku sedang berada di posisi itu. Dan lagi-lagi aku berbuat bodoh.
Siang tadi.
Kembali ku seret langkah ke pinggir lapangan tempat kau biasa merumput. Ditemani sebuah novel, segelas kopi dan sejumlah lagu di playlist yang terdapat di telepon genggamku. Berkali-kali ku alihkan tatapan dari halaman novel ke arahmu yang tengah berlaga di lapangan sana. Namun, ketika kira-kira kau melihatku, segera ku palingkan mata ke novel lagi. Selalu begitu. Aku tidak ingin kau memergokiku tengah menatap penuh harap padamu.

Namun seolah angin mendengar pintaku, tanpa disengaja dia membawa bola yang tengah kau perebutkan ke arahku. Sontak hatiku berjumpalitang riang. Inilah saat yang ku tunggu-tunggu. Aku berdekatan denganmu. Dan, benar saja. Kau berlari kecil ke arahku –ke arah bola itu. Butiran keringat beterbangan dari rambutmu. Ku tatap kamu dari balik bulu mata. Secara diam-diam. Bola itu berhenti tepat di kakiku. Seolah mendapat dorongan gaib, ku letakkan novel dipaha dan ku ambil bola itu. Dengan dada bergemuruh hebat, ku serahkan bola tersebut. “Thanks ya,” katamu lembut. Tak lupa sebaris senyum terlukis di wajahmu.
Tapi aku hanya bisa diam. Membalas kata-katamu dengan senyum. Ragu-ragu. Dan kau pun tak ambil pusing dengn tingkahku. Mungkin bagimu aku hanyalah perempuan kurang kerjaan yang sering menghabiskan waktunya dengan membaca buku di pinggir lapangan. Sendirian. Seolah tak ada teman. Ah, seandainya saja kau tahu apa yang mendorongku menghabiskan waktu berjam-jam di pinggir lapangan ini. Tapi kau tak pernah tahu. Sama seperti kau tak pernah tahu isi hatiku. Juga seperti kau yang tak pernah tahu siapa aku.
Dan selamanya aku hanya bisa menatapmu dalam diam.

Salamku, Buana
3 comments
Restu
Pernahkah kau dengar kalimat bijak “Kesempatan itu tak kan datang dua kali. Sekali kau dapatkan, segera tangkap.” Lalu mengapa kamu malah menyia-nyiakan kesempatan itu? Angin telah membawanya ke hadapanmu, itulah saat yang tepat untukmu memulai. Setidaknya, biarkan dia tahu bahwa kamu ‘ada’. Maafkan aku jika bersikap lancang. Aku hanya merasa bahwa tindakanmu untuk tetap diam adalah suatu kesalahan. Dan Buana, sekali lagi aku bertanya, bolehkah aku mengenalmu?
January 24, 2010 20.47
Buana
Thanks for comments. I live in my own world with my own way, itu yang selalu ku tekankan kepada diriku sendiri.
January 25, 2010 14.45
Restu
Sekali lagi Buana, bolehkah aku mengenalmu? Kumohon, jawablah.
January 25, 2010 19.17


Aneh. Buana selalu membalas komenku tapi mengapa dia tidak pernah menggubris ajakanku untuk bertemu? Seolah klimat itu tidak pernah ada. Hal tersebut membuatku uring-uringan. Aku ingin bertemu dia, gadis yang berhasil memakuku melalui tulisan-tulisannya. Aku ingin mengenal dia, mengetahui seperti apakah pria yang membuat dia tergila-gila. Aku ingin memberitahunya bahwa tidak seharusnya dia larut dalam rasa tak berbalas itu. Bahwa ada orang lain yang mencintainya tapi dia tidak tahu karena selama ini hati dan pikirannya terpaku pada satu orang saja. Dia mungkin tidak mengenalku, sama seperti pria itu yang juga tidak mengenalnya. Dan aku juga tidak terlalu mengenalnya. Maka dari itu aku ingin bertemu dengannya agar aku bisa mengenal dia.
Agar dia bisa mengenalku.

January 31, 2010
Dalam Dekap Rasa Pernahkah kau jatuh cinta? Tanpa kau sadari, tiba-tiba saja perasaan itu muncul di hatimu, berdiam di sana untuk waktu yang entah sampai kapan. Pernahkah kau jatuh cinta? Pada seseorang yang membuat hatimu jungkir balik sementara dia berada jauh di luar pandangan matamu. Pernahkah kau jatuh cinta? Pada sebuah kisah memilukan dimana tokoh utamanya begitu mengharap cinta seorang pria. Dan si tokoh utama itu memaparkan secara gamblang isi hatinya. Kau pun larut dalam kisahnya. Tanpa jeda selalu kau ikuti tulisan-tulisannya. Hingga akhirnya si Tokoh Utama mampu menyandra hatimu. Kau tidak mengenalnya. Kau tidak tahu siapa dia. Apakah dia ada atau hanya rekaan imajinasi seseorang saja, kau tidak tahu. Yang kau tahu hanyalah, hidupmu terpusat pada ceritanya. Dan yang ingin kau lakukan adalah, berdiri di hadapannya, mengulurkan tanganmu, membisikkan namamu dan membuat dia sadar akan kehadiranmu. Kau ingin dia tahu bahwa kau mencintainya dan ingin dia segera melupakan cinta tak berbalasnya itu. Pernahkah kau rasakan hal itu?
Aku pernah, dan aku sedang merasakannya. Aku tidak tahu siapa dia. Dunia mayalah yang mempertemukanku dengannya. Tapi aku ingin mengenalnya di kehidupan nyata, bukan hanya dalam bentuk sebuah layar seluas 18 inchi yang memajang tulisannya. Berkali-kali ku ajukan permintaan untuk mengenalnya, tapi tidak pernah digubris. Restu

Entah dirasuki kekuatan apa, aku memberanikan diri menuangkan semua isi hatiku. Sama seperti Buana, aku menuangkannya lewat tulisan di portal pribadiku.


To be continued....
love,

SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 Comments:

Post a Comment

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig