The Lyric

Leave a Comment

The Lyrics


@VoiceOfMyMind #Nowlistening Semi Sonic – Closing Time


3 minutes later


@ArindiSasti I know who I want to take me home RT @VoiceOfMyMind #Nowlistening Semi Sonic – Closing Time


“Bisaan aja lo, Sas. Mengungkapkan hasrat hati yang terpendam ya?”

Aku hanya tersenyum malu-malu menanggapi komentar Ratri sementara mataku masih terpaku ke layar benda persegi yang sedetikpun tidak pernah terlepas dari genggamanku –kecuali saat mandi dan beribadah- Blackberry. Begitupun halnya dengan Ratri. Dan dari komentarnya aku yakin Ratri pun tengah membuka portal yang sama denganku.

Si Burung Biru alias Twitter yang memungkinkanku bercakap-cakap dengan siapa saja, in a real time. Dan ya, memberiku kemudahan untuk mengecek keseharian dia.

Sebut aku freak, tidak apa. Jika kalian berada di posisiku, stuck di suatu perasaan yang, kalau kata penyair zaman Balai Pustaka adalah cinta, kepada seseorang yang di dunia nyata hanya saling bertukar sapa dan say hi, itupun jika semesta berbaik hati mempertemukanmu dengannya, maka kalian akan meniru langkahku ini. Maka jalan yang kutempuh adalah dengan mengakrabkan diri di dunia maya. Toh, salahku jika dunia maya memberiku kemudahan mengikuti pergerakannya? Silakan salahkan Jack Dorsey saja atas penemuan hebatnya ini.

Ding.

Semburat merah tanpa dinyana merambati pipiku saat Si Berry Hitam menyalak pertanda ada seseorang yang menyebut namaku di twitter.

And, there he is.


@VoiceOfMyMind And then, let’s say it out loud in front of him *Actually, I don’t know who is he* J


“Bilang ke dia ‘He is You’.”

Lagi-lagi Ratri berkomentar ringan dari balik kubikelnya. Pipiku makin bersemu merah.

“Maunya sih gitu,” sahutku.

Ratri menghentikan aktivitasnya membuat layout untuk halaman GuyTalk dan mendorong kursinya hingga berada tepat di sebelahku. “Bilang aja,” tantangnya.

Aku mendelik. “Gila lo. Nggak mungkinlah.”

“Kenapa nggak?”

Kutatap Ratri serius. “Ada banyak alasan terkait hal itu yang nggak bisa gue sebutin satu-satu karena akan memakan waktu lama dan kita sedang dikejar deadline.”

“Give me two reasons. The most important reason.”

“First, he doesn’t know who I am and second because I’m a women.”

What? Gue nggak ngerti.”

“Dia cuma mengenal gue sebagai salah satu cungpret yang juga mengais rejeki di gedung yang sama dengannya, cuma kita beda lantai dan nama perusahaan. Dia cuma tahu gue gara-gara kita sering satu lift bareng. Kenapa kita bisa sering satu lift bareng? Itu karena dia orang yang paling terorganisir yang pernah gue kenal sampai-sampai gue hafal jadwalnya datang ke kantor dan mmebuat gue jadi seorang freak dengan menyamakan jadwal gue dengan dia. You got it?” Nafasku memburu setelah mengutarakan alasan super panjang itu.

Namun Ratri balas menatapku dengan tatapan bingung. “Ini yang gue nggak ngerti dari lo. Udah tahu lo satu gedung sama dia dan kalian sering ketemu di lift, kenapa lo nggak coba mengkrabkan diri dengan dia sih? Pedekate lewat dunia nyata, bukan lewat itu.” Bibir Ratri maju sebanyak beberapa centimeter dan terarah ke Blackberry-ku.

“Itu ada kaitannya dengan alasan kedua.”

Ratri mengerutkan kening.

“Because I’m a women.”

“Cetek banget sih lo. Kirain cuma selera musik lo doang yang jadul, taunya pola pikir lo juga. Malu sama majalah tempat lo kerja,” repet Ratri.

Aku mendengus kesal.

“Memanfaatkan kemajuan teknologi sih boleh-boleh aja, tapi harus dibarengin dengan aksi nyata di kehidupan nyata biar hasilnya maksimal,” nasihat Ratri sebelum dia kembali ke kubikelnya karena Mbak Sophie, editor in chief Glam! memelototi kami.

***

@ArindiSasti Lembur? Jarang-jarang nih gue menghinakan diri mendekam di kantor sampai tengah malam gini.


3 minutes later.


@VoiceOfMyMind berarti gue makhluk hina dong karena rela lembur tiap malam?


Hampir saja aku terjengkang dari kursiku kalau tanganku tidak segera menyambar pinggiran meja. Ini kejadian langka, sungguh. Sangat jarang dia mengomentari kicauanku duluan –oke, biasanya memang aku yang memulai.

Ingin rasanya aku berbagi kebahagiaan ini dengan orang lain, tapi Ratri sudah pulang sejak tadi sore karena ingin nonton dengan pacarnya. Jika aku menghinakan diri dengan memilih lembur sampai tengah malam, dia lebih hina lagi karena rela masuk kantor pas weekend. Manusia normal mana yang mau ngantor weekend? Aku sih lebih rela pulang malam daripada harus mengganti kesenangan menjelajahi Grand Indonesia dan mall-mall lainnya dengan meringkuk di kubikel.


@VoiceOfMyMind Gue nggak bermaksud menghina lo ya. Ini gue tujuin buat diri gue kok.

@ArindiSasti Ya ya ya, I know. Cuma orang gila yang mau meringkuk di kantor sampai tengah malam sementara yang lain enak-enakan tidur.

@VoiceOfMyMind Loyal juga lo ama kantor, hehe. Nggak ada yang marah tuh di rumah lo lembur terus?


Satu lagi fakta yang kuterima melalui perantara layar MacBook: dia suka lembur. Aku mulai kepikiran untuk menyamakan jadwal lagi, tapi langsung menepisnya buru-buru. Secinta-cintanya aku sama dia, aku nggak mau jadi orang terakhir yang meninggalkan kantor. Aku masih sayang sama tempat tidurku .


@ArindiSasti paling yang marah ya kasur gue. Kasian dia cuma jadi tempat persinggahan sementara doang

@VoiceOfMyMind Kirain ada yang marah-marah di rumah. Lagian kerajinan amat lo lembur tiap hari.

@ArindiSasti nggak tiap hari juga sih, Cuma sering. Lo ngapain lembur?

@VoiceOfMyMind Deadline. Akhir bulan ini terbit.

@ArindiSasti Sendiri?

@VoiceOfMyMind ada editor in chief gue sih. Emang kenapa kalau sendiri? Mau nemenin? J

Uhmm, aku nggak terlalu agresif kan?

@ArindiSasti Nemenin lo? Kalau ada bayarannya sih nggak apa-apa.

@VoiceOfMyMind Nih *sodorin Choki-Choki*

@ArindiSasti Nggak mau Choki-Choki, maunya gulali pink.

@VoiceOfMyMind Buset. Selera lo sama kayak adek gue yang masih SD, hehe.

@ArindiSasti Boys will be boys, Sas, hehe. Mau pulang nggak lo? Atau mau nginep di kantor?

@VOiceOfMyMind Pulanglah. Cinta banget gue sama kantor sampai-sampai nginep pun disini, hehehe

@ArindiSasti Mau bareng nggak? Gosip-gosipnya di lift ada something gitu, hehehe

@VoiceOfMyMind Jangan nakut-nakutin deh.

@ArindiSasti Hahahaha, becanda kali Sas. Gimana? Mau bareng? Gue udah selesai nih. Lo?

@VoiceOfMyMind Boleh deh. Udah ngantuk juga gue. Ketemu di lift?

@ArindiSasti Yup. Gue turun sekarang ya.


Buru-buru aku mengklik ctrl+S dan menyimpan desain yang belum selesai itu, diikuti dengan mematikan MacBook. Setelah yakin tidak ada barang-barangku yang ketinggalan, aku berlari keluar. Sambil lalu aku berteriak memberitahu mbak Sophie kalau aku pulang duluan.

Aku sampai di depan lift bersamaan dengan pintu lift membuka dan didalamnya berdiri sesosok pria yang selalu memenuhi daya khayalku tiga bulan belakangan. Meski raut lelah membayang di wajahnya, dia tetap memikat.

“Hai Sas.”

Dan akupun melangkah memasuki lift dengan debaran hebat di dadaku.

***

“And then?”

“Nggak ada and then –and then.”

“Payah.”

Aku menoyor kepala Ratri dengan sample page yang baru saja selesai kudesain.

“Jangan NATO ah Sas.”

“Bukan NATO, tapi step by step.

“Kebanyakan alasan lo. Eh, ngomong-ngomong lo tahu arti NATO kan?”

No Action, Talk Only. Nenek gue juga tahu Rat.”

“Itu sih kepanjangan di zaman nenek lo masih pacaran sama kakek lo. Kalau jaman gue pacaran sama Ardi sih kepanjangannya jadi No Action Twit Only. Ya kayak-kayak lo gitu deh.”

“Sial.”

Ya well, Ratri memang selalu berhasil membungkamku.

Lelah mengamati desain halaman yang sedang kukerjakan, mataku melirik Blackberry dan aplikasi si burung birunya. Godaan setan pun meracuniku dan membuatku memilih menyimak kicauan orang-orang ketimbang menyelesaikan pekerjaanku.

Dan saat itulah aku melihatnya.


@VoiceOfMyMind #Nowlistening Groovy Kind Of Love – Phil Collins


Sekelebat ide melintas di benakku.


@ArindiSasti When I'm feeling blue, all I have to do, Is take a look at you, then I'm not so blue, When you're close to me, I can feel your heart beat RT @VoiceOfMyMind #Nowlistening Groovy Kind Of Love – Phil Collins


“Curcol lagi, Sas?”

Aku hanya memeletkan lidah meningkahi komentar sinis Ratri.

Memang cara yang kupilih terdengar chicken dan tidak memberi hasil signifikan –setidaknya dalam waktu dekat. Namun, jika kalian menjadi aku, perempuan akhir 20an yang masih memiliki tingkat percaya diri tak ada ubahnya anak SMP yang baru mengenal cinta monyet dihadapan cowok yang ditaksirnya, mungkin kalian bisa memaklumiku.

Ding


@ArindiSasti Yes that’s it. The lyric

@VoiceOfMyMind Suka Mr. Collins? Bukannya bagi cowok kebanyakan dia terlalu menye-menye ya?

@ArindiSasti Dia cukup garang kok di Genesis J I love him. His music reminds me of my childhood.

@VoiceOfMyMind Me too. He reminds me of my teenage crush, hahahaha.

@ArindiSasti A long time ago ya Sas, hahaha. Kerja apa nongkrong?

@VoiceOfMyMind Upsss, ketahuan deh umur gue, hehehe. Kerjalah, menurut lo? Baru juga jam segini.

@ArindiSasti Ya abisnya gue sering liat anak Glam berkeliaran di jam kerja kayak gini.

@VoiceOfMyMind Itu anak fashion and beauty, nyiapin pemotretan atau mau minjam barang.

@ArindiSassti Ooo gitu. Lo disana sebagai apa?

@VoiceOfMyMind Desain. Ngomong-ngomong, lo kagak kerja?

@ArindiSasti Pantesan gaya lo abstrak gitu, anak desain toh, hehe. *Becanda Sas* Ini lagi nungguin bos di meeting room.

@VoiceOfMyMind Tahu deh manajer marketing yang selalu rapi, hehe.

@ArindiSasti Bisaan aja lo. Eh, ntar lembur lagi?

@VoiceOfMyMind kinda. Lo?

“Sejak kapan lo mau merendahkan diri dengan lembur dua hari berturut-turut, Sas?” Lagi-lagi Ratri melontarkan komentarnya yang nyelekit.

Aku mendelik. “Lo nggak ada kerjaan lain ya selain nyimak omongan gue?”

Refreshing Sas. Butek juga otak gue ngeliatin ni cowok-cowok shirtless yang abis difoto. Kan jadi mupeng, hehe.”

“Inget Ardi.”

“Nggak usah diingetin gue juga inget dia kok.”

Ding.

Lengkingan Blackberry menyelamatkan Ratri dari lemparan kertas yang sudah siap-siap kulempar ke kepalanya.

@ArindiSasti Lembur lagi. Namanya juga cungpret Sas. Mau bareng lagi nggak ntar ke bawah? Kata-katanya something itu masih ada lo, hehe.

@VoiceOfMyMind Salah hari lo mau cerita horror, J Boleh deh. Kepaksa lembur lagi gue.

@ArindiSasti DM-in gue pin lo dong, Biar ntar janjiannya gampang.

Serta merta aku meloncat kegirangan. Beruntung ruang redaksi siang ini sedang gaduh jadi teriakanku tidak berarti apa-apa. Hanya Ratri yang tersenyum-senyum simpul sambil melirik layar MacBook. Alih-alih membuka Adobe InDesign, dia malah membuka Twitter, dan bisa disimpulkan dia tengah menyimak pembicaraanku.

Aku pun memeluk Ratri dari belakang. “Lo lihat kan Rat kalau cara gue nggak sia-sia? Ya meski lama sih pergerakannya.”

Ratri mengangguk-anggukkan kepalanya. “Daripada lo meluk gue, mending lo kirim DM ke dia.”

“Oh iya.”

Segera aku kembali ke kubikelku dan meraih Blackberry.


@VOiceOfMyMind 23102F10


Congrats ya.” Ratri tersenyum tulus –untuk pertama kalinya dalam sejarah percintaanku dengan Ryo yang mengatasnamalkan dirinya sebagai @VoiceOfMyMind.


P.S: Cerita ini terinspirasi dari percakapanku dengan dia, tapi nggak semuanya benar sih, hehe. Hanya menyesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya dan dibumbui dengan pengharapan tingkat tinggi,

SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 Comments:

Post a Comment

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig