Dear Boss!

Leave a Comment

Dear My Boss.

Maaf jika aku lancang mengirimimu surat ini. Kurasa aku tak kuasa jika harus menyatakannya secara langsung dihadapanmu. Kamu tahu, berdiri didepanmu saja telah membuatku salah tingkah setengah mati. Disaat lisan tak lagi bisa terucap, kita masih bisa kan bercakap-cakap lewat goresan kata bukan?

Oh ya, jangan lupakan juga pandangan sinis orang-orang yang terarah padaku hanya karena kedekatan kita tidak seperti kedekatanmu dengan mereka. Sekali ini saja, urusan ini menjadi urusan kita berdua tanpa campur tangan mereka.

Boss –atau haruskah kupanggil dirimu dengan nama saja?

Pertama, izinkan aku mengaku satu hal padamu. Gedung perkantoran empat lantai ini bukanlah tempat pertama kita bertemu. Perkenalan tertanggal 12 Desember 2011 itu bukanlah persinggungan pertama kita. Kita pernah bersinggungan dua tahun lalu. Kamu memang tidak menyadarinya, namun aku masih mengingatnya.

Dua tahun lalu, di lobby Wisma Pondok Indah, itulah kali pertama kita bersitatap. Saat itu aku tengah berlari-lari menuju lift yang akan membawaku ke lantai tujuh, kantor kakakku. Aku berteriak meminta siapa saja yang ada didalam lift untuk menahannya barang sebentar. Lalu, aku hanya bisa terpana saat mengetahui orang itu adalah kamu.

Mengapa aku terpana? Semata karena aku mengenalmu. I know you for many years, sejak aku masih mengenakan seragam putih abu-abu di kota kecil nun jauh disana. Semula tidak ada apa-apa jika saja keisengan yang kulakukan bersama teman-teman melemparku ke hadapanmu -lagi. Meskipun kita hanya bersinggungan sekelas karena tujuan utamaku adalah temanmu yang juga temanku.

Tidak ada cerita apa-apa kala itu. Akupun seolah lupa akan sosokmu, kecuali suaramu yang selalu menemani malam minggu sepiku.

Lalu, 12 Desember 2011 kita kembali bertemu. Di ruangan ini. Dalam keadaan yang berbeda. Dalam posisi yang berbeda. Dan seketika kita akrab tanpa pernah kuangankan sebelumnya. Jujur kuakui, pernah terlintas di benakku, mengapa kedekatan ini tidak terjalin dua tahun lalu? Mengapa baru sekarang?

But I believe that everything happens for a reason. Selalu ada alasan dibalik semua permainan tangan Tuhan.

Siapakah yang bisa disalahkan jika akhirnya kedekatan itu berujung ke kenyamanan? Berada didekatmu menimbulkan gejolak aneh di hatiku yang saat ini sedang berdarah. Setiap perhatianmu menghapus sebaris luka di hatiku. Sebaris senyum di bibirmu memantik angan hati yang sempat padam. Dan tanpa bisa dicegah, aku terlarut begitu dalam.

Kembali aku bertanya, mengapa semua perhatian dan keinginan yang selama ini hanya berani kuteriakkan di dalam angan harus mewujud dalam sosokmu? Mungkin aku akan senang luar biasa jika saja kita dalam keadaan bebas.

1 Januari 2012. Kubuka isi hatiku. Kau buka isi hatimu. Di hari kamu menginjak usia 30 tahun.

I know you for many years, especially your status. I know you are a married guy. I don’t care with your reason when you marry her, but I care for now is, you’re not available anymore. I also know about your biggest secret. I don’t mention it here, but we both know about the big secret.

Pernah aku berpikir, sudahkah aku jatuh hati padamu? Aku selalu menyangkal dengan berkata tidak. It’s only my startruck. But in the end I realize the reason behind this. I need a rebound and tadaaa you’re there. Semesta seolah-olah melemparkanmu begitu saja kehadapanku sebagai jawaban atas permintaanku yang telah lelah menanggung sepi. Aku membutuhkan seseorang, dan seseorang yang kuinginkan terbang terlalu jauh di angkasa sana. Lalu kamu datang sebagai jawaban.

It’s clear now. No more love and it never happen.

Just enjoy the ride. Aku menemukan kalimat itu di suatu tempat dan sekarang kalimat itu kusematkan diantara kita. Kamu merasa aman berbagi rahasiamu denganku, dan aku merasa nyaman dengan semua perhatianmu yang meredakan dahagaku akan kasih sayang. Kita tidak tahu harus memberi label apa, tapi kurasa kita tidak butuh label. Dan orang-orang itu? Biarlah mereka berjalan dengan label versi mereka sendiri.

Boss, bolehlah aku meminta sesuatu? Tetaplah disampingku sampai nanti aku mendapatkan seseorang yang bisa membagi kasih sayangnya denganku senyata-nyatanya. Bisakah?

Thanks for everything, boss. Aku tidak pernah menyangka bisa terlibat dalam sebuah permainan bersamamu. Let’s play it together, boss J

Sincerely,

Me, Your cungpret J

PS: Ditantang si bos bikin surat cinta yang sejujur-jujurnya buat dia gara-gara kepergok nulis surat cinta buat proyek #30harimenulissuratcinta

SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 Comments:

Post a Comment

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig