FF12: Merindukanmu Itu, Seru

2 comments

Merindukanmu Itu, Seru

Oleh: Ifnur Hikmah

Sayang, aku besok flight jam 7 ya. Jam 9-an udah sampai kali ya aku di bandara. Kamu jadi kan jemput aku?

Kuketuk-ketukkan Blackberry ke tangan sembari menunggu masuknya balasan di Blackberry Messenger. Aku yakin, di sana, di Apartemen Kusuma Wijaya SCBD, seseorang tengah tersenyum membaca pesan singkatku barusan.

Pasti sayang. Nggak mungkinlah aku tega biarin kamu naik taxi sendirian malam-malam begitu.

See? Tidak perlu menunggu lima menit sampai balasan itu muncul di smartphone-ku.

Kita langsung dinner aja ya.

Sekali lagi Blackberry-ku berdenting pertanda adanya pesan masuk.

Boleh. Kemang ya. Aku kangen dimsum.

Kamu ya, bukannya kangen aku, malah kangen dimsum.

Aku terkekeh membaca balasan pesan itu. Bisa kubayangkan wajahmu yang cemberut di seberang lautan sana. Pipimu akan menggembung dan bibirmu maju beberapa senti. Ingin rasanya mencubit pipi itu, sesuatu yang selalu kulakukan tiap kali kamu menampilkan wajah merajukmu itu. Namun apa daya tanganku tidak sampai untuk menyentuhmu. Ada jarak diantara kita saat ini. Jarak yang menyiksaku dengan rindu meski kita baru berjauhan selama seminggu.

Sering aku berkata, betapa aku membenci fakta ini. Fakta yang melemparkanku untuk berjauhan denganmu kapan saja dia mau. Dulu, aku selalu senang setiap kali mendapat undangan meliput acara apapun ke luar negeri, tetapi setelah kamu masuk ke kehidupanku, mendekam di dalam kantor setiap hari aku rela, karena dengan begitu, aku tidak harus berjauhan denganmu.

Ah sayang. Ngambek deh. Kebiasaan ya kamu. Ya jelaslah aku kangen kamu. Kangen banget malah.

Kuketikkan pesan itu dengan senyum yang tidak henti-hentinya tersungging di bibirku.

Kangen tapi kok ya kamu sering banget ninggalin aku?

Sekarang, yang melintas di bayanganku adalah kamu berbaring santai di kursi yang ada di teras apartemen kita. Kamu akan menatap jalanan yang masih saja ramai meskipun sudah larut malam. Jika aku ada di situ, tanpa malu-malu aku akan duduk di pangkuanmu dan kamu akan memelukku erat. Kamu akan membelai rambutku lembut sambil mencuri-curi ciuman dari bibirku. Pelukanmu akan semakin erat setiap kali aku berkata mendapat tugas luar.

Ini kan kewajibanku, sayang. Kalau bisa sih aku juga males tahu pergi-pergi gini. Ngapain coba sendirian di kamar hotel. Mending juga tanding minum sama kamu di apartemen.

Kalau bisa memilih, lebih baik aku menghabiskan waktu bersama kamu daripada sendirian di kamar hotel, meskipun hotel yang kutempati mewahnya minta ampun. Kamu tahu sayang. Kerlap kerlip lampu di sepanjang Times Square, kemegahan Eiffel, jejeran busana yang mampu membuatku meneteskan air liur di Milan, dan salju yang menghampar di kakiku saat menjejak London, itu tidak ada artinya tanpa kamu di sampingku.

Besok aku nantangin kamu minum ya. Sambil main poker.

Siapa takut.

Minum sembari main poker adalah kebiasaan kita dalam membunuh waktu. Aku merindukan saat-saat kita saling menyemangati ketika menghabiskan minuman atau permainan poker nakal yang kita jabani. Oh tentu saja aku merindukan apa yang kita lakukan saat bosan bermain poker dan tidak ada lagi minuman yang bisa diteguk. Kamu dan aku menyatu dalam cinta tanpa batas yang kita miliki.

Ya sudah sayang, kamu istirahat ya.

Kamu juga istirahat ya. Sampai ketemu besok, sayang. Love you.

Love you, too. Saving all my kisses just for you, dear.

Begitulah biasanya kita mengakhiri perbincangan melalui teknologi canggih ini saat terpaksa terpisah jarak. Ingin rasanya aku berlabuh di pelukanmu dan menciummu, agar aku bisa berlayar ke alam mimpi dengan tenang.

Kamu tahu sayang, dulu aku selalu menunggu-nunggu saatnya ditugaskan keluar negeri demi gengsi. Agar aku bisa memamerkan ke semua orang stempel negara-negara keren yang kukunjungi di pasporku. Agar aku bisa bercerita dengan sombongnya ke semua orang tentang ajang fashion kelas internasional yang pernah kusambangi, lalu sebagai ganjarannya aku akan menerima tatapan iri dan decak kagum serta omongan bernada mupeng seperti “enak banget ya kerjaan kamu.” Dulu, hanya sebatas itu. Namun sekarang berbeda. Aku menunggu-nunggu saatnya ditugaskan ke luar negeri karena saat aku sendirian di negara orang, aku jadi teringat kamu, kehangatan yang menungguku di rumah. Karena saat aku menunggu penerbangan di bandara ini, sayang, aku jadi memiliki alasan untuk segera pulang.

Merindukanmu itu, seru. Namun bertemu kamu setelah perjalanan panjang yang melelahkan, itu candu. Dan berbagi cinta denganmu setelah melampiaskan kerinduan, itu makna hadirmu untukku.


#15HariNgeblog FF Day 12 "Merindukanmu itu, Seru" *ditulis disela-sela menelan pil pahit setelah kekalahan Arsenal 1-2 dari MU*

SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

2 comments

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig