Tolong Jaga Hatiku

3 comments
Tolong Jaga Hatiku
Oleh: Ifnur Hikmah


Sumber: weheartit.com



“Aku mau pergi jauh.”
“Kemana?”
“Jauh sekali.”
“Iya jauh, tapi kemana?”
“Ke suatu tempat yang tidak pernah kau bayangkan.”
“Oh ya? Tempat seperti apa itu?”
“Pokoknya, di tempat itu kau akan sendirian karena semua orang yang kau kenal ada di sini.”
“Mengapa kau ingin pergi ke tempat itu? Mengapa kau tidak tinggal di sini saja? Bersamaku?”
“Dia menyuruhku pindah ke sana.”
“Dia? Dia siapa?”
“Dia yang mengatur semua yang terjadi padaku.”
“Ayahmu?”
“Bukan.”
“Ibumu?”
“Bukan.”
“Lalu siapa? Mengapa dia berkuasa atas hidupmu padahal dia bukan orang tuamu?”
“Dia juga berkuasa atas hidup orang tuaku.”
“Kau membuatku bingung.”
“Kau tidak usah bingung.”
“Tidak bisa. Aku bingung, Pertama, kau bilang kau harus pergi ke tempat yang sangat jauh dan tidak seorangpun yang kau kenal ada di sana. Kedua, kau bilang dia yang menyuruhmu pindah.”
“J, sekarang kau mungkin bingung, tapi nanti akan ada saatnya Dia menyuruhmu pindah juga.”
“Mengapa dia tidak menyuruhku pindah sekarang? Kalau kita pindah bersama-sama, kau kan jadi punya teman.”
“Belum waktumu, J.”
“Ah, kau membuatku semakin bingung saja.”
“Makanya, tidak usah kau pikirkan. Sekarang lebih baik kau memikirkan bagaimana caranya menghabiskan bakso ini.”
“Ah kau ini. Sudah tahu tidak suka pedas, ngapain kau masukkan sambal banyak-banyak ke dalam sana?”
“Aku penasaran karena kau selalu makan bakso dengan banyak cabe. Aku ingin melakukan apa yang selalu kau lakukan, J. Sebelum aku pergi.”
“Nah! Kau yang menyuruhku untuk tidak memikirkannya, tapi sekarang kau malah membahasnya lagi.”
“Hahaha, maafkan aku, J. Aku tidak akan membahasnya lagi. Sekarang, kau habiskan saja baksoku ini. Perutku terlanjur melilit melihat kuahnya berwarna merah.”
“Kau ini benar-benar menggemaskan.”
***
“Kalau aku pergi, aku titip sesuatu ya?”
“Apa?”
“Hatiku. Tolong dijaga ya meski aku nggak akan pulang lagi.”
“Kenapa kau nggak pulang lagi? Untuk apa aku jagain hatimu kalau begitu?”
“Agar kau selalu ingat aku dan memutuskan untuk melangkah maju saat aku pergi.”
“Bagaimana bisa begitu?”
“Kau pasti bisa. Aku percaya itu. Aku titip hatiku karena di sana aku tak lagi membutuhkannya. Di dalam hatiku ini hanya ada kau, J.”
***
Dear J
J, aku telah pergi. Jauh. Jauh sekali. Dia telah memerintahkanku untuk pindah dari dunia ini ke dunia baru yang dipersiapkannya untukku. Aku tidak bisa menolak Dia J, karena Dia sangat berkuasa.
Maafkan aku tidak sempat berpamitan padamu, J. Aku tidak ingin melihatmu menangis. Aku tidak tahan melihatmu menangisiku. Cukup aku melihat tangisan mama, papa, dan dek Ralphie saja. Sedangkan kamu? Aku ingin terus mengenang senyummu, J. Jika sekarang kau menangis, kmu masih ingat ‘hukum 5 menit’ kita kan? Menangislah, tapi cukup 5 menit saja. Setelah itu, kembalilah tersenyum.
Kau ingat ucapan terakhirku? Kutitipkan hatiku bersamamu agar kau selalu terkenang aku. Jangan jadikan titipanku ini beban di pundakmu, tapi jadikan ini sebagai cambukmu untuk terus maju. Aku akan selalu melihatmu dari duniaku yang baru, J.
Aku mencintaimu. Terima kasih telah balik mencintaiku dan memberikanku kehidupan yang menyenangkan saat bersamamu.
Love, A
***
“Aku mencintaimu, A. Hatimu aman bersamaku.”


PS: Sebuah cerita lama yang ketemu waktu lagi ngeberesin file-file di laptop. Sayang kalau dibuang gitu aja meski udah nggak ingat lagi kapan tulisan ini dibikin.
SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

3 comments

  1. “Aku mencintaimu, A. Hatimu aman bersamaku.”

    is it me?

    ReplyDelete
  2. @Maia: Nggak juga. Pure fiksi, hehehe.

    @Andrew: Is it you? Hmm... Bisa jadi, hehehe

    ReplyDelete

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig