Pagi Kuning Keemasan
Oleh: Ifnur Hikmah
(Part of 15 Hari Ngeblog FF 2)
“Pulau Lengkuas?”
“Iya. Kamu pasti suka. Pulaunya masih virgin gitu. Eksotis.”
“Nggak sekalian ke pulau Kunyit, Pala, Merica….”
“Kamu laper?”
Sebaris gigi putih yang berbaris rapi terhampar di hadapanku. Gigi putih
hasil cengiran lebar yang diberikannya untukku.
“Bikinin nasi goreng ya?”
“Trus, jalan-jalannya? Iya atau nggak? Biar jelas aku mesti mesen tiket
atau gimana.”
“Kamu atur aja ya. Aku laper.”
Sekali lagi, cengiran lebar itu mampir ke pandanganku.
*
Di sinilah aku sekarang. Berpacu dengan
waktu yang bergerak kian cepat. Sedetik pun tidak mau berhenti untuk menyamakan
langkah denganku. Selubung gelap yang menyelimuti langit perlahan mulai
terbuka, juga tidak menungguku barang sebentar saja.
Aku. Berpacu dengan waktu. Menyambut
pagi. Agar bisa bertemu kamu. Senyummu.
Warna kuning keemasan mulai memenuhi
ruang pandangku. Pagi yang kutunggu. Di sini. Pulau lengkuas di salah satu
gugusan kepulauan di Provinsi Bangka Belitung. Pulau yang dulu sempat memenuhi
anganku ketika tanpa sengaja menemukannya di balik keasyikan menjelajahi dunia
maya. Sebuah pulau sepi yang eksotis. Misterius. Sangat cocok untukmu.
Kuhempaskan tubuh lelahku di pasir
putih yang menghampar di sepanjang ruang pandangku. Desir angin yang dingin
memelukku, meski selembar kardigan cashmere
melindungi tubuh ringkihku.
Seharusnya aku tidak sendiri di
sini. Namun nyatanya aku di sini, sendiri.
*
“Terserah kamu. Aku nurut apa aja kata kamu.”
“Kamu pasrahan banget sih anaknya?”
“Nggak apa-apa pasrahan. Demi kamu ini.”
*
Kamu memang terlalu pasrah. Tidak pernah
menolak apapun yang disodorkan ke hadapanmu. Selalu kamu terima dengan ikhlas.
Itulah kelebihanmu. Sisi positif
dalam dirimu yang selalu membuatku berdecak kagum.
Tapi itu dulu. Sekarang, aku malah
menyesalkan sifatmu itu.
Andai kamu bisa melawan. Sedikit saja.
*
“Kamu pengin banget ke pulau itu?”
Aku mengangguk.
Sebuah sapuan halus menyentuh sudut bibirku. Tanganmu yang mengelap
krim coklat yang berlepotan di sekeliling bibirku.
“Tetap pergi ke sana ya. Apapun yang terjadi.”
Sekali lagi, aku hanya mengangguk. Otak kekanak-kanakanku sedikitpun bahkan
tidak mencerna kejanggalan di balik ucapanmu. Dua tiket perjalanan yang baru
saja kudapatkan sudah memenuhi euforiaku.
“Bisikkan selamat pagi untukku ya di sana, tepat di saat matahari pagi
pertama kali muncul.”
*
But if you really have to go. You take the high, I`ll take the low. But
when you leave me don`t you know, you leave me earthbound….*
*
Sesekali ombak menyapa kakiku yang
telanjang. Sebaris senyum menghiasi bibirku. Aku tidak terlambat. Meski rasa
penat masih menyelimutiku, aku berhasil mengalahkan godaan tempat tidur dan
kemalasan lalu berlari menyongsong pagi.
“Bisikkan selamat pagi untukku ya di sana, tepat di saat matahari pagi
pertama kali muncul.”
Di kejauhan, kulihat matahari
perlahan mulai menunjukkan sinarnya. Cahaya pagi keemasan di tempat sunyi ini. Pulau
Lengkuas yang sangat jauh dari tempatmu berada sekarang, tapi rasanya kamu ada
di sini. Memelukku. Sangat dekat.
Kamu memang selalu pasrah terhadap
apapun yang menimpamu. Termasuk saat kanker itu memaksa masuk ke dalam
paru-parumu. Kamu tidak melawan. Bahkan di saat aku menangis di hadapanmu, memintamu
untuk bertahan demi aku, demi kita, kamu hanya tersenyum.
“It’s my turn. I can’t do anything.”
Dan di saat malaikat maut
menjemputmu, sekali lagi kamu pasrah menerima takdir.
Kamu telah pergi, bahkan sebelum
menjejakkan kakimu di pulau ini.
But if you really have to go. You take the high, I`ll take the low. But
when you leave me don`t you know, you leave me earthbound….
“Selamat pagi, kamu. Apa kabarmu
di sana? Pasti, cahaya pagi yang keemasan ini jauh lebih cantik dari tempatmu
berada di atas sana,” seruku parau, tepat di saat matahari pertama muncul.
*) Earthbound by Connor Reeves
*) Earthbound by Connor Reeves
hiks. endingnya T_T
ReplyDelete*mewek*
ReplyDelete