Puzzle
By Rina Suryakusuma
Another old novel from Rina Suryakusuma. Nggak sengaja ketemu di
Pesta Buku Murah Januari kemaren.
Novel ini bercerita tentang
pasangan Susanna Paradika dan Gerard Wicaksono. Susanna beruntung banget bisa
menikah dengan Gerard tapi karena satu kesalahan yang tidak dia sadari awal
mula terjadinya, pernikahannya terancam batal. Susan memutuskan untuk
menyembunyikannya karena nggak mau kehilangan Gerard. Dan mereka menikah.
Fairy tales said that after their married, they will live happily ever
after. Tapi bukan begitu bagi Susan. Di balik semua kesempurnaan Gerard,
pria itu begitu menjunjung tinggi kejujuran. He forgive but never forget. Dan pernikahan Susan pun serasa
seperti neraka.
Untuk menentramkan hatinya, Susan
yang mencintai arkeologi ikut ayahnya yang seorang arkeolog ke Nevada dalam
sebuah ekspedisi menyelidiki mammoth. Di sana, Susan berkenalan dengan ketua
tim, Andrew Hobbart, yang sweet banget.
I see you when I see you, begitu janji Andrew.
Ketika Susan merasa sudah tenang,
dia mendapat panggilan untuk ikut dalam ekspedisi ke Gunung Sindoro. Ekspedisi ini
akan menyelidiki sisa-sisa reruntuhan kaum Capuca. Susan yang memiliki minat
terhadap hal ini pun ambil bagian dalam ekspedisi ini. namun tidak disangka dia
bertemu Gerard. Kali ini di bawah bayang-bayang Reissabel Adam, crème de la crème nya ibukota, the real socialite, yang selalu
mengikuti Gerard.
Dan Andrew pun tiba-tiba muncul. I see you when I see you. Janji Andrew
pun dibuktikannya.
Di tengah keindahan Gunung
Sindoro, cinta Susan dan Gerard pun kembali diuji.
I always love her writing. Manis, dengan diksi yang menarik, dan
alur yang mengalir lancar. Benar-benar tipikalnya Rina. Baca Puzzle serasa baca
Amore-nya Rina.
Ceritanya so far not bad-lah. Tapi entah kenapa, gue nggak suka tokohnya. Baik
Susan ataupun Gerard. Terlalu sempurna. Well,
gue memang nggak begitu suka dengan tokoh mary
sue dan Susan dan Gerard terlalu mary
sue. Makanya, baca novel ini sangat lama karena diselingi novel lain. Nggak
seperti Ask Tinkerbell, novel Puzzle kurang ngena di gue. Nggak tahu alasannya
apa karena kata Rina, dia begitu suka dengan karakter Susan dan Gerard ini.
Satu hal lagi yang mengganjal,
yaitu cara pendeskripsian karakter. Di Postcard From Neverland, Rina
menggambarkan Joshua mirip dengan Simon Cowell. Di Puzzle, Gerard digambarkan
mirip dengan David Duchovny. Permasalahan gue bukan di bagian miripnya ini,
tapi karena Rina nggak mendeskripsikan rupa mereka. Cuma dibilang mirip artis
itu. Okelah di sini gue penggemar berat The X Files sejak SD jadi kayak apa
rupanya si David Duchovny itu bisa tergambar jelas di benak gue. Lalu gimana
kalau gue nggak tahu siapa David Duchovny atau Simon Cowell? Apa gue perlu
googling dulu?
Selama ini, gue selalu bermasalah
dengan gaya pendeskripsian yang memiripkan tokoh dengan artis tertentu tanpa
penjelasan lebih lanjut. Bukan berarti dia artis jadi semua orang bisa
mengenalnya kan? Akan lebih dapat feel-nya
jika dideskrpisikan pakai kata-kata saja (pernah baca novel dengan tokoh yang
mirip artis Korea. Gosh, gue nggak
tahu siapa itu artis jadinya bingung deh).
Mungkin gue nggak sreg sama cerita
karena nggak suka sama karakternya. Di balik tokoh Rina yang so far sering terlalu sempurna, gue masih
bisa simpati dengan mereka. Tapi Gerard benar-benar out of my limit. Biasanya cowok nyebelin bisa bikin deg-degan, lha
ini si Gerard malah minta ditonjok. Alasan dia untuk menghukum Susan nggak
terlalu kuat. Begitu juga alasan dia tiba-tiba deketin Susan lagi. Banyak miss
gue temuin di novel ini. Saran, jika ini diterbitkan ulang, ada banyak part
yang bisa dieksplor lebih lanjut. Seperti misalnya Reissa yang tahu Susan ini
istri Gerard. Beuh, bisa jadi drama banget itu. Atau wartawan yang tahu tentang
mereka nggak tinggal bareng. Mantep tuh.
Juga karakter Susan. Terlalu naïf sampai-sampai
gue gedeg sendiri sama dia. Alih-alih simpati, gue malah nggak habis pikir
kenapa dia bisa sebego ini padahal kuliah aja di dua jurusan. Ampun.
Satu lagi, editingnya bikin males.
Makanya, gue berharap banget ini novel diterbitkan ulang dengan editing yang
lebih oke.
Namun cirri khas tulisan Rina yang
manis tergambar banget di novel ini. Apalagi adegan pernikahannya. Mupeng peng
peng, hahaha. Satu lagi yang bikin gue angkat topi yaitu latar belakang
arkeologi. Ini novel pertama berlatar arkeologi yang gue baca. Jadi benar-benar
fresh rasanya. Dan twist yang ada di akhir cerita lumayan
jadi penutup yang indah.
Jika ada pelajaran yang ingin
ditarik dari novel ini, janganlah mengundang stripper cowok saat bachelorette
party jika tidak ingin membahayakan pernikahanmu kelak (langsung keinget
obrolan geblek sama teman-teman yang sempat membicarakan akan melakukan hal ini
nanti *lol*).
So far, novel ini kurang memuaskan. In my humble opinion, mbak RIna.
0 Comments:
Post a Comment