Singgah
By Jia Effendi dan 10 Penulis Lainnya
Inilah kumpulan cerpen yang sudah
kedengeran gaungnya sejak tahun lalu. Akhirnya terbit juga. Dan gue beruntung
ikut launchingnya, hehehe.
Singgah berisi 13 cerita yang
ditulis 11 penulis dengan latar bandara, pelabuhan, stasiun, dan terminal. Sebuah
ide unik, mengingat keempat tempat ini sudah akrab dengan kita. Tempat persinggahan
sementara tetapi ada banyak cerita bisa terjadi di sana.
Gue tahu kumpulan cerpen ini
karena Jia sempat mengadakan sayembara untuk mengisi tempat di dalamnya bagi
dua penulis. Sempat ikutan sih tapi gagal. Tapi yang kepilih kebetulan gue
kenal dua-duanya dan tahu kualitas tulisan mereka kayak apa. Beberapa penulis
gue kenal, baik secara personal ataupun sebatas timeline saja.
1.
Jantung
by Jia Effendie
Inilah
penggagas kumcer ini. Jujur, gue tahu Jia penulis tapi belum pernah baca
bukunya (my bad). Komentar gue
tentang cerita ini: nggak ngerti. Gue bertahan baca karena berharap di akhir
ada penjelasan, tahunya nggak ada. Mungkin kapasitas otak gue yang nggak bisa
mencerna cerita berat (nyastra) dan butuh pemahaman lebih lanjut. Sorry Jia, Jantung is not my type.
2.
Dermaga
Semesta by Taufan Gio
Love that story. Sederhana tapi nendang.
Ya, gue memang cocoknya dengan tulisan-tulisan sederhana yang bisa langsung
dimengerti. Ceritanya pun sedih. Melihat penggambarannya, gue nggak yakin ini
tulisan fiksi pertamanya Mas Badai. Kecenya pakai badai, hahaha.
Dermaga
Semesta bercerita tentang seorang cowok yang datang ke sebuah pulau penuh
kenangan antara dia dan mantan pacarnya. Dia membawa beberapa foto. Lalu di
sana dia melakukan napak tilas ke tempat-tempat yang ada di dalam foto untuk
melepas kenangan akan sang mantan yang ternyata sudah …. *no spoiler*. Sedih dan manis at the same time.
3.
Menunggu
Dini by Alvin Agastia Zirtaf
One of my favourite. Tentang pertemuan
nggak sengaja seorang cowok di stasiun Tugu dengan seorang Pak Tua. Pak Tua
yang menunggu kekasihnya Dini. Lalu Pak Tua pun bercerita tentang Dini.
Endingnya
gue udah bisa nebak tapi tetap aja gue bertahan bacanya. Manis dan sedih. *lap
air mata*. Gue nggak kenal siapa Alvin sebelumnya, tapi mungkin abis ini akan
baca tulisan Alvin lainnya.
4.
Moksha
by Yuska Vonita
Gue
udah baca cerita ini berkat kemurahhatian Mbak Yuska ngasih izin baca begitu
cerpen ini selesai ditulis. Namun gue masih betah baca ulang. Kebetulan
sebelumnya juga sudah baca cerita dengan tokoh sama.
Cerita
ini benar-benar tipikal mbak Yuska. Nyerempet budaya yang memang kesukaan
beliau. Kali ini budaya India. Cerita ini based
on true story dan gue pernah diceritain tentang kelanjutan yang sebenernya.
Percayalah, sedih banget.
Moksha
bercerita tentang seorang cewek India yang pergi ke India untuk menenangkan
bathinnya dan bisa memilih siapa yang akan mendampinginya kelak. Panji,
pacarnya yang Jawa tulen atau Vikram, si India yang dijodohkan keluarganya.
Karena
berlatar keluarga India, ada banyak istilah di footnote. Capek sih bacanya tapi menambah pengetahuan.
5.
Kemenangan
Apuk by Bernard Batubara
One of my favoutite too. Cara Bara
bercerita dari sudut pandang anak kecil di Kapuas benar-benar pas. Bahasanya pun
disesuaikan dengan bahasa Kapuas. Hanya saja, ini terlalu singkat. I want more. Gue berharap ini lebih
dieksplore lagi aja.
Ceritanya
sederhana. Tentang Apuk yang capek diejek teman-temannya karena sebagai anak
Kapuas, dia nggak bisa berenang. Apuk pun bertekad akan membuktikan dirinya
anak Kapuas sejati dengan bisa berenang.
Spoiler:
sedia tisu sebelum baca.
6.
Langit
di Atas Hujan by Dian Harigelita
Ini cerita
jleb banget. Kenapa? Because I see my
self in this story. Kinan is soooo me. Karena Kinan mencintai Angga, si
idealis yang hidup dari hari ke hari. Kinan pun berharap bisa seidealis Angga. Angga
si cerdas. Angga si santai. Namun Angga hanya bisa dimiliki di imajinasi.
Karena
realita nggak memungkinkan hidup bersama Angga. Realita memaksa Kinan berpikir
realistis. Bekerja dan pacaran dengan si mapan.
A Cinderella syndrome story.
Ceritanya
sederhana. Tapi gue ngerasa sama kayak Kinan. I need someone like Angga. Dan hidup dari hari ke hari kayak Angga.
Dan sama seperti Kinan, gue hanya bisa mengikut apa kata realita. Hiks.
7.
Semanis
Gendhis by Anggun Prameswari
Ceritanya
semanis judulnya. Juga sedih. Bukan tipe gue sebenarnya karena nyerempet
masalah sosial hahaha. Tapi syukurlah bisa menikmatinya. Gaya bercerita Mbak
Anggun yang jadi penyelamat.
8.
Rumah
Untuk Pulang by Anggun Prameswari
Satu
kata: nggak ngerti.
Harusnya,
cerita yang menyinggung masalah sosial atau kehidupan sehari-hari seperti ini
bisa dengan mudah dicerta. Mungkin, there
is something wrong with my brain yang
sudah lama terkontaminasi Sex and The City dkk jadi nggak begitu masuk dengan
tipe cerita kayak gini.
9.
Memancing
Bintang by Aditia Yudis
Sama
seperti Moksha, gue udah baca cerita ini begitu baru aja selesai ditulis. Ini salah
satu pemenang sayembara yang dibikin Jia.
Komentar
gue dulu ke Adit: gue pengin memancing bintang jodoh saja hahaha.
Tipikal
cerita Adit, deskripsinya manis dan mengalir lancar. Ceritanya sederhana tapi
manis. Nah, cerita-cerita kayak gini sih gampang banget nyantol di otak gue,
hihihi.
PS:
Dit, mancing bintang jodoh bisa dapat Aidan nggak? Hehehe.
10.
Para
Hantu & Jejak-Jejak di Atas Pasri by Adellia Rosa
Mbak
Adel ini pembeli pertama online shopku (OOT) dan jadi salah satu pemenang
sayembara juga. Judulnya bikin serem karena gue takut banget sama hantu hahaha.
Gue suka baca blog mbak Adel dan takjub dengan cerpen dia yang dibagi ke
beberapa subbagian dan dikasih judul. Unik. Cerpen ini juga kayak gitu.
Kalau
boleh gue bilang, ini bukan cerpen tapi dongeng, karena bacanya kayak baca
dongeng. Sedih sih tapi karena cara mbak Adel nyeritainnya unik jadinya seru.
11.
Koper
by Putra Perdana
Gue memulai
baca cerpen ini dengan ekspektasi tinggi. Harapan gue: akhirnya ada juga cerita
action di sini.
Tapi
sepertinya gue terlalu berharap banyak. Memang sih begitu baca otak gue
langsung mengimajinasikan cerita action
di bandara yang penuh aksi kejar-kejaran. Gue bacanya semangat. Tapi di ending, jlebb… langsung turn off dengan ending tanpa penyelesaian. Ish, nggak pernah suka sama cerita
gantung kayak gini, hahaha.
12.
Persinggahan
Janin di Pelabuhan Cerita by Artasya Sudirman
Ini keberatan
judul. Atau mungkin Tasya begitu piawai memilih judul?
Ceritanya
sederhana dan mengambil latar Yunani. Juga kapal pesiar. Aaakkkk keren. Namun ceritanya
sendiri yaaaa not badlah. Manis sih, haru juga. Tapi gue nggak puas aja.
13.
Pertemuan
di Dermaga by Jia Effendie
Setelah
nggak ngerti di Jantung, akhirnya Jia memuaskan keinginan gue di cerita ini. I like it. Oh no, I love it. Dan pelajaran
yang gue tangkap: please deh, kalau
masih cinta jangan gengsi. Makan tuh gengsi, hahaha.
So far, Singgah is not my type. Memang ada beberapa cerita yang
memuaskan tapi kalau dinilai secara keseluruhan, gue nggak terlalu masuk ke
dalam cerita. Eh, ini penilaian pribadi ya. Memang gue aja yang sukanya sama
cerita-cerita cinta ringan dengan bahasa lugas apa adanya.
Tapi launchingnya seru loh,
hihihi.
0 Comments:
Post a Comment