The Nine Lessons
Kevin Alan Milne
Itu cover terjemahan. Tapi gue lebih suka cover aslinya. Lebih heartwarming dan menonjolkan golf.
Buku ini bercerita tentang Augusta
Nicklaus Witte yang lebih suka dipanggil August karena Augusta hanya
mengingatkannya kepada golf. Ngomong-ngomong, August ini benci banget sama
golf, sama bencinya dia kepada ayahnya.
Semuanya berawal dari August yang
nggak mau punya anak karena yakin dia bukanlah ayah yang baik karena
satu-satunya contoh orangtua yang dimilikinya hanya ayahnya. Sejak dulu, August
punya hubungan yang buruk dengan ayahnya dan semakin menjadi-jadi ketika August
keluar dari rumah setamat SMA. Ayahnya, Oswald ‘London’ Wittie adalah penggila
golf. Baginya, golf is life. Dan August
merasa sebagai sebuah kegagalan karena dia pemain golf yang buruk. Baginya,
ayahnya lebih mencintai golf daripada dia. PGA lebih penting daripada dia. Bahkan
restoran ayahnya pun bertema golf. Pertandingan golf lebih penting daripada
menghabiskan waktu bersama dirinya.
Begitulah. Pengalaman buruk
membuat August nggak yakin bisa menjadi ayah yang baik.
Namun istrinya memikirkan hal yang
lain. Erin, istrinya, selalu berdoa semoga Tuhan melunakkan hati suaminya dan
dibalas August dengan sinis meminta kepada Tuhan agar menyuruh istrinya
berhenti berdoa karena dia sudah bosan mendengar doa itu.
Cerita dimulai dengan setelah tujuh
tahun menikah, Erin hamil. Finally. Namun
August tidak bisa terima dan marah-marah. Dia pergi ke rumah ayahnya dan
melemparkan kesalahan kepada ayahnya. Bahwa ketidaksiapannya menjadi ayah
karena sikap ayahnya selama ini. London akhirnya mengajak August main golf
sekali sebulan, sekaligus dia mengajarkan sembilan pelajaran penting tentang
golf yang akan membantu August menjadi ayah yang baik, dan menukar dengan buku
harian London yang ditulis di kartu skor golf tentang ibunya sehingga August
dapat mengenal ibunya yang meninggal waktu dia kecil.
August setuju. Dan sepanjang masa
kehamilan Erin, dia belajar sembilan pelajaran berharga tentang cara menjadi
ayah. Namun emang dasarnya tambeng, August ini masih gengsi mengakui kebenaran
ucapan ayahnya.
Family drama is always heartwarming. Memang sih nggak bikin gue
nangis kejer seperti saat membaca Suzanne’s Diary For Nicholas, tapi The Nine
Lessons cukup bikin berkaca-kaca—atau gue yang cengeng? Gue merasa cerita ini real karena setiap orang pasti takut
untuk menjadi orangtua dan selalu merasa tidak siap.
Intinya adalah tak pernah ada orang yang siap untuk jadi orangtua, dan tak ada orang yang akan menjadi orangtua yang sempurna. Jika seorang ayah berharap untuk berdiri dan memukul hole in one dari awal dalam mendidik anak-anaknya, dia mengharapkan hal yang mustahil. Harapan terbaik yang bisa kau harapkan sebagai orangtua adalah mengarahkan segala daya upaya yang kau miliki, dan mencoba melakukan yang terbaik
Oswald ‘London’ Witte
Gue mengacungkan dua jempol untuk
idenya menarik filosofi golf ke dalam pelajaran kehidupan. Fresh dan bikin gue mengangguk-angguk setuju.
Ini pengalaman pertama membaca
buku Kevin Alan Milne dan gue langsung suka. Ngingetin gue sama James Patterson
dan Nicholas Sparks.
Sejak awal, August ini sudah ngegemesin.
Dia benar-benar menyebalkan dan mengutarakan kebenciannya kepada ayahnya. Anehnya,
gue malah menangkap di balik kebencian itu sebenarnya dia menyayangi ayahnya. Dan
yang belajar menjadi ayah di sini bukan hanya August, tetapi juga London. Inilah
Mulligan yang diberikan kepada mereka.
Ada banyak istilah golf bertebaran
di sini dan dijelaskan dengan sangat baik. Gue baca terjemahan dan gue lumayan enjoy dengan terjemahannya. Mungkin yang
sedikit mengganggu adalah ketidakkonsistenan penerjemaha. Di awal memakai ayah,
di bagian belakang dad. Piye toh? Juga
di bagian epilog yang berupa buku harian. Ada beberapa orang di sana yang
menulis tapi tidak disebut itu siapa. Font yang sama antara bagian London dan
August bikin puyeng.
Selain kental drama keluarga,
hubungan percintaan August-Erin dan London-Jessalyn juga lucu. Gue suka dengan
taruhan satu dolar dan sebuah ciuman yang diterapkan August dan Erin. Apa saja
bisa mereka pertaruhkan. Cuaca, skor bola, apa saja. Dan itu membuat mereka
terlihat romantis *ide bagus buat diterapin nanti sama pasangan hihi*. Oh,
mungkin yang gue kurang sreg adalah pernikahan London-Delores *spoiler haha*.
Satu kata: heartwarming. Total ada dua scene
yang bikin gue berkaca-kaca. Pertama saat Jessalyn dirawat dan sekarat. Kedua saat
Erin dioperasi dan London membawa August ke pelajaran golf terakhir mereka di
kapel rumah sakit. Haru.
Aku tahu ia akan menjadi ayah yang baik karena ia khawatir bahwa ia tak bisa. Seorang ayah yang buruk tidak akan peduli tentang itu.
Erin Witte
Two thumbs up for Kevin Alan Milne. Dan buku ini wajib dibaca jika
ingin belajar tentang bagaimana menjadi orangtua yang baik.
0 Comments:
Post a Comment