Revenge Wears Prada: The Devil Returns
Lauren Weisberger
The Devil is back.
After ten years, Lauren Weisberger bring
back the devil and Andy and let us know about her life ten years later after
fuck-up-moment at Paris. Revenge Wears Prada.
Cerita
dimulai dengan hari pernikahan Andy bersama Maxwell Harrison, putra Robert and
Barbara Harrison, pewaris Harrison Media Holding yang ternama itu. Mantan playboy yang akhirnya bertekuk lutut di
depan Andy. Namun suatu kejadian beberapa saat membuat Andy mulai meragukan
pernikahannya.
Sepuluh
tahun setelah lepas dari Runway dan Miranda Priestly, Andy bekerja sebagai
penulis di website wedding Happily
After After. Namun pertemuan tidak sengaja dengan Emily Charlton—yup, Miranda’s
first assistant—di sebuah cooking class
mengubah hidup Andy. Emily yang dipecat Miranda akhirnya menjadi junior fashion stylist di Harper’s
Bazaar. Emily dan Andy kemudian akrab dan jadi BFF. Emily mengusulkan membuat
majalah sendiri. The Plunge. Glossy
magazine about wedding. Karena The Plunge-lah Andy berkenalan dengan
Maxwell yang menjadi investor utama. Kebetulan Harrison Media Holding agak-agak
goncang gitu deh jadi Max, setelah ayahnya meninggal, harus mengembalikan
kestabilan perusahaannya.
Revenge
Wears Prada bercerita tentang kehidupan Andy. Being career woman and wife and mommy. Semuanya terasa sempurna
sampai suatu hari Elias-Clark menghubungi mereka dan menawarkan akuisisi untuk
The Plunge. Emily excited karena nama
besar Elias-Clark tentu bermanfaat untuk The Plunge. Max mendukung Emily karena
jelas ini sebuah tawaran yang menarik. Namun Andy ragu karena tidak ingin
kembali ke Elias-Clark karena sekarang posisi Miranda Priestly adalah director
editorial yang membawahi semua majalah di Elias-Clark, termasuk The Plunge.
Finally gue menyelesaikan buku ini. Fresh from the oven. Masih jelas ketika
gue teriak norak di Periplus Plaza Senayan waktu melihat buku ini versi paperback karena sehari sebelumnya yang
baru ada masih edisi hardcover.
Pertimbangan duit yang seadanya membuat gue lebih memilih edisi paperback.
Namun
ketika buku ini dibuka, alamak font-nya
kecil-kecil banget. Gue sampai jereng. Hasilnya gue cuma bisa baca buku ini
selama di jalan dari dan ke kantor karena penerangan kamar yang remang-remang.
Makanya selesainya agak lama, empat hari.
So,
bukunya gimana? First of all, yang
ada di bayangan gue ceritanya adalah Andy bekerja di New York Times sesuai
keinginannya lalu bekerjasama dengan Emily membentuk The Plunge lalu Andy masih
terlibat hubungan dengan Christian Collinsworth but in the end she realize that she still loves Alex and they will
married. Tapi dugaan gue salah. No
more New York Times. No more Christian and Alex. Andy found her new love.
Seperti
biasa, gue takjub dengan gaya bercerita Lauren Weisberger. Ini yang membuat gue
bertahan baca buku dia meski karakter heroine-nya hampir sama semua di setiap
buku.
Andrea
Sachs. Di The Devil Wears Prada, Andy punya bakat jadi gengges. Terlebih sejak
diperankan oleh Anne Hathaway, bakat genggesnya makin terasah. Di Revenge Wears
Prada, Andy jadi super super super gengges. Gue nggak suka kebiasaannya
menunda-nunda masalah sampai Emily harus selalu ngalah. Ini yang namanya produk
ivy league? Kok jadi cemen gini? Bukan hanya Emily, Andy yang suka nyimpen
kecurigaan dari Max. Bahkan nggak ngasih tahu Max dia hamil? Ohmigod. Super
gengges.
Emily
Charlton. Karakter Emily kelihatan banget berkembangnya. Dari Emily pemuja
Miranda lalu beralih jadi Emily pembenci Miranda dan Emily yang akhirnya balik
memuja Miranda.
Maxwell.
Ohmigod I am drooling. Alex plus Christian
nggak ada apa-apanya dibanding Max. kekurangan Max Cuma punya ibu tipikal
nyonya-nyonya sosialita bersasak tinggi. Ketika Max berinteraksi dengan
anaknya, ohmigod, FILF alert.
Miranda
Pristly. Still the devil. Miranda yang mendapat promosi jadi director editorial
Elias-Clark selain masih jadi editor in chief Runway bikin gue berpikir: ini
Miranda benar-benar mau nyaingin Anna Wintour ya? Bahkan posisi mereka sekarang
sama haha.
Lauren
juga berbaik hati memberitahu kelanjutan tokoh-tokoh minor di buku sebelumnya
seperti Jill dan Lily. Jill happily
married with Kyle and her sons. Lily tinggal di Colorado untuk rehab dan
menata hidupnya lalu menikah dengan Bodhi dan punya dua anak.
Konflik
di buku ini lebih berasa ketika Elias-Clark ingin mengakuisisi. Pertama-tama
gue support Emily. Come on, Elias-Clark gitu, masa ditolak?
Gue ngebayangin by the time gue bikin
majalah sama teman-teman lalu anggaplah MRA atau Kompas Gramedia mau
mengakuisisi majalah gue, ya jelaslah gue terima. Tawaran yang too good to be true dan once in a lifetime banget. Wajar jika
Emily pengin banget. Saat itu gue benci banget sama Andy.
Lalu
ketika gue semakin memasuki pikiran Andy, gue jadi mendukung dia. Emily malah
jadi labil karena dia yang begitu membenci Miranda akhirnya amlah ngebet banget
mau kerja bareng Miranda lagi. gue setuju dengan pemikiran Andy. Tupai nggak
akan mau jatuh di lobang yang sama dua kali kan?
Dan Max.
memang sih pengkhianatan max berat banget tapi bukan berarti karena itu Andy
boleh minta… forget it, takut
spoiler. Tapi Max egois sih dengan keputusannya itu.
Ngomong-ngomong
soal bikin majalah, gue jadi ingat obrolan bego-bego jaman kuliah sama
teman-teman gue (Icha dan Ayu) bahwa someday,
maybe ten years later, kita akan punya majalah sendiri. Sampai sekarang
impian ini masih ada. Gue dan Icha masih berkutat di majalah meski Ayu
berpaling ke corporate.
Gue suka
sama ceritanya meski ini bukan cerita Lauren favorit gue. Tapi… gue nggak suka
sama endingnya. Terlalu too good to be
true. Kalaupun memang endingnya mau begitu, menurut gue terlalu cepat.
Overall,
terlepas dari review negatif di Goodreads, Lauren
Weisberger is one of my favourite.
0 Comments:
Post a Comment