[book review] Indonesia Romance Reading Challenge #38 Hawa - Riani Kasih

2 comments
Hawa
Riani Kasih



Hawa membatalkan pernikahannya hanya karena tunangannya, Abhirama, membatalkan sesi foto pre wedding mereka di Bali dengan alasan kesibukan. Hawa menyadari kalau selama ini Abhirama selalu menomorsatukan pekerjaan ketimbang dirinya. Untuk mengobati patah hati, Hawa dan keluarganya—ayah dan adiknya, Luna—pindah ke Desa Sejiram, ke rumah Oma-nya, tempat dia menghabiskan masa kecil dulu. Tanpa sengaja Hawa bertemu Landu, polisi yang bertugas di sana. Pertemuan pertama mereka berlangsung kurang menyenangkan tapi mereka tidak bisa menolak takdir yang seolah menyatukan mereka. tapi, Abhirama kembali ke hidup Hawa.
Ini novel juara dua Lomba Penulisan Novel Amore Gramedia. Dengan embel-embel juara dua dan Gramedia, gue berkespektasi tinggi terhadap novel ini. Apalagi blurb-nya sangat menjanjikan sebuah drama. Tapi, gue serasa jatuh dari ketinggian seratus meter karena ekspektasi gue ketinggian.
Gue kecewa dengan buku ini.
Karena gue antimainstream, gue mau mulai dari kenapa gue kecewa dengan buku ini.
Konflik: enggak jelas. Dari blurb, gue menangkap akan ada drama antara Hawa-Landu-Abhirama. Tapi, enggak ada, tuh. Gue merasa karakter Abhirama ini hanya tempelan. Alasan pembatalan pernikahan Hawa dan Abhirama enggak terlalu dieksplor, hanya dibilang karena Abhirama terlalu sibuk. Bahkannnnn sampai akhir gue enggak tahu apa pekerjaan Abhirama sampai-sampai dia jauh lebih sibuk dari presiden. Harusnya pertemuan mereka kembali bisa menimbulkan konflik luar biasa, ditambah twist yang dikasih penulis kalau Abhirama ini teman SMA Landu—jujur, gue terganggu dengan twist ini—tapi malah enggak ada konflik. Penyelesaiannya udah gitu aja. Abis Hawa menolak Abhirama, dia ke rumah Landu karena bingung. Ngapain bingung coba, lha dia udah mutusin buat jalan sama Landu. Dan, udah, nikah aja gitu.
Cewek yang batal menikah enggak akan semudah itu untuk mau menikah, apalagi dengan cowok yang baru ketemu 3-4 kali dan menghabiskan satu kali weekend saja. Dia sama Abhirama pacaran empat tahun, lho. Cuma karena diajak naik speedboat dan memanen madu, lalu itu berarti Landu is the one? Mana chemistry-nya? Interaksi di antara mereka enggak menumbuhkan chemistry itu. Fiksi pun harus realistis, tapi ini enggak realistis sama sekali.
Oh, ada bagian kedua. Dan… apa hubungan bagian kedua ini dengan bagian pertama? Dear Riani Kasih, kalau gue jadi elo, gue akan mengeksplor kemungkinan konflik di bagian pertama, menambah interaksi Hawa dan Landu, dan juga memperkuat karakter Abhirama dan enggak hanya bikin dia kayak tempelan, dan membuang bagian kedua ini. Enggak guna dan enggak ada hubungan dengan bagian pertama. Kalau masih mau ada bagian kedua, please, kuatin dulu bagian pertama.
Gaya menulis seperti ini bikin gue ingat The Choice Nicholas Sparks. Ada dua bagian juga. Tapi, Sparks memulai dengan sedikit inti bagian kedua, yaitu si istri kecelakaan. Lalu perlahan-lahan pembaca diajak mengikuti kisah pertemuan kedua tokoh sejak awal sampai mereka menikah, dengan konflik yang pas dan interaksi yang pas, lalu masuk ke bagian kedua, pembuktian cinta sang suami. Tapi, di novel Hawa ini kehadiran bagian kedua terlalu tiba-tiba di seperlima akhir dan enggak ada hubungan dengan pertama.
Intinya, konflik kurang tergali dan banyak kemungkinan drama malah dibuang.
Karakter: enggak jelas. Awalnya gue memikirkan akan menemukan another-Tucker Matthew seperti yang dihadirkan Rachel Gibson. Polisi di kota kecil yang suka sama tetangganya. Tapi… karakter Landu kurang kegali. Awalnya dia dihadirkan sebagai sosok polisi muda yang serius, lalu di tengah-tengah jadi centil, dan di belakang jadi pede jaya dan gombal. Hawa lumayan tergali meski gue merasa banyak self insert penulis di sini. Kebanyakan penulis pemula memang suka self insert. Hawa yang baru lulus kuliah, sudah menerbitkan antologi pertama, dan penulis novel, persis sama dengan biodata penulis. Enggak masalah, sih, cuma ya paling enggak kasih tahu gitu dia umur berapa. Ini enggak ada, dan ciri-ciri fisik juga enggak disebutin. Yang paling kasihan adalah Abhirama. Udah cuma jadi tempelan, eh enggak dikasih tahu lagi fisiknya kayak apa. Cuma dibilang super sibuk tanpa tahu kerjaannya apa.
Karakter lain juga mengganggu. Praba, bokap Hawa, terasa feminin banget. Gue merasa Hawa malah ngomong sama mamanya ketimbang papanya. Oma Naning juga terasa mirip Praba. Enggak ada pembeda yang jelas. Buku ini mengambil PoV3 dan seolah-olah penulis mau masukin semua yang diketahui tokoh. Perpindahan antartokoh kurang smooth. Dan, yang paling ganggu adalah detail enggak penting seperti nostalgia Praba tentang almarhum istrinya yang panjang banget dan enggak ada hubungannya dengan kisah Hawa.
Chemistry: minus. Gue rasa ini karena prosesnya terlalu cepat jadi kurang tergali sifat masing-masing tokoh yang mampu memunculkan chemistry. Itulah kenapa gue bilang di awal kalau saja konfliknya lebih dimatangin, mungkin chemistry bisa terbentuk dengan sendirinya.
Lalu, kenapa buku ini bisa jadi juara dua?
Gue rasa karena idenya fresh. Desa Sejiram yang thank to this book karena kalau enggak gue enggak akan tahu ada desa ini. Juga Danau Sentarum yang indah banget. Riani Kasih benar-benar juara menggambarkan deskripsi tempat ini. Adegan naik speedboat di sini manis banget. Coba adegan manis ini ditambah, dan interaksi ditambah, deegan mengeksplorasi daerah lain di Kapuas Hulu, pasti makin oke.
Dan, polisi. Ini menurut gue jadi salah satu nilai plus. Tokoh polisi jarang diangkat di novel roman lokal, enggak kayak novel roman luar yang polisi bisa jadi romantis atau bahkan kinky. Sebuah angin segar aja menurut gue.
Lalu, gaya menulisnya? Ini subjektif karena gue enggak suka gaya yang mendayu-dayu seperti ini. Gue malah suka interaksi Landu dengan anak-anak local dalam bahasa local.
Sebagai pemenang lomba, jujur gue kecewa kenapa ini bisa jadi pemenang. Well, bukan berarti gue merendahkan Riani Kasih, ya, cuma rasanya ini kurang aja untuk jadi pemenang kedua. Gue malah prefer Heart Quay, yang jadi pemenang ketiga. Buktinya, gue masih bisa mengingat dengan jelas seperti apa Kenneth Yang. Sedang gue udah lupa Landu kayak apa padahal baru baca semalam, kecuali dia suka banget keluar dari kamar mandi dengan rambut basah.
That’s it.

Dan, ini jadi buku pertama yang gue banting begitu abis baca karena emosi saking kecewanya.
SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

2 comments

  1. Bukunya ngga salah, mba... Kasian dibanting-banting... :'(

    ReplyDelete
  2. Sama aku juga kecewa, padahal udh di omongin di social network (di heboh hebohkan), tau nya. Syg banget, kok bisa ya jadiin juara kedua?. Konflik nya terlalu di cepet cepetin. Sorry to say.

    ReplyDelete

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig