Hawa
Riani Kasih
Hawa membatalkan pernikahannya hanya karena tunangannya, Abhirama,
membatalkan sesi foto pre wedding
mereka di Bali dengan alasan kesibukan. Hawa menyadari kalau selama ini
Abhirama selalu menomorsatukan pekerjaan ketimbang dirinya. Untuk mengobati
patah hati, Hawa dan keluarganya—ayah dan adiknya, Luna—pindah ke Desa Sejiram,
ke rumah Oma-nya, tempat dia menghabiskan masa kecil dulu. Tanpa sengaja Hawa
bertemu Landu, polisi yang bertugas di sana. Pertemuan pertama mereka
berlangsung kurang menyenangkan tapi mereka tidak bisa menolak takdir yang
seolah menyatukan mereka. tapi, Abhirama kembali ke hidup Hawa.
Ini novel juara dua Lomba Penulisan Novel Amore Gramedia. Dengan embel-embel
juara dua dan Gramedia, gue berkespektasi tinggi terhadap novel ini. Apalagi blurb-nya sangat menjanjikan sebuah
drama. Tapi, gue serasa jatuh dari ketinggian seratus meter karena ekspektasi
gue ketinggian.
Gue kecewa dengan buku ini.
Karena gue antimainstream,
gue mau mulai dari kenapa gue kecewa dengan buku ini.
Konflik: enggak jelas. Dari blurb,
gue menangkap akan ada drama antara Hawa-Landu-Abhirama. Tapi, enggak ada, tuh.
Gue merasa karakter Abhirama ini hanya tempelan. Alasan pembatalan pernikahan
Hawa dan Abhirama enggak terlalu dieksplor, hanya dibilang karena Abhirama
terlalu sibuk. Bahkannnnn sampai akhir gue enggak tahu apa pekerjaan Abhirama
sampai-sampai dia jauh lebih sibuk dari presiden. Harusnya pertemuan mereka
kembali bisa menimbulkan konflik luar biasa, ditambah twist yang dikasih penulis kalau Abhirama ini teman SMA Landu—jujur,
gue terganggu dengan twist ini—tapi malah
enggak ada konflik. Penyelesaiannya udah gitu aja. Abis Hawa menolak Abhirama,
dia ke rumah Landu karena bingung. Ngapain bingung coba, lha dia udah mutusin
buat jalan sama Landu. Dan, udah, nikah aja gitu.
Cewek yang batal menikah enggak akan semudah itu untuk mau
menikah, apalagi dengan cowok yang baru ketemu 3-4 kali dan menghabiskan satu
kali weekend saja. Dia sama Abhirama
pacaran empat tahun, lho. Cuma karena diajak naik speedboat dan memanen madu, lalu itu berarti Landu is the one? Mana chemistry-nya? Interaksi di antara mereka enggak menumbuhkan chemistry itu. Fiksi pun harus
realistis, tapi ini enggak realistis sama sekali.
Oh, ada bagian kedua. Dan… apa hubungan bagian kedua ini dengan
bagian pertama? Dear Riani Kasih,
kalau gue jadi elo, gue akan mengeksplor kemungkinan konflik di bagian pertama,
menambah interaksi Hawa dan Landu, dan juga memperkuat karakter Abhirama dan
enggak hanya bikin dia kayak tempelan, dan membuang bagian kedua ini. Enggak
guna dan enggak ada hubungan dengan bagian pertama. Kalau masih mau ada bagian
kedua, please, kuatin dulu bagian
pertama.
Gaya menulis seperti ini bikin gue ingat The Choice Nicholas
Sparks. Ada dua bagian juga. Tapi, Sparks memulai dengan sedikit inti bagian
kedua, yaitu si istri kecelakaan. Lalu perlahan-lahan pembaca diajak mengikuti
kisah pertemuan kedua tokoh sejak awal sampai mereka menikah, dengan konflik
yang pas dan interaksi yang pas, lalu masuk ke bagian kedua, pembuktian cinta
sang suami. Tapi, di novel Hawa ini kehadiran bagian kedua terlalu tiba-tiba di
seperlima akhir dan enggak ada hubungan dengan pertama.
Intinya, konflik kurang tergali dan banyak kemungkinan drama malah
dibuang.
Karakter: enggak jelas. Awalnya gue memikirkan akan menemukan another-Tucker Matthew seperti yang
dihadirkan Rachel Gibson. Polisi di kota kecil yang suka sama tetangganya. Tapi…
karakter Landu kurang kegali. Awalnya dia dihadirkan sebagai sosok polisi muda
yang serius, lalu di tengah-tengah jadi centil, dan di belakang jadi pede jaya
dan gombal. Hawa lumayan tergali meski gue merasa banyak self insert penulis di sini. Kebanyakan penulis pemula memang suka self insert. Hawa yang baru lulus
kuliah, sudah menerbitkan antologi pertama, dan penulis novel, persis sama
dengan biodata penulis. Enggak masalah, sih, cuma ya paling enggak kasih tahu
gitu dia umur berapa. Ini enggak ada, dan ciri-ciri fisik juga enggak
disebutin. Yang paling kasihan adalah Abhirama. Udah cuma jadi tempelan, eh
enggak dikasih tahu lagi fisiknya kayak apa. Cuma dibilang super sibuk tanpa
tahu kerjaannya apa.
Karakter lain juga mengganggu. Praba, bokap Hawa, terasa feminin banget.
Gue merasa Hawa malah ngomong sama mamanya ketimbang papanya. Oma Naning juga
terasa mirip Praba. Enggak ada pembeda yang jelas. Buku ini mengambil PoV3 dan
seolah-olah penulis mau masukin semua yang diketahui tokoh. Perpindahan antartokoh
kurang smooth. Dan, yang paling
ganggu adalah detail enggak penting seperti nostalgia Praba tentang almarhum
istrinya yang panjang banget dan enggak ada hubungannya dengan kisah Hawa.
Chemistry: minus. Gue rasa ini karena prosesnya
terlalu cepat jadi kurang tergali sifat masing-masing tokoh yang mampu
memunculkan chemistry. Itulah kenapa
gue bilang di awal kalau saja konfliknya lebih dimatangin, mungkin chemistry bisa terbentuk dengan
sendirinya.
Lalu, kenapa buku ini bisa jadi juara dua?
Gue rasa karena idenya fresh.
Desa Sejiram yang thank to this book
karena kalau enggak gue enggak akan tahu ada desa ini. Juga Danau Sentarum yang
indah banget. Riani Kasih benar-benar juara menggambarkan deskripsi tempat ini.
Adegan naik speedboat di sini manis
banget. Coba adegan manis ini ditambah, dan interaksi ditambah, deegan
mengeksplorasi daerah lain di Kapuas Hulu, pasti makin oke.
Dan, polisi. Ini menurut gue jadi salah satu nilai plus. Tokoh polisi
jarang diangkat di novel roman lokal, enggak kayak novel roman luar yang polisi
bisa jadi romantis atau bahkan kinky.
Sebuah angin segar aja menurut gue.
Lalu, gaya menulisnya? Ini subjektif karena gue enggak suka gaya yang
mendayu-dayu seperti ini. Gue malah suka interaksi Landu dengan anak-anak local
dalam bahasa local.
Sebagai pemenang lomba, jujur gue kecewa kenapa ini bisa jadi
pemenang. Well, bukan berarti gue
merendahkan Riani Kasih, ya, cuma rasanya ini kurang aja untuk jadi pemenang
kedua. Gue malah prefer Heart Quay,
yang jadi pemenang ketiga. Buktinya, gue masih bisa mengingat dengan jelas
seperti apa Kenneth Yang. Sedang gue udah lupa Landu kayak apa padahal baru
baca semalam, kecuali dia suka banget keluar dari kamar mandi dengan rambut
basah.
That’s it.
Dan, ini jadi buku pertama yang gue banting begitu abis baca
karena emosi saking kecewanya.
Bukunya ngga salah, mba... Kasian dibanting-banting... :'(
ReplyDeleteSama aku juga kecewa, padahal udh di omongin di social network (di heboh hebohkan), tau nya. Syg banget, kok bisa ya jadiin juara kedua?. Konflik nya terlalu di cepet cepetin. Sorry to say.
ReplyDelete