[Indonesian Romance Reading Challenge] #36 Reasons by Aditia Yudis

Leave a Comment
Reasons
Aditia Yudis



Adeline: “Aku bisa saja meminta bantuan Sigit, tapi aku takut semua jadi rumit.”
Sigit: “Baru kali ini ada yang mengajakku makan malam. Amber memang menarik, tapi…”
Amber: “Jadi, Abi mau pergi? Kenapa dia bisa tega meninggalkanku?”
Abi: “Aku hanya ingin Adeline tahu, bahwa dia lebih baik dari yang dia kira.”
Adeline dan Amber bertemu dalam satu titik kehidupan. Mereka punya impian yang sama. Tapi hanya satu yang bisa mencapainya. Awalnya, mereka pikir persaingan itu hanya sementara. Tapi ternyata masa depan mereka pun saling bertautan, karena beberapa alasan.

Gue mengikuti novel ini sejak masih berupa ide doang sampai akhirnya jadi buku. Ya, sempat jadi tong sampah Adit juga curhat sepanjang nulis novel ini, hehehe. Seru, sih, but by the time gue baca novel ini, utuh dalam bentuk buku, perasaannya enggak se-excited seperti tiap kali gue megang buku baru. Karena gue udah ngerasa pernah kenal dengan tokoh di dalamnya. Jadi, istilahnya gue kayak ketemu teman lama dan mengungkit kembali memori gue tentang dia. Enggak seperti baca novel baru yang gue excited seperti ketemu teman baru yang bikin gue pengin kenal terus soal dia.
Allright. Buku ini bercerita tentang Adeline dan Amber. Amber is a popular girl and Adeline just a mediocre. Keduanya sama-sama pengin dan punya alasan kuat untuk memenangkan lomba karya ilmiah yang nantinya membawa mereka ke universitas idaman. Tapi, hanya satu yang menang. Adeline is the winner. Tapi, Amber enggak bisa menerimanya. Dia pun mengusik kehidupan Adeline dan mempersulit jalan Adeline untuk kuliah. Setelah semua permasalahan di antara mereka selesai di malam prom, Adeline dan Amber merasa bisa kehidupan mereka yang baru di universitas. Tapi takdir kembali mempertemukan mereka. Kali ini membawa serta tokoh baru, Sigit dan Abimantra.
Ini bukan pengalaman pertama gue baca buku Adit meski ini adalah buku YA pertama dia yang gue baca—novel YA pertama Adit juga, CMIIW. Jika dibandingin dengan novel sebelumnya, gue lebih suka novel YA ini. Mungkin karena saat ini gue lagi dalam mode YA-minded juga kali, ya, but seriously, lebih enjoy aja bacanya. Enggak skip-skip. Idenya fresh dan remaja banget. Bullying is the biggest issue in teenage life right now. Apalagi kalau udah bawa-bawa dunia cyber—meski gue ngarepnya pelaku bully lebih jahat lagi dalam manfaatin internet hehehe *masukan gue buat dibikin jahat enggak diterima hahaha*. Di buku ini kita diajak untuk melihat dari sisi pelaku dan korban bully sekaligus. Serunya, keadaan jadi berbalik di pertengahan ke belakang. Si pelaku akhirnya jadi korban, dan sebaliknya. The power of revenge *spoiler yak? Hahaha*
Dari novel-novel sebelumnya, gue suka karakter di sini. Alasan masing-masing tokoh untuk berbuat sesuatu cukup kuat sehingga membuat pembaca bisa ngebenerin tindakan mereka. Istilah simpelnya, enggak hitam putih banget. But sometimes I found Adeline itu gengges. Actually, cewek sok kuat memang ada bakat buat jadi gengges, sih, hehe.
Tapi yang agak disayangin adalah bahasa yang dipakai. Di beberapa part agak masih kaku. Terutama pada percakapan. Buat ukuran remaja, bagi gue ada yang masih kaku—my bad gue enggak bisa nandain karena bacanya di kereta hehe—cuma gue inget banget ada satu dialog Amber-Marina yang kesannya kaku. Cuma, untung aja enggak banyak.
Teknis. Gue suka benget ilustrasinya. Pertama kali dikasih lihat ilustrasi tiap bab sama Adit, gue langsung teriak suka. Gila, itu ilustrasi The Hobbit detail banget. Udah enggak kehitung berapa kali gue memuji-muji illustrator ini. keren.
Tapi gue juga bermasalah dengan teknis alias editan. Typo cuma dua kali gue temuin, gue lupa katanya apa tapi gue inget kurang guruh g. Tapi, sering banget ditemuin enggak ada spasi antarkata. Errr…. Karena jumlahnya lumayan jadi agak ganggu.
So far, I like this book. Not another typical teenlit book, hahaha. Favorit gue? Jelas dan masih selalu suka Fili dan Kili. Siapa mereka? Baca aja haha.
General Discussion Questions
1.                  First Impression
Gue suka kovernya. Tapi, kalau aja Adit senarsis gue, gue yakin dia enggak suka dengan pemilihan warna di nama penulis. Enggak eye catching dan cenderung nyaru sama background di belakangnya. Cuma gue suka warna peach yang mendominasi cover. Fresh.
2.                  How did you experience the book?
Udah gue jelasin di atas. Secara gue udah hafal ceritanya, bacanya ya sekadar senang-senang aja. Udah enggak mikir lagi.
3.                  Characters
Karakter cukup kuat di mana karakter pendamping enggak mengambil podium karakter utama. Tambahan karakter kucing, Fili dan Kili, bikin terasa banget sense of teenager-nya.
4.                  Plot
Mengambil plot maju dan penceritaan sangat runut dan detail.
5.                  POV
Menggunakan PoV orang ke-3 sehingga kita bisa tahu semua yang terjadi pada Adeline dan Amber, juga tokoh pendamping seperti Sigit, Abimantra, Marina, Bang Rizal, serta Fili dan Kili, hehehe.
6.                  Main idea/theme
Senior year drama. Tahun terakhir sekolah merupakan masa-masa paling krusial di usia sekolah dan memang banyak drama yang muncul di tahun terakhir ini. Drama ini bisa tentang keluarga, sahabat, persaingan, cinta, dan juga pencarian jati diri—masalah alamiah yang dialami setiap remaja.
7.                  Quotes
“Namun, bukankah seperti itu dunia bekerja? Mereka yang bisa berpikir positif akan menyebutnya prinsip kesetimbangan. Si cantik kelihatan lebih berkilau karena ada si jelek. Ada si kaya, ada si miskin. Kemudian, si beruntung pun merasa lebih hebat dari si tidak beruntung.”
Oh, satu kalimat yang paling gue suka banget.
“Padahal selama ini bagi Adeline hanya tiga pria yang bisa disebut tampan di dunia ini, yaitu George Clooney, Chris Pine, dan BENEDICT CUMBERBATCH.” *insert emote fangirling*
8.                  Ending
Cukup memuaskan meski, kok, Sigit jadi dangdut gitu? Hahaha.
9.                  Questions
Kak, kemunculan istilah Star Trek dan The Lord Of The Rings sebagai bagian dari misi mencerdaskan remaja, ya? Hahaha.
10.              Benefits

Bikin kangen masa-masa SMA terutama senior year yang memang banyak drama. Terutama part Amber karena drama yang dirasa Amber setengahnya gue rasa juga, hehehe.
SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 Comments:

Post a Comment

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig