Second Chance Summer
Morgan Matson
Meet Taylor Edwards, cewek 17 tahun yang selama lima
tahun enggak pernah kembali ke rumah peristirahatan keluarganya di Pocono
Mountains. Tapi di musim panas ini, orangtuanya mengajak mereka kembali ke
sana. Karena pengin menghabiskan waktu sebagai keluarga utuh. Mungkin untuk
yang terakhir kalinya.
Karena ayahnya
menderita kanker pankreas.
Selama ini,
keluarga Edwards sibuk dengan kegiatan masing-masing. Karena itu, ayahnya
pengin mereka menghabiskan waktu bersama.
Masalahnya,
Taylor meninggalkan kenangan enggak baik di Pocono Mountain. Lima tahun lalu,
waktu dia lari dari masalah. Meninggalkan Henry Crosby, pacar pertamanya, dan
Lucy, sahabat baiknya, dalam keadaan terluka.
Kembali ke
Pocono enggak hanya membuat Taylor menjadi tambah dekat dengan ayahnya, tapi
juga memperbaiki masa lalunya.
I love this book (meski bacanya agak tersendat
karena sibuk. Tsahhh).
Gue beli buku ini tanpa pertimbangan apa-apa. Tanpa tahu siapa Morgan Matson. Tanpa pernah baca review sebelumnya. Tanpa tahu seperti buku ini. Simply karena gue suka covernya pas enggak sengaja lihat waktu main ke Aksara. Jadi, deh, beli gitu aja. Tapi ternyata bukunya baguuuuussss bingit kak. Enggak nyesel, deh.
Gue suka
karakteristik Taylor. Enggak gengges, he-he-he. Dan inti buku ini utamanya
adalah masalah keluarga. Gue suka gimana Taylor menolak untuk percaya penyakit
bokapnya. Tapi lama kelamaan, dia melihat sendiri gimana penyakit itu
menggerogoti bokapnya, membuat dia mau enggak mau harus percaya. Taylor punya
kebiasaan kabur ketika ada masalah. Dan untuk masalah ini, dia mencoba kabur
dengan memilih enggak percaya. But in the
end of the day, she have to admit that she never run again.
Enggak hanya
dari masalah keluarga, dia juga enggak bisa lari lagi dari masalahnya dengan Henry
dan Lucy. Karena Henry adalah tetangganya dan Lucy malah jadi rekan kerjanya.
Gue suka
gimana perlahan-lahan Taylor dan Lucy kembali bersahabat. Gimana Taylor dan
Henry kembali berdamai. Dan Morgan enggak memberikan penjelasan langsung
sekaligus, melainkan bertahap. Jadi, dijamin akan bikin penasaran dengan apa
sebenarnya yang terjadi di masa lalu antara Henry-Taylor-Lucy. Ketebak, sih, tapi
tetap bikin penasaran. Dan semuanya terkuak di sepertiga akhir. Penempatan adegan
flashback terasa pas dan enggak bikin
pusing. Dan, kaitan dengan masa sekarangnya enggak maksa.
Kisah cintanya
enggak terlalu dominan di sini, karena lebih fokus ke masalah keluarga. Meski banyak
tokoh terlibat, semuanya saling terhubung dengan benang yang jelas dan
keberadaan mereka penting.
Awalnya alur
terasa lama karena menceritakan kisah keseharian Taylor. Tapi lama-lama jadi
tambah cepat, apalagi di sepertiga akhir. Dan sepertiga akhir ini juga banjir
air mata. (Jadi pengin pukpuk Taylor).
Dan baca
novel ini jadi pengin tinggal di Pocono.
Mungkin yang
sedikit mengganggu buat gue adalah nama Taylor. Karena bikin gue kebayangnya
Taylor Swift. Which is gue enggak terlalu suka sama Swift. Somehow, Taylor jadi
terlihat gengges pas gue keingat Swift. Jadi, harus susah payah dulu buat fokus
ini bukan Swift biar enggak keganggu pas baca haha.
Intinya,
buat yang pengin baca novel yang heartwarming, enggak menye-menye, bisa banget
intip novel ini. jadi penasaran mau baca novel Morgan Matson lainnya (ini
pengalaman pertama baca novel Morgan).
0 Comments:
Post a Comment