Jadi, ada tiga temen gue yang ulang tahun dalam dua hari ini. Mereka mengadakan giveaway berhadiah buku. Caranya, cukup bikin cerita berupa dialog sebanyak maksimal 250 kata dari tiga gambar yang mereka berikan. Secara anaknya FOMO, ya sudahlah ikutan. Tapi karena antimainstream, ya pake foto sendiri *akhirnya ada alasan bikin cerita dari foto abangnya* Jadi, selamat ulangtahun Danis, Mas Momo, dan Rido. Maklumin aja ya ceritanya enggak nyambung dengan kalian karena emang bagian dari fangirling, hi-hi.
Dan berhubung udah lama enggak nulis, susah juga ya ternyata, hi-hi-hi. Thanks untuk kalian bertiga, akhirnya blog ini ada isinya juga.
Jangan Pergi
(Aku suka foto ini. Ngebayangin abangnya meluk trus ngomong dialog ini dengan suara berat seksinya itu, aw aw aw haha)
“Pass…”
“Pass?”
“Ingat janji kita dulu? Ketika
aku membantumu lepas dari pria yang menyakitimu, kamu bilang akan membalasnya. Aku
memintamu untuk menundanya sampai aku siap. Sekarang aku sudah siap. Aku ingin
menagih janjimu.”
“Baiklah.”
Kurasakan sepasang lengan
melingkari pundakku. “Jangan pergi.”
“Pergi?”
“Kamu selalu menemuiku sebentar. Lalu
kamu akan pergi, kembali padanya. Jika dia membuatmu menangis, kamu akan
kembali kepadaku. Hanya untuk sementara. Selalu begitu. Datang dan pergi.”
“Aku…”
“Kamu bilang akan mengabulkan
apapun permintaanku.”
Dekapan di pundakku kian erat. Membuatku
terbebani.
“Aku mencintainya.”
“Tapi dia menyakitimu.”
“Ada sakit dalam cinta.”
“Aku tidak setuju.”
“Kamu hanya tidak mengerti.”
“Aku mengerti. Sangat mengerti.
Dia tidak mencintaimu seperti aku mencintaimu. Dia menyakitimu, membuatmu menangis,
selalu merasa sendiri. Aku mencintaimu dengan baik, melindungimu, memastikan
kamu merasakan kebahagiaan. Jadi, kuminta jangan pergi.”
“Aku harus pergi. Maaf, aku tidak
bisa memenuhi janjiku. Tapi aku akan membalasnya nanti.”
“Sekarang atau nanti,
permintaanku selalu sama. Tetaplah di sini, bersamaku. Jangan pergi.”
“Maaf.”
“Jangan meminta maaf. Hanya,
jangan pergi.”
“Maaf, aku harus pergi.”
Karena meski ada rasa sakit, aku
terlanjur mencintainya.
Gila
(Ya ya ya, kamu bikin aku jadi gila bang haha)
“Untuk apa kamu membawaku ke sini?”
“Hei, hari ini ulang tahunku. Bersikap
ramahlah sedikit.”
“Ramah? Kepadamu? Untuk apa.”
Perempuan itu duduk di dinding Jacuzzi,
setelah sebelumnya mendorongku hingga terbaring di dalamnya. Entah apa yang
akan dilakukannya sekarang. Perempuan itu gila, perbuatannya tidak pernah
ditebak.
“Karena ini ulang tahunku dan aku
spesial untukmu.”
“Dulu.”
“Dulu?”
“Iya. Dulu. Sebelum kamu jadi
gila seperti sekarang.”
“Aku tidak gila.” Suaranya mulai
meninggi.
“Lalu, yang kamu lakukan
sekarang, apa enggak bisa dibilang sebagai tindakan gila? Kamu menculikku,
membawaku ke sini, dan bersikap seolah tidak ada apa-apa? Bayangkan apa yang
terjadi di luar sana. Semua orang pasti mencariku.”
“Justru aku menyelamatkanmu dari
mereka.”
“Kamu membuatku takut.”
Perempuan gila itu menundukkan
wajahnya mendekatiku. Membuat asap rokok di tangannya mengaburkan pandanganku.
“Kenapa aku membuatmu takut
padahal aku mencintaimu? Aku menyelamatkanmu dari penggemar gilamu itu,
membawamu ke sini sehingga kita bisa bersama dan mereka tidak lagi mengganggumu
seperti semut mengerubungi gula. Bersama selamanya, bisa kamu bayangkan? Itu hal
terindah yang pernah kuimpikan dan sebentar lagi aku akan mewujudkannya.”
“Kamu gila.”
“Ya, kamu yang membuatku
tergila-gila.”
“Biarkan aku pergi.”
“Tidak. Ini hari ulang tahunku
dan aku ingin kita melewatinya bersama.”
“Lepaskan aku.”
“Aku pernah melepaskanmu sekali
dan hal itu membuatku gila. Aku tidak akan melakukannya lagi.” Dia
menghembuskan asap rokoknya tepat di hadapanku.
Aku tidak tahu jika cinta bisa
berubah jadi obsesi, dan membuat seseorang jadi gila. Seperti perempuan di
hadapanku ini.
Takut
“Aku akan membacakanmu suatu
cerita, sebagai hadiah di hari ulangtahunmu.”
“Aku akan mendengarkannya.”
“Baiklah.” Aku membuka buku merah
yang kubawa. Tepat di halaman 100 yang sudah kutandai sejak semalam. “Aku tidak
pernah takut. Ketika terjebak di tengah kegelapan, sendiri, aku tidak akan lari
tunggang langgang karena ketakutan. Pun ketika aku terperangkap dalam keadaan
yang menyesakkan, aku tidak takut. Tapi sekarang kamu, dan keberadaanmu dalam
hidupku, membuatku takut.”
Aku berhenti. Mendengarkan irama
napasnya yang menyentuh telingaku.
Kembali kulanjutkan membaca. “Aku
takut jika pada akhirnya aku tidak bisa terlepas darimu. Aku takut telah jatuh
cinta.”
“Kenapa harus takut untuk jatuh
cinta?”
“Aku takut tidak bisa jadi diriku
sendiri lagi ketika jatuh cinta.”
“Kamu bisa tetap jadi dirimu
sendiri.”
“Tidak. Mereka yang jatuh cinta
cenderung akan bersikap sesuai keinginan kekasihnya. Tidak lagi menjadi
dirinya. Lama-lama dia akan kehilangan dirinya, tidak lagi mengenal siapa
dirinya. Dan pada akhirnya dia akan tiada. Jatuh cinta membuatmu tiada.”
“Tidak selamanya seperti itu.”
“Bagiku tidak. Kamu…” aku
menunduk dadanya. “Mengubah dirimu jadi seperti yang dia inginkan. Dan aku
tidak lagi mengenalmu.”
“Aku tidak berubah.”
“Kamu berubah. Aku tahu itu.”
Dia berubah. Tidak lagi seperti
yang kukenal dulu setelah jatuh cinta.
Dan aku berubah. Jadi lemah. Tak berdaya.
Setelah jatuh cinta padanya.
Sumber foto: www.bigbangupdates.com
kak daraaaaa :D
ReplyDeleteTerima kasih, Kak Iip! ^^
ReplyDelete