Along For The Ride
Sarah Dessen
Meet Auden West, cewek yang baru aja lulus SMA
dan satu-satunya hal yang dia tahu hanyalah belajar. Ini karena pengaruh
ibunya, dosen feminis, yang begitu mementingkan pelajaran. Lagipula, Auden
merasa hanya belajarlah satu-satunya hal yang bisa dilakukannya sebagai
pelarian dari masalah keluarganya.
Orangtuanya sudah bercerai. Awalnya, mereka hanya bertengkar
diam-diam, ketika Auden sudah tidur. Suatu malam, Auden sengaja begadang agar
orangtuanya tidak bertengkar, tapi mereka tetap bertengkar. Sejak saat itu,
Auden mengidap insomnia.
Sampai sekarang, ketika dia sudah lulus SMA.
Sebelum masuk kuliah, Auden memutuskan untuk menghabiskan liburan
di rumah ayahnya, untuk menghindari ibunya yang intimidatif dan snobbish. Kebetulan, ibu tirinya, Heidi
baru aja melahirkan. Di Colby, Auden menemukan kalau dirinya perlahan mulai
berubah.
Di kota kecil pinggir pantai ini juga Auden berkenalan dengan Eli,
cowok yang juga mengalami masalah tidur. Berdua Eli, Auden melakukan pencarian
jati diri setiap malam.
Dan dia juga belajar bersepeda.
Here is my review.
Sarah Dessen bukan orang baru di dunia young adult. Udah banyak banget novel dia yang diterbitin dan, my bad, belum gue baca satupun. Semuanya
masih numpuk. Ketika gue lihat novel ini baru diterjemahin (aslinya terbitan
2009), gue langsung jatuh cinta sama covernya.
Dan gue jatuh cinta sama isinya.
Ceritanya sederhana. Bukan young
adult rumit dengan banyak intrik. Tapi justru kesederhanaan ini yang
menjadi nilai lebih novel ini. Kita diajak untuk ikut melakukan pencarian jati
diri bersama Auden setiap malam.
Gue suka karakter Auden. Cewek snobbish
yang menganggap cewek-cewek lain cheesy
dan enggak sepintar dia karena nyokapnya memang membentuknya seperti itu. Tapi
akhirnya dia malah enggak mengenali dirinya sendiri. Ketika dia mulai merasa
nyaman dnegan lingkungan Colby, dengan adik tirinya yang hobi banget nangis,
dengan nyokap tirinya, Heidi, yang selama ini dia anggap cheesy tapi ternyata malah menyenangkan, teman-temannya yang suka
ngecengin cowok, bergerombol, dan gosipin artis yang enggak dia banget, Auden
malah lupa dengan buku persiapan kuliah yang dia bawa ke Colby.
Karakter Auden ini dekat banget dengan kehidupan remaja. Bikin kita
sadar kalau bisa saja selama ini kita justru belum mengenal siapa diri kita
sebenarnya. Melainkan, kita sebagai bentukan orang tua. Permasalahan ibu dan
anak ini juga yang disorot oleh Sarah di buku ini. Gue suka chemistry antara Auden dan ibunya, juga
Auden dan Heidi.
Inti buku ini adalah pencarian jati diri. Termasuk di dalamnya
masalah keluarga, sahabat, dan pacar. Siapa sangka kalau Auden malah menemukan
teman baiknya di Colby? Juga jatuh cinta pada Eli, yang kalau berangkat dari
kaca mata ibunya enggak banget. soalnya Eli ini bukan tipe cowok kutu buku yang
suka belajar. Begitu juga teman-teman Auden, yang dipanggil ibunya gerombolan
cewek berbikini merah jambu. Meski awalnya menyangkal, Auden malah menyadari
kalau dia senang berada di tengah-tengah cewek merah jambu ini.
Satu hal lagi yang gue suka adalah penggambaran latarnya. Sukaaa…
benar-benar berasa hawa liburannya. Dan analogi sepeda yang diangkat Sarah. Gue
suka kebiasaan remaja Colby yang enggak jauh dari sepeda. Dan hidup itu memang
seperti roda sepeda, berputar. Agar bisa terus berputar, kita harus
mengayuhnya. Agar enggak jatuh.
Intinya, gue suka novel ini.
Oh salah. gue jatuh cinta sama Along For The Ride.
Fix-lah abis ini harus banget baca buku Sarah lainnya.
Untuk terjemahan, so far
gue suka. Kecuali urusan typo yang banyaaaaak banget. Tapi gue pengin mencoba
baca tulisan Sarah dalam versi aslinya, untuk melihat cocok enggak ya gue dengan
gaya menulis Sarah.
Untuk penyuka young adult,
gue saranin untuk membaca buku ini.
0 Comments:
Post a Comment