Review #15 Goodnight Tweetheart by Teresa Medeiros

Leave a Comment
Goodnight Tweetheart
Teresa Medeiros





TOP: What are you wearing today?
Me: Little black dress like Audrey Hepburn in Breakfast at Tiffany with old sweater. You?
TOP: Simple navy shirt with fedora.
Me: Let me guess. The fedora who you always wear in your concert?
TOP: My favorite one.
Me: Wanna wear that too.
TOP: You can wear it if you want. *cough* What about your book? Any progress?
Me: If I say that sitting in front of laptop, daydreaming about you, listening to your music and found that I don’t write anything as a progress. *sigh*
TOP: Don’t push yourself. You need to take a rest, you know that.
Me: I don’t know, actually.
TOP: So, come to my house and I will help you to make some rest.
Me: Can I?
TOP: Yeah
Me: *jump into a bus*
TOP: *waiting for you*
Me: Goodnight Sherlock.
TOP: Goodnight Watson.
Me: Goodning Doctor.
TOP: Goodnight Amy Pond.
Me: Goodnight St. Clair
TOP: Goodnight Anna.
Me: Goodnight Sebastian.
TOP: Goodnight Tweetheart.
*dan kemudian hening*
Percakapan di atas hanya delusional semata. Gabungan antara daydreaming yang enggak kunjung usai dan efek romantis abis baca Goodnight Tweethart.
Meet Abigail Donovan. Penulis yang buku pertamanya sukses besar dan membuatnya jadi terkenal, plus terpilih dalam Oprah Book Club. Sekarang Abby tengah pusing karena stuck di bab lima buku keduanya dan terus-terusan mengalami writer’s block. Sampai akhirnya publisher dia ngenalin Abby ke Twitter.
Di Twitter, Abby enggak sengaja bertemu Mark Baynard. Profesor sastra Inggris yang sedang cuti dan liburan keliling Eropa. Mereka pun DM-DMan yang selalu diawali dengan pertanyaan Mark tentang pakaian yang dikenakan Abby dan dibalas Abby dengan pertanyaan yang sama. Mereka langsung akrab. Mulai dari mengobrol tentang hal umum, balas-balasan seputar pop culture (book, movie, tv serial, etc) sampai ke pembicaraan serius tentang Mark yang selalu menyemangati Abby untuk enggak menyerah menyelesaikan buku keduanya.
Tapi, ada sesuatu yang enggak disangka-sangka Abby disembunyikan Mark darinya.
I LOVE THIS BOOK SO MUCH.
Sumpah, baca buku ini serasa nonton romcom ala-ala Nora Ephron gitu deh. Perasaannya sama kayak abis nonton When Harry Met Sally atau Sleepless In Seattle gitu. Sukaaakkk…
Dan bukunya kekinian banget meski kayaknya ditulis di awal-awal maraknya Twitter. Oke, gue memang telat karena baca buku ini sekarang, tapi seruuu. Formatnya unik, dibikin percakapan ala-ala Twitter. Dan dari percakapan itu kita bisa menebak sifat kedua tokoh utama ini. Tapi isi bukunya enggak melulu kayak twitter. Ada juga bagian kehidupan Abby di luar Mark dan DM-DM mereka, seperti Abby dan buku keduanya, Abby dan nyokapnya yang bipolar sekaligus dementia, Abby dan sahabatnya Margo, Abby dan publisher serta editornya, plus kucing-kucing Abby yang lucu, Willow Tum Tum dan Buffy The Mouse Slayer.
Deskripsi Teresa di beberapa bagian pas. Awalnya gue sempat skeptis enggak akan mengenal kedua tokoh karena cuma berupa dialog 140 karakter. Ternyata gue salah. sifat keduanya tergambar dengan jelas. Good job, Teresa.
Mark Baynard. Sumpah, gue kehabisan kata-kata tentang cowok ini. GIMANA GUE ENGGAK KESENGSEM SAMA COWOK YANG TAHU SEMUA HAL KETIKA NGOMONGIN FILM, BUKU, DAN SERIAL TV? AAKKKK… Mau bangetlah ketemu cowok yang ketika gue ngomongin Gandalf malah bisa nyamber dengan hal lain, bukannya bengong dan menatap gue aneh *curhat dikit*.
Dan endingnya yang super duper manis tapi enggak lebay.
Buku ini termasuk tipis dan ringan. Cocok dibaca saat santai, apalagi jika lo Twitter addict *like me* dan penulis yang struggling sama buku berikutnya karena otak yang mendadak mandeg *like me*. Teresa Medeiros membuat gebrakan hebat ketika menulis dengan format seperti ini. Me likey…
Jadi penasaranlah baca bukunya Teresa yang lain.
(Dan gue beli buku ini di diskonan Periplus dengan harga 10.000 saja. Wohooo…)

SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 Comments:

Post a Comment

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig