Heart Attack
Clara Canceriana
Heartbreakers, sebuah boiben yang sedang naik daun tiba-tiba
ditinggalkan oleh leader sekaligus lead vocal mereka, Dima. Popster Entertainment
langsung mencari pengganti Dima. Ketika menonton konser sebuah sekolah musik,
Dedy, managing director Popster suka
sama Axel dan menawarkan Axel untuk bergabung dengan Heartbreakers.
Axel yang pemalu, rendah diri, dan enggak tahu impiannya apa menerima
tawaran itu semata karena kecengannya dia suka sama Heartbreakers. Axel pun
pindah ke apartemen Heartbreakers dan beradaptasi dengan dunia baru yang enggak
pernah dibayangkannya sebelumnya. Belum lagi sikap member lain, Sandro dan Leon, yang kurang bersahabat. Dan para
anti-fans yang ingin dia mundur. Plus skandal-skandal lain, membuat Axel
bertanya-tanya apa iya dia pantas ada di Heartbreakers?
And the
rest is history.
Gue baca novel ini iseng aja, karena pengin baca novel ringan yang bisa
langsung dikelarin semalam. Heart Attack adalah pilihan yang tepat. Novel ini
ringan, ditujukan buat remaja delusional yang suka mengidolakan seseorang
(baca: fangirl), dan konflik yang ada
pun sudah sering diangkat. Meski gue bukan remaja lagi tapi masih delusional
aka fangirl, gue rasa gue akan
menikmati novel ini.
Sorry to
say, but I’m not. Gue dulu suka sama tulisan Clara di Rain Affair, tapi kenapa gue enggak bisa nyambung dengan gaya
menulis Clara di sini? Clara memakai kalimat pendek-pendek dan minim deksripsi.
Bahkan deskripsi tokoh-tokohnya aja kurang jelas sampai-sampai gue
mengira-ngira sendiri. Oke, mungkin nanti ada buku sendiri buat Leon dan
Sandro, tapi gue enggak bisa mengira-ngira Axel ini gimana. Masalahnya, ketika
baca novel ini, dengan posisi mereka di boiben itu, menggiring pikiran gue ke
beberapa idol Korea (gue jelasin nanti).
Kedua, konflik yang diangkat itu-itu aja. Skandal dan masalah dengan
pers dan fans, plus di antara anggota. Gue lebih suka jika Clara fokus
membangun chemistry antara member
Heartbreakers ini. Dan Kirana, apa-apaan tuh. Selain gue enggak nangkep
chemistry antara Kirana-Axel, keberadaan dia yang tipikal cewek Korea
(lemah-oh-so-miserable) bikin gue eneg haha *ini sih persoalan pribadi gue yang
enggak pernah suka sama cewek kayak begini*.
Concern utama
gue ketika baca novel ini adalah, gila, sense
of Korea-nya berasa banget. Tanpa setting
di sana dan memakai tokoh dari sana, cita rasa Korea kerasa banget di sini. Pertama,
pemakaian konsep boiben ala-ala Korea. Kenapa sih enggak bikin boiben ala-ala
Indonesia. Toh boiben Indonesia juga enggak kalah keren (for example: 5Romeo). Pembagian posisi seperti ada leader, ada lead vocal, lead rapper, sub
rapper, penyebutan personil dengan sebutan member, dan tinggal bareng di apartemen. Dooh, itu kan Korea
banget. Western boyband enggak kenal
tuh yang kayak gitu. Masalahnya, di boiben Indo juga enggak ada. (Untung enggak
bikin mereka tinggal di dorm, haha). Soalnya dari awal gue berharap ini cerita
boiben rasa Indonesia. Coba deh Clara riset soal boiben Indonesia dan menggali
kehidupan boiben Indonesia kayak gimana, mungkin bisa ngasih pengetahuan baru
sama pembaca tentang industri musik Indonesia, khususnya boiben.
Dan juga, seperti yang dibilang di atas, deskripsi yang minim bikin gue
mengawang-awang mikirin tokoh-tokoh ini kayak apa. Jika lo punya basic experience atau basic knowledge soal Korea, gampang
banget lo mengasosiasiakan tokoh-tokoh ini sebagai siapa. Let’s say, Dima as Kris EXO. Why?
Karena dia leader yang ninggalin boiben yang ngebesarin namanya (oke, mungkin
ini karena timing yang pas aja antara kasus Kris dan ketika gue baca novel ini).
Sandro as Suho EXO. Why? Karena dia leader yang sakit hati ditinggal (Meski Suho bukan leader
pengganti, tapi kan dia teman baiknya Kris, hehe). Axel as Jonghyun SHINee. Why? Karena gue suka sama Jonghyun dan
enggak ada deskripsi soal Axel jadi Jonghyun dengan gampangnya memenuhi otak
gue dan bikin gue mikir Axel is Jonghyun.
Simply because he is lead vocal, jago
bikin lagu, anak mami, punya kakak cewek yang sayang sama dia, dan sikap
kekanak-kanakannya. That’s so Jonghyun.
Masalahnya, gue enggak pernah suka membaca dalam keadaan kayak gini. Gue pengin
ketika membaca, tokoh di novel itu muncul sebagai dirinya sendiri, bukan
sebagai orang lain. *oke, ini masalah pribadi sih*. Makanya gue selalu suka
dengan karakter yang kuat dan jelas, karena dia bisa muncul sebagai dirinya
sendiri.
*sigh*
Tapi, salut untuk tim promosi dan pencetus ide serial ini. Karena
pasarnya jelas dan promosinya sesuai pasar jadi hype deh ini serial. Mana lagunya
beneran ada lagi (meski gue geuleuh baca liriknya, Ewww…) Gue sih berharap di
novel-novel selanjutnya mengalami peningkatan dan bisa bikin pembaca mengenal Heartbreakers as in Heartbreakers. Bukan
Heartbreakers as another boyband.
(Dan secara anaknya paling anti berhenti baca serial di tengah-tengah,
gue masih menunggu buku selanjutnya).
Terutama cerita Dima.
Salam,
Fangirl yang gagal dibikin delusional oleh Heartbreakers tapi masih
menunggu gebrakan mereka selanjutnya.
0 Comments:
Post a Comment