Paris
Prisca Primasari
Aline yang
lagi bete karena gebetannya jadian dengan cewek lain, memutuskan untuk cuti
dari pekerjaannya sebagai waitress di
sebuah restoran Indonesia di Paris. Di perjalanan pulang, dia menemukan pecahan
vas yang kelihatannya mahal. Hanya ada satu petunjuk, nama Aeolus sena. Setelah
dicari, Aline menemukan email Sena. Mereka pun janjian ketemu, tengah malam, di
penjara Place de la Bastille. Tapi, Sena malah membatalkan pertemuannya saat
Aline sudah ada di sana selama dua kali berturut-turut. Karena penasaran, Aline
mau bertemu Sena lagi, kali ini ditemani Kak Ezra, tetangganya sekaligus
mahasiswa Indonesia di Paris. Ternyata, sosok Sena sangat nyentrik. Sebagai balasan,
Sena berjanji akan mengabulkan permintaan Aline.
Oke, gue
telat banget baca buku ini. Banget banget banget. Ini kan buku pertama di seri
STPC dan sekarang aja seri STPC udah berakhir, he-he.
Ini buku
STPC keempat yang gue nikmati (setelah London, Bangkok, dan Melbourne). Dan ini
buku yang paling enggak bisa gue nikmatin. Padahal sebelumnya gue suka bukunya
Prisca, terutama Eclairs. Menurut gue
ceritanya terlalu mengada-ada. Memang sih awalnya gue penasaran dengan background Sena, tapi setelah tahu, gue
ngelihat something missing di sana. Kenapa
Sena baru bergerak sekarang setelah bertahun-tahun terkurung? Toh dulu dia bisa
keluar buat kuliah, memang segitu enggak ada waktunya? Apa Sena bertindak
sekarang karena cinta? Well, mungkin
gue udah enggak se-hopeless romantic
dulu kali ya jadi enggak merasa tersentuh dengan perjuangan cinta Sena, he-he.
Tapi,
terlepas dari ceritanya yang kurang nendang, gaya menulis Prisca masih gue
suka, seperti biasa. Lembut dan detail tapi enggak menye-menye. Dan detail
tentang Paris juga pas, enggak lebay, dan enggak terlalu kaku. Pokoknya jauh
dari kesan promosi tempat wisata deh.
Karakternya juga,
meski gue kurang related sama Aline
yang sooooo pesimis, menye-menye, dan kelam. Gue tertarik dengan karakter Sena
yang nyentrik dan lucu. Oh, sayang aja Kak Ezra porsinya terlalu dikit dan
pengakuan Kak Ezra menurut gue terlalu tiba-tiba.
Meski ini
bukan buku Prisca favorit gue, dan bukan favorit gue juga di seri STPC, baca
buku ini lumayan buat mengisi waktu. Bukunya juga tipis, semalam kelar (sebagai
obat insomnia hehe). Ditunggu buku selanjutnya Prisca. Tapi jangan Paris lagi
ya. Cukup dua buku aja yang di Paris, he-he. Tapi kalau Rusia lagi enggak
apa-apa. Suka banget sama Eclairs
soalnya, he-he.
0 Comments:
Post a Comment