Welcome To 25
Actually, this is a
late post because my birthday was at August 30th.
Ada
beberapa usia yang bikin orang-orang deg-degan ketika memasukinya. Bagi gue,
ada empat tahapan usia. 17, 25, 30, dan 40. 17 karena katanya itulah titik awal
kita menuju kedewasaan. Saatnya punya KTP dan itu sebuah bukti kalau kita udah
gede. 25 menurut gue titik kedewasaan sebenarnya. Blame on quarter-life-crisis syndrome. 30 karena menurut gue saat
itu kita sudah settle dan 40 saat
untuk menetapkan, what’s next.
Dua
di antaranya udah gue lewatin. Gue masih ingat waktu norak-noraknya memasuki
usia 17. Sweet seventeen (yang
setelah dilewatin enggak sweet-sweet
banget). Gue punya KTP dan mencoba untuk dewasa. Hasilnya? Failed. Haha.
Sekarang
gue memasuki masa norak kedua beberapa saat menjelang umur 25. Memasuki awal
Agustus, gue bertanya-tanya, apa aja sih yang udah gue lakuin di 25 tahun
kehidupan gue? Nothing special, I know
it. Beberapa hari menjelang usia 25, gue freak out sendiri. Sudah sampai umur segini dan gue semakin minder
karena enggak banyak hal yang bisa gue banggain. Jujur, perasaan minder itu
sering menghampiri gue akhir-akhir ini dan semakin besar menjelang ulang tahun.
When I look at my friends, semua
pencapaian mereka, kehidupan mereka, akulah merasa hanya sebatas debu di
pinggir lukisan saja *tsahhh*
Tapi
gue sadar kalau selamanya minder enggak mengakibatkan apa-apa kan? Malah yang
ada cuma bikin makin drop. So, I reread
my wishlist and review it. Here are some my dreams-do-come-true moment.
Hidup Mandiri
Proudly to say, yess,
gue
bangga bisa bilang hidup mandiri. Mandiri di sini, gue menanggung kehidupan gue
sendiri. *meski pas-pasan hehe. Salahin sifat boros gue yang makin parah*. Gue
pernah ketemu teman yang mengasihani gue saat tahu bayar uang kos sendiri
padahal dia udah kerja dan kosan dibayarin mama. Menurut gue, justru gue yang
seharusnya mengasihani dia.
Back to the days that
I was a kid,
gue enggak pernah kepikiran bakal tinggal sendiri. Bagaimana mungkin gue bisa
sendirian secara selama ini gue selalu tergantung kepada orang lain? Bahkan
saat udah kuliah pun gue masih tergantung kepada kakak. Padahal, target gue
adalah hidup mandiri setelah tamat SMA, he-he. Tapi ternyata, setelah dijalani,
gue bisa. Yeaiii… happy for me.
Do Something I Love
Bagi
gue, ini juga pencapaian terbesar. Bisa hidup dari apa yang gue suka. Setiap hari
menjalani pekerjaan seperti ngelakuin hobi. Entah itu prime job gue ataupun side
job. Gue pernah berpikir, kalau seandainya gue enggak bisa jadi penulis,
apa lagi yang akan gue lakuin? Karena gue enggak punya bakat atau kemampuan di
bidang lain. Jadi, gue beruntung banget bisa bekerja di bidang yang gue suka.
Gue
bekerja sebagai reporter di salah satu majalah yang dulunya waktu gue masih
remaja, gue baca majalah itu. Gue pernah bermimpi bekerja di Kompas and the
gank semata karena bokap gue suka banget sama Kompas. Dan sekarang gue berada
di dalamnya. Happy for me.
Jadi,
gue bersyukur banget bisa mendapatkan pekerjaan ini karena gue enggak tahu
gimana hidup gue kalau enggak jadi penulis.
And I am certified
published writer now.
Haha. Alhamdulillah udah dua novel gue terbit. Insya Allah akan menyusul novel
berikutnya, aminnn…
Perjalanan
gue mewujudkan impian ini bisa dibilang gampang-gampang susah. Gue enggak
mengambil jalan kayak yang kebanyakan orang lain ambil. Gue gabung di klub yang
isinya orang-orang dengan mimpi sama kayak gue, bikin proyek bareng, ketemu
teman menulis duet yang oke dan klop, lalu dia mengajak gue nulis bareng dan
mengirim novel itu ke penerbit. Karena sebelumnya I am a looser, cewek yang selalu mundur duluan dan enggak pernah
ngirim tulisannya dengan alasan takut. Kalau enggak ada teman-teman ini,
mungkin sampai sekarang gue masih dihantui perasaan takut itu.
Menang Lomba
Gue
selalu iri dengan teman-teman yang punya banyak penghargaan di rumahnya. Menang
lomba inilah. Itulah. Apalah. Sementara gue? Piala gue bisa dihitung dengan
jari. I am not a straight A student. Gue
bukan murid berjiwa seni yang sering ikut lomba. Gue juga enggak ahli di bidang
olahraga. Jadi ya wajar kalau enggak ada penghargaan yang gue dapat. Sampai akhirnya
gue menang lomba menulis novel. Mungkin kedengeran norak, tapi bagi cewek 25
tahun yang enggak pernah menang apa-apa, ini sebuah pencapaian besar. Haha.
So far dari hasil review,
itu hal besar yang bikin gue senang. Sebagian wishlist masih berupa wish,
menunggu untuk diwujudkan.
Setelah
melewati ultah ke-25, gue merasa siap menunggu tahap ketiga. Usia ke-30. Gue berharap
kehidupan gue lebih membaik, enggak minderan lagi, enggak sering takut-takut
alias lebih berani, dan lebih produktif.
Once again. Happy belated
birthday for me.
0 Comments:
Post a Comment