Hong
Kong & Once In A Lifetime Experience
Pt 1: Kabar Gembira Ketemu Benedict
Cumberbatch
Pernah
enggak kebayang ketemu seleb idola lo dan gratis? Well, dengan kerjaan gue sepertinya itu memungkinkan. Namun, gue
cukup tahu diri kalau enggak semua seleb yang gue idolakan bisa ada kemungkinan
buat ketemu.
Termasuk
Benedict Cumberbatch.
Pertama-tama,
mari kita telaah lagi kenapa gue suka sama Ben.
Awalnya,
gue mikir dia mukanya aneh. Bukan tipikal ganteng mutlak gitu. Mukanya unik dan
yang paling menonjol ya tulang pipinya. Mungkin dia cowok pertama yang menempati
kelompok charming-guy-with-high-cheekbone
yang ada di otak gue. Namun, semuanya berubah karena Sherlock. Dia emang enggak
ganteng mutlak, tapi bukannya kebanyakan yang ganteng mutlak itu bikin cepat
bosan?
Dia
menarik. Charming dengan caranya
sendiri.
Lalu,
apa gue pernah bermimpi buat ketemu dia?
Tentu
saja. Tapi gue cukup tahu diri dan menganggap mimpi itu hanya sebatas mimpi.
Enggak mungkin bangetlah gue ketemu dia. Itu cuma khayalan bego siang hari doang—khayalan
yang mustahil kewujud. Bahkan dengan pekerjaan gue, gue aja pesimis bisa ketemu
dia. Secara majalah gue pasarnya remaja, jadi yang mungkin aja ketemu ya
dedek-dedek gemes (kayak gue ketemu dan interview GOT7 November 2015. Awww…. Bahagia).
Jadi,
sampai akhir September 2016, bertemu Benedict hanya khayalan bego siang hari
aja.
Sampai
suatu hari. Rabu, 28 September 2016, sekitar jam 2 – 3 siang.
Saat
itu gue lagi asyik nulis sambil dengerin album Zaman, Zaman-nya The Trees and
The Wild (I know, salah banget emang
dengerin lagu ginian siang-siang. Mana sambil nulis artikel buat remaja lagi,
enggak matching). Karena pakai headset, jadi enggak denger ada yang
manggil. Setelah dicolek, baru ngeh kalau dipanggil Achil (Managing Editor
majalah K).
Kira-kira
berikut percakapan yang terjadi siang itu:
A:
If, ada undangan interview Benedict Cumberbatch nih di Hong Kong.
I:
Siapa? *ini gue yang budeg apa salah denger? Ben? Enggak mungkin kan?”
A:
Interview Benedict Cumberbatch di Hong Kong.
I:
*banting headset* *langsung berdiri*
*menjerit kencang dan lari nyamperin Achil* SERIUSAN? BENEDICT CUMBERBATCH?
BANG BEN???
A:
Di undangannya sih gitu. Promo Doctor Strange.
I:
*sesak napas*
A:
Tapi kita diminta ngajuin kira-kira mau nulis artikel apa aja, majalah H dan X
juga diundang. Yah kalo gini, mah, kalah sama H. Mereka bisa kasih cover.
Rasanya
tuh kaya dibanting Smaug ke bumi ketika dengerin ucapannya Achil.
I:
*Mengumpulkan sisa-sisa harapan* Aku pengin ketemu dia.
A:
Aku juga mau ketemu dia!!!
Kalau
tadi kayak dibanting Smaug, kali ini kayak dibanting Glaurung. Lupa kalau Achil
juga demen sama Bang Ben.
A:
Tapi kamu siap-siap aja dulu. Kira-kira kita bisa bikin artikel apa aja ya?
Rasanya
seperti mendapat setitik harapan. Tapi harapannya keciiiil banget. Pengin
optimis tapi enggak bisa. Jadi, mencoba realistis aja, kayaknya enggak mungkin
ketemu, deh. Ini pikiran realistis ya, bukan pesimis. Karena halangannya
banyak. Majalah H, Achil, dan passport gue yang udah mati. Dan, ketemu Bang Ben
pun masih tetap hanya jadi khayalan-bego-di-siang-hari.
Dua
hari kemudian, gue enggak pernah nyangka kalau Jumat, 30 September 2016,
sekitar jam 4 sore, akan jadi hari yang enggak terlupakan di hidup gue. Waktu
itu gue lagi siap-siap mau liputan. Gojek yang dipesan udah nunggu di bawah.
Gue udah pamitan dan jalan. Ketika sampai di dekat meja sekretaris redaksi,
mbak Trinzi (pemred majalah K) keluar dari ruangannya dan manggil.
I:
Kenapa mbak? *nyamperin Mbak Trinzi yang berdiri di depan meja Achil*
A:
Kamu jadi pergi.
I:
*enggak mudeng* Iya, aku jadi liputan. Ini udah dateng gojeknya.
Mbak
Trinzi ketawa.
A:
Bukan itu. Kamu jadi ke Hong Kong. Ketemu Benedict.
I:
SERIUS? HONG KONG? BANG BEN???
Dan
gue dengan noraknya lompat-lompat kegirangan di kantor sambil teriak-teriak.
Maaf ya teman-teman dan redaksi majalah N di sebelah karena teriakanku pasti
ganggu banget. Tapi ini Bang Ben gitu, lho. Khayalan-bego-di-siang-hari enggak
disangka-sangka akhirnya terwujud jadi kenyataan.
Namun,
masalah besarnya belum selesai. PASSPORT GUE KAN UDAH MATI??? JANGAN SAMPAI GUE
BATAL KETEMU BANG BEN HANYA KARENA MASALAH PASSPORT.
Di
saat seperti ini, terpaksa berbuat curang. Di sepanjang jalan menuju lokasi
liputan, gue mencari cara untuk bisa bikin passport. Akhirnya dapat kontak dari
kakakku orang yang sering bantuin orang kantornya (dan makasih banget, lho, ini
si kakak mau langsung bantuin, bukannya ngomel-ngomel dulu kayak biasa. Malah
dia mau dibikin rempong ngurusin ini itu). Setelah deal, deg-degan dan enggak bisa berhenti mikirin what if atau worst case scenario yang mungkin kejadian.
Ketika
akhirnya hari Rabu, 5 Oktober 2016, ketika passport itu sampai di tangan, gue
baru bisa menarik napas lega. Selangkah lebih dekat dengan Benedict
Cumberbatch.
Pertanyaan
selanjutnya, MENTAL GUE BELUM SIAP KAK???
0 Comments:
Post a Comment