Hong
Kong & Once In A Lifetime Experience
Pt 3: Malam Pertama di Hong Kong dan
Debaran Jantung
Rabu,
12 Oktober 2016. Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Meski malam
sebelumnya hanya tidur dua jam lebih-lebih dikit, gue tetap bangun dengan
semangat 45 dan senyum lebar yang enggak hilang di bibir. Walaupun jam setengah
4 udah berangkat dari rumah gue nun jauh di sana (thanks to my sister yang kadang suka lebay kalau berurusan dengan
penerbangan sehingga memesan taksi selalu jauh lebih awal), dengan penuh
semangat berangkat menuju bandara. Beside
the chance that I will meet Benedict Cumberbatch, my new shoes makes me excited
and happy (there’s nothing could beat the power of new shoes).
Pesawat
gue berangkat jam stengah 9 WIB. Di sepanjang perjalanan menuju Hong Kong gue
isi dengan tidur (heiii gue butuh waktu buat mengganti jam tidur gue yang tersita
parah di malam sebelumnya) sekaligus menenangkan diri. Hanya tinggal satu hari
menjelang bertemu dengan Benedict Cumberbatch.
Begitu
sampai Hong Kong, gue menyadari dua hal yang kemudian bisa menjadi nightmare. Satu, gue lupa bawa facial wash which is ini penting banget.
Dua, gue tiba-tiba dapet aja lho. Ugh, jangan sampai deh ini mood-nya jadi jelek karena dapet.
Ketika
sampai di imigrasi, Lescha lagi-lagi memberi nasihat jitu. “Cuma Laneige ini.
Beli aja di Duty Free. Jangan kayak orang susah, deh. Ini bukan waktunya jadi
kayak orang susah.”
Nasihat
ngehe emang but somehow bener juga
(meski akhirnya enggak ketemu Laneige dan ujung-ujungnya beli Neutrogena aja).
Ketika
sampai hotel, niatnya pengin istirahat. Menjelang nanti malam acara pertama.
Tapi enggak bisa istirahat ketika dapat Line dari kakak Nyit yang berisi, “Benedict
udah sampai Hong Kong. Akhirnya, lo menghirup udara yang sama dengan dia.”
Gue
langsung lompat girang dong. Hal yang selama ini gue anggap mimpi akhirnya
kewujud, sebentar lagi. Dan, sesuai dengan jadwal yang diemail hari sebelumnya,
gue tahu nih si abang nginap di mana. Yaitu, cuma lima belas menit jalan kaki
dari hotel gue. Gila, gue enggak habis pikir udah berada sedekat itu dengan
doi. Hanya dipisahkan lima belas menit jalan kaki. Oh my God!!!
Sherlock.
Smaug. Alan Turing. John Harrion. Dan sekarang Doctor Strange (meski, sebagai
penggemar DC, ada sedikit perasaan enggak rela dia masuk Marvel. Tapi enggak
apa-apa. Fans yang baik harus mendukung apa pun proyek yang dijalani idolanya).
Malamnya
diisi dengan menonton special footage Doctor
Strange. Itung-itung pemanasan sebelum menonton filmnya. Dari special footage ini sudah kelihatan
sinematografi dan special effect yang
keren. Footage ini juga lompat-lompat
dan hasilnya bikin penasaran dengan hasil jadinya kayak gimana. Kalau dari segi
cerita, gue enggak terlalu berharap karena ini film Superhero. Bagi gue, film superhero
itu hanya untuk senang-senang, ketawa-ketawa dan bikin happy. Bukan dibikin mumet oleh cerita. Cerita oke bakalan lebih
bagus lagi, kalau enggak juga bukan masalah selama bisa merasa happy sekeluarnya dari bioskop. Dari special footage ini, gue yakin kalau gue
akan dibikin terkagum-kagum oleh sinematografi dan special effect.
Plus Bang Ben.
Satu
hal yang memenuhi benak gue ketika keluar dari bioskop. Emang yah si abang
cocoknya mainin karakter songong. Ya macam Sherlock dan sekarang Steven Strange
(Smaug juga songong meski dia naga bego aslinya). Muka dan pembawaannya cocok
banget buat peran tokoh-pintar-yang-bangga-sama-dirinya sehingga jatuhnya
songong.
Malam
itu dihabiskan dengan bertualang di Temple Street Night Market (gue punya
cerita khusus soal tempat ini, tapi nanti aja begitu cerita soal Ben kelar)
seraya menenangkan hati.
Satu
malam lagi, dan gue akan bertemu Benedict freakin’ Cumberbatch.
0 Comments:
Post a Comment