Dulu
banget, gue salah satu penggemar berat drama Taiwan. Yup, efek Meteor Garden juga, sih. Waktu itu,
stasiun TV di Indonesia seakan berlomba-lomba buat nanyangin drama Taiwan,
sehingga kita lumayan mudah terpapar drama Taiwan. Beberapa judul sempat jadi
favorit gue, di antaranya At Dolphin Bay,
MVP Lovers, Hot Shot, Twins, Westside Story dan yang menjadi drama favorit
sepanjang masa—hingga sekarang, Lavender.
Gue juga menggandrungi aktor Taiwan. Vanness Wu adalah bias pertama gue, he-he.
Gue juga suka 5566 dan Fahrenheit. Untuk aktor, gue suka Ambrose Hsu dan
Wallace Huo sementara Penny Lin dan Tammy Chen menjadi my first girl crush.
Ketika
akhirnya mengikuti drama Korea, gue sama sekali enggak melirik drama Taiwan.
Sesekali cuma mengikuti filmnya. Aktornya pun enggak seintens dulu, kecuali
Ambrose Hsu, masih lumayan sering gue cari tahu infonya. Sampai beberapa bulan
lalu, gue melihat di Instagram Vanness Wu (yup,
he’s still my bias) soal drama The
Princess Weiyoung yang dia bintangi. Terlintas di benak gue soal drama
Taiwan sekarang.
Apalagi,
gue sering berkunjung ke Dramafever.com buat mencari ide tulisan untuk artikel.
Di sana lagi heboh diomongin soal drama When
a Snail Falls In Love. Gue jadi penasaran. Usut punya usut, gue sampai ke
drama berjudul Love Me If You Dare.
Dan
gue teringat masa lalu.
Semua
karena Wallace Huo.
(Waktu masih muda di At The Dolphin Bay)
Karena
melihat nama Wallace Huo di Love Me If
You Dare. Setelah menelisik lebih jauh, ternyata di Cina dan Taiwan Wallace
masih high demand banget, di usianya
yang hampir mencapai 40 tahun. Gila, keseringan main sama dedek-dedek Korea,
gue serasa menemukan dunia baru ketika mencari tahu soal drama Taiwan. Masa iya
drama rom-com Taiwan dikuasai Aaron Yan? Dia kan orang lama juga, anggotanya
Fahrenheit dulu.
Wallace Huo dan Kisah
Kriminal
Pada
akhirnya, bukan nama Wallace Huo yang bikin gue memutuskan menonton Love Me If You Dare. Melainkan karena
ini drama kriminal. Tentang seorang criminal
psychologist dan asistennya yang berusaha memecahkan kasus kriminal. Damn, that’s my favorite. Gue sendiri
lupa kapan pertama kali tertarik sama crime
series, tapi gue betah menghabiskan waktu berjam-jam maraton Criminal Mind atau CSI meski ceritanya selalu diulang-ulang saat menonton di TV.
Love Me If You Dare bercerita tentang
cowok super jenius, Profesor Bo Jin Yan (Simon Bo) yang di usianya yang baru 30
tahunan sudah menjadi profesor. Meski dia jenius, EQ-nya rendah banget, makanya
dia terlihat misterius, aneh dan enggak bisa mengekspresikan diri. Di sisi
lain, ada Jian Yao, cewek yang baru lulus kuliah dan melamar pekerjaan sebagai
translator buat Jin Yan. Setelah bekerja sama, Jin Yan merasa cocok dengannya
dan menawarinya pekerjaan sebagai asisten karena saat itu dia tengah membantu
kepolisian lokal mengusut kasus hilangnya anak-anak kecil.
Prinsip
Jin Yan adalah dia hanya mau mengusut kasus kejahatan besar dan menangkap
penjahat paling kejam. Di saat polisi lokal beranggapan kasus ini ada hubungannya
dengan child trafficking, Jin Yan
berpikiran lain. Ini adalah kasus serial
killer.
Dan
serial killer adalah makanan
favoritnya Jin Yan (and my favorite too
karena kasus cerita yang melibatkan serial
killer selalu kompleks dan si serial
killer biasanya seseorang yang jenius).
Satu
kasus selesai, lanjut ke kasus lain. Namun ada satu clue yang menggelitik Jin Yan. Karena itu mengingatkannya pada
kasus Flower Cannibal, kasus serial killer yang dulu ditanganinya di
Amerika. Demi menangkap si pelaku, Tommy, Jin Yan sampai rela ditangkap Tommy
dan enam bulan berada di dalam sekapan si serial
killer. Pada akhirnya, masa lalu Jin Yan kembali menghantuinya dan
membuatnya kembali berhadapan dengan penjahat yang sama, juga penjahat lain
yang lebih berbahaya.
Two Thumbs Up For
Wallace Huo
Menonton
Love Me If You Dare membuat gue jatuh
cinta lagi kepada Wallace Huo. Yup, sama seperti cerita soal Lee Joon Gi (yanggue tulis di sini) dulu dia enggak terlihat terlalu mempesona. Di At Dolphin Bay, gue lebih suka Xu Ze Ya
ketimbang Zhong Xiaogang. Semata karena yang memerankan Ze Ya adalah Ambrose
Hsu, my childhood crush after I watched
him in Lavender. Xiaogang di mata gue hanya sebatas flower boy, that’s it.
Lalu,
gue enggak terlalu ngikutin soal dia lagi. Sampai akhirnya dia muncul sebagai
Bo Jin Yan. Sama seperti Wang So yang memberi gue heart attack, efek yang ditimbulkan Bo Jin Yan juga sama. Di sini
dia kurus banget, efek jangka panjang dari masa-masa ditahan Tommy. Totalitas
Wallace dalam hal ini patut diacungi jempol.
Wallace
sukses memainkan sosok dingin super jenius tanpa ekspresi ini. Namun, ketika
Jin Yan mulai suka sama Jian Yao dan dia bingung gimana cara mengungkapkannya,
itu terlihat lucu. Awkward-nya Jin
Yan bikin ngakak.
Tapi
enggak lama, karena setelah itu, dia kembali membuat gue bergidik ngeri dengan
ekspresi dinginnya ketika menjadi Allen. Allen ini personality yang dia bangun di hadapan Tommy buat mengulur waktu
agar enggak dibunuh, jadi dia seakan-akan mengalami split personality. Prefosor Simon Bo Jin Yan yang berkepala dingin
dan pintar, Bo Jin Yan yang awkward
saat jatuh cinta pertama kali, dan Allen yang berhati dingin dan seakan-akan
bisa jadi serial killer. Tiga
karakter beda. Diperankan dengan apik oleh satu orang.
Angkat
topi buat Wallace Huo.
Esensi Dasar Cerita
Kriminal
Oke,
ini cuma teori gue. Dalam menikmati sebuah cerita kriminal, gue punya patokan
sendiri soal cerita mana yang menurut gue bagus dan sukses menyajikan sebuah
cerita menarik. Crime series bukan
sekadar si baik menangkap si jahat. Crime
series lebih dari sekadar bag big bug polisi dan penjahat. Crime series is very complicated.
Karena
itu, gue mempunyai beberapa esensi dasar yang harus dimiliki oleh sebuah cerita
kriminal. Ini yang bikin gue senang karena Love
Me If You Dare memenuhi semua esensi dasar versi gue ini.
Hero And Their
Backstory
Setelah
mengikuti berbagai jenis crime series,
gue jadi fokus pada backstory para
hero. Biasanya backstory ini diambil
di masa kecil atau di satu masa di hidupnya, dan kejadian traumatis ini yang
membentuk karakter dirinya di masa sekarang. Misalnya Mac Taylor (CSI:NY) yang
kehilangan istrinya di peristiwa 9/11.
Love Me If You Dare punya backstory yang kuat. Domestic abusive masa kecil yang
dialaminya membentuk karakter Bo Jin Yan. Terlebih soal kematian ayahnya, yang
menjadi alasan kuat bisa saja karakter Allen beneran ada. Juga pengalaman
berhadapan langsung dengan Tommy, a
legendary serial killer, benar-benar mempengaruhinya.
Profiling Is The Best
Momen
yang paling gue suka dari cerita kriminal adalah saat profiling. Gue selalu amaze
pada saat profiling. Makanya, momen
ketika tim FBI menjabarkan profil calon tersangka di Criminal Mind selalu bikin gue geleng-geleng kepala. Mereka
orang-orang jenius yang bisa menebak profil seseorang dari temuan bukti di
lapangan. Dan seringkali, profil yang mereka bentuk selalu tepat. Karena itu,
belajar profiling selalu (dan akan
selalu) menjadi isi bucketlist gue,
he-he.
Di
Love Me If You Dare, gue suka dengan profiling yang dilakukan Bo Jin Yan.
Meski di beberapa scene gue harus
menonton berkali-kali buat mencernanya. Karena dia kelewat jenius dan susah
mengekspresikan diri sehingga enggak bisa menjelaskan dengan bahasa manusia
kenapa dia mengambil kesimpulan itu. Li Xun Ran dan polisi lain aja sampai
cengo depan dia, apalagi gue yang cuma penonton biasa? Enggak heran ketika
akhirnya Jin Yan perlahan mengajar Jian Yao, ini jadi momen favorit gue. Dia
menunjukkan kepeduliannya dengan cara enggak biasa—mengambil kasus paling
gampang, which is ini bertentangan
dengan prinsipnya yang hanya mau menangkap penjahat paling kejam, karena kasus
itu cocok ditangani oleh pemula seperti Jian Yao.
Hero Enggak Maksa
Kerja Sendiri
Gue
suka malas dengan karakter hero yang maksa menyelesaikan semua masalah
sendiri.Oke, dia tokoh utama, dia punya kemampuan lebih dibanding anggota tim
lainnya, sehingga make sense jika dia
akhirnya mencari penyelesaian sendiri. Sosok seperti ini terlihat seperti dewa.
Bahkan, Sherlock aja butuh Watson.
Ini
yang bikin gue betah mengikuti Love Me If
You Dare, karena Jin Yan enggak ‘makan’ semuanya sendiri. Dia tahu
kapasitasnya hanya seorang criminal
psychologist, dia bukan polisi, jadi tugasnya hanya mengawasi dan
membimbing. Bukan menangkap, karena itu tugas polisi. Jadi, setiap bukti dan
temuan baru, selalu dibagi kepada polisi. Juga kebalikannya, polisi menghormati
dia sebagai pembimbing. Kerjasama ini bikin cerita terlihat lebih manusiawi.
Bukan hanya itu, Jin Yan juga punya sidekick, Fu Zi Yu, yang siap membantu dia.
Criminal Mastermind
Kenapa
crime series itu kompleks, itu karena
penjahatnya enggak selalu yang nyata di depan mata kita. Kadang ada cerita yang
menggiring persepsi penonton untuk menebak siapa si pelaku. Namun, si criminal mastermind misterius yang
serasa jadi pain in the ass bagi
karakter hero kita jadi kejutan paling ditunggu-tunggu. Moriarty, my friend, is the great example.
Love Me If You Dare mempunyai sosok criminal mastermind yang benar-benar
jadi kayak bisul yang siap meletus. Bikin kesal. Bahkan kita yang nonton aja
kesal, apalagi Bo Jin Yan. Serunya, cerita ini memiliki sosok penjahat
berlapis, yang bikin kita mendapat kejutan baru di setiap beberapa episode.
Awalnya mengira Tommy, eh ternyata muncul sosok Xie Han. Namun ternyata Xie Han
bukan tersangka final karena masih ada kejutan lainnya. Ketika si criminal mastermind ini muncul, gue cuma
bisa jambak-jambak rambut, he-he.
Doubt Is Your Worst
Nightmare
Cerita
kriminal umumnya berpusat pada satu kelompok. Jumlah orang dalam kelompok ini
bermacam-macam. Karena itu, agar kerja tim bisa sukses, semua anggota harus
kompak. Ini bisa jadi kekuatan sekaligus kelemahan. Kekuatan karena kalau
bekerja bersama-sama, si pelaku bisa cepat tertangkap. Namun, ini bisa jadi
kelemahan ketika si pelaku berniat mengacak-acak isi tim.
Pada
akhirnya, keraguan dan ketidakpercayaan bisa jadi bumerang. Ada satu kalimat di
drama ini yang menggambarkan dengan tepat situasi ini. Kurang lebih, Jin Yan
ngomong gini, “Ya, tidak ada yang saya miliki sekarang selain teman-teman yang
mempercayai saya.”
An Open Ending
Ending
tentunya jadi indikator kesuksesan sebuah cerita sampai ke hati dan pikiran
pembaca atau penonton. Salah satu ending
favorit gue adalah open ending.
Namun, enggak gampang buat membuat open
ending. Salah-salah, malah kerasa maksa. Open ending favorit gue itu Signal.
Damn, I still need an explanation about that series. Signal season 2, please?
Back to Love Me If
You Dare.
Di episode 23 (2 episode terakhir) gue mulai mikir ending kayak apa yang bakal dihadirkan? Akan basi banget kalau
ternyata akhirnya hanya happy ending
standar Jin Yan bahagia bareng Jin Yao dan si penjahat mati. Ini sih bikin
kesal. Untungnya, si criminal mastermind
enggak mati, meski penjahat lain mati itu agak bikin kesal sih. Sempat agak
kecewa ketika kamera menghadirkan sosok demi sosok pendamping yang juga
menemukan kebahagiaan, sehingga mikir, so
this is it?
Untungnya,
ada kejutan di akhir. Ketika wajah Jin Yan tampil close up di layar kaca. Sekali lihat ini sih biasa aja. Namun
ketika diperhatikan, gue jadi mikir. Who
is he? Simon? Or Allen?
Damn!
Gue langsung jambak rambut begitu lagu penutup diputar. Gemas gila, mikirin
endingnya. Bisa aja gue beranggapan itu Simon, but no. Gue masih berharap itu Allen. Tapi, Allen kan aslinya
enggak ada?
Well, meski dibilang
Allen enggak ada, tapi ada beberapa unsur sejak awal yang kalau dipikir-pikir
ulang bisa bikin kita mikir kalau mungkin saja Allen itu ada. Seperti kata Jian
Yao, dia kadang enggak ngerti dengan pola pikir Jin Yan, karena Jin Yan terlihat
sangat mengerti isi pikiran serial killer.
Gimana dia bisa ngerti banget? Dan yang terjadi selama disekap Tommy, toh hanya
Jin Yan yang tahu.
Ending seperti ini emang
sukses bikin gila.
Tapi
juga bikin bahagia karena menemukan satu drama seru dan menegangkan hingga
episode akhir.
#Sidenote
Gue
pengin berandai-andai kalau drama ini dibikin remake versi Korea. Pilihan gue jatuh pada Lee Dong Wook untuk jadi
Bo Jin Yan.
Sementara
Jian Yao, gue pengin Hwang Jung Eum, tapi dia ketuaan. Dan, entah kenapa gue melihat
Irene cocok jadi Jian Yao. Dia cewek yang cantik dan terlihat biasa-biasa saja,
tapi di sisi lain terlihat dingin dan detik selanjutnya, dia terlihat fragile. Also, I see Irene in Sandra Ma.
(Sandra Ma)
(Irene. Cocok kan jadi Jin Yao? He-he-he)
Hello there! Do you know if they make any plugins to protect against hackers? I’m kinda paranoid about losing everything I’ve worked hard on. Any suggestions? Psicólogo Online en Madrid Centro
ReplyDeletePsychology has numerous remarkable sub areas. One of these sub classes is the investigation of formative psychology. Formative psychology spends significant time in the development of a person's brain all through a man's life cycle.psicologo avezzano
ReplyDeletesangat seru sekali ka
ReplyDeleteagen viagra
pil biru
obat hammer
keren bat nih film, saya sukaaa
ReplyDeletembak aku udah selesai nonton dan itu bikin aku the edge of your seat bangett, betah nonton krn penasaran and also our prince charming BJY wkwkwk..tp aku masih bingung di bagian si Simon yg dicambuk2, itu beneran kepribadian Simon yg ke 2 apa gmn? aku kadang suka nge skip2 gitu..
ReplyDeleteO iya Kak Aku juga bingung nah mau menjelag episode 23 an ya kok muncul alen itu itu siapa? Aku mikir kok Alen itu kok kembaran bjy ya? Atau gmna? Kak. So Aku bingung ama Wallace huo bisa jadi 3 tokoh gmna ini.
ReplyDeletebantu jawab yaa
Deleteaku belum nonton filmnya sih sebenernya, udah lama baca novelnya dan baru tau banget kalau ternyata ada filmnya. basic on novel yg kubaca dan aku tangkap, Allen itu kepribadian yang dibuat sama Simon(bjy) sewaktu dia disekap sama si Tommy. dan Tommy ini mikirnya itu kepribadian lain Simon, padahal sebenarnya bukan, karna suaranya berubah deh kalau ga salah, dan Simon manfaatin itu. jadi waktu Tommy nangkep jenny(JY), kan tujuannya buat mancing Simon, dia mau buat kepribadian lain Simon (Allen) keluar dan kerjasama sama dia gitu, akhirnya Simon pura-pura lagi jadi Allen, dan itu sebenarnya perlu pengorbanan juga, karna suara Allen itu adalah suara Simon yang sakit tenggorokan.
yah kurang lebih gitu sih seingatku (kalau berdasarkan novelnya nih yaa),soalnya udah lupa2 ingat juga, udah lumayan lama bacanya dan ini masuk novel favorit bgt. semoga membantu��
Mohon dijawab donk para pertanyaan I need something fix and I need your answer please 。 谢 谢
ReplyDeleteaih.. gw sampe ngacak2 sprei hahaa... ini film bener2 membunuhkuu..
ReplyDeleteVersi Korea yg psicologi crime jg ad filmny
ReplyDeletePenasaran sama filmnya, soalnya duluan baca novelnya. Semoga tidak mengecewakan.
ReplyDeleteyes I agree
ReplyDeletewww.studiopsicologiaabruzzo.it