Queen Rania and Queen Letizia, my woman crush
Setiap orang
pasti punya sesuatu yang menjadi guilty
pleasure, benar? Bahkan saya rasa, memiliki guilty pleasure ini wajar, karena untuk sejenak kita berhenti
berpikir dan menghabiskan waktu melakukan sesuatu yang di mata orang lain
mungkin dianggap ‘buang-buang waktu’. Tapi setidaknya, guilty pleasure inilah yang membuat kita waras.
Bicara soal guilty pleasure, butuh waktu lama untuk
menentukan guilty pleasure ter-guilty saya, saking banyaknya. Namun,
teman saya mengingatkan, ‘lo kan royal
trash’.
Benar juga.
Yes, you hear me. I love everything about
royal. Royal pertama yang membuat saya jatuh cinta adalah Lady Diana,
ketika saya membaca aksi sosialnya di majalah Bobo. Dia berada nun jauh di
sana, dan di usia yang masih kanak-kanak, saya sangat mengaguminya. Saya bahkan
menangis meraung-raung ketika Lady Di meninggal, satu hari setelah saya
merayakan ulang tahun ke-8.
Long story short, saya jadi tertarik
mengikuti semua hal yang berbau royal. Dari Kerajaan Inggris, lalu meluas ke
kerajaan lainnya. Adalah ketika saya membaca profil Charlotte Casiraghi di
majalah Aneka Yess! punya Uni. Sejak itu, saya tertarik dengan Kerajaan Monaco.
Saya ingat, di majalah itu ada peramal entah siapa meramalkan kalau kelak Charlotte
akan menikah dengan Prince William. She will
be Queen of England. Saya masih merasa patah hati ketika akhirnya Prince
William menikah dengan Kate, karena tanpa disadari selama bertahun-tahun saya
nge-ship Prince William dengan
Charlotte Casiraghi.
Sampai sekarang,
Casiraghi Siblings tetap menjadi salah satu royal favorit saya.
Mengikuti cerita soal royal itu penuh intrik. Karena saya suka Casiraghi Siblings, mengikuti intrik kerajaan Monaco yang penuh skandal itu membuat saya hanya geleng-geleng kepala. Terlebih ketika Princess Charlene menangis di hari pernikahannya dan hampir saja menjadi ‘runaway bride from Monaco’ seminggu sebelum menikah hanya karena skandal ‘anak di –mana-mana’ Prince Albert.
Juga skandal
percintaan para royal yang selama ini saya pikir hanya ada di novel Harlequin. Meet cute yang berujung happily ever after yang tak hanya ada di
dongeng Disney tapi beneran terjadi antara Queen Rania dan King Abdullah II. Perjuangan
mempertahankan cinta. Crown Prince Haakon yang keukeuh menikah dengan Princess
Mette-Marit meski Mette-Marit punya mantan suami yang bermasalah dengan drug, Prince Carl Philip dan Princess
Sofia yang menikah meski ditentang rakyat karena masa lalu Sofia yang pernah
jadi model majalah dewasa, atau Queen Jetsun Pema yang masih bocah tapi yakin someday dia akan jadi ratu dan King
Jigme Khesar berjanji enggak akan menikah lagi karena setia sama Jetsun Pema.
How romantic, isn’t it?
Selain itu,
saya suka melihat foto-foto anggota royal yang super elegan. Memang, sih,
membuat saya berpikir betapa jauh berbedanya dunia rakyat jelata dengan mereka,
tapi itulah guilty pleasure yang saya
rasakan.
Bukan hanya
intrik, tapi para royal ini juga melakukan banyak hal yang inspiring. Entah kenapa, sejak awal saya sudah menaruh perhatian
lebih pada para Princess dan Queen. Maksudnya, Pierre dan Andrea Casiraghi itu drop dead gorgeous, tapi Princess
Charlotte lebih menarik untuk diikuti.
Kecuali Prince
William, yang sejak dulu memang bikin drooling.
Dan Crown
Prince Hussein yang enggak kalah bikin drooling
dan menjadi guilty pleasure terbesar
saya saat ini, he-he.
Bicara soal royal, ini dia royals yang saya suka beserta alasannya
Queen Rania of Jordan
Dia mengisi celah yang ditinggalkan sejak Lady Di meninggal. Selain aksi sosialnya, Queen Rania juga berani. Ingat, dia dari negara Arab, ketika perempuan seringkali sulit untuk tampil. Bahkan, ada beberapa rakyat Jordan konservatif yang tidak suka sama Queen Rania karena terlalu speak up. Untung saja dia hidup di masa sekarang, dan King Abdullah II yang sangat mendukungnya. Kalau tidak, nasib Queen Rania mungkin akan seperti Princess Dina, istri pertama late King Hussein of Jordan.
Queen Rania
memang fokus di anak-anak dan pendidikan, tapi saya suka cara dia membawakan
diri sebagai perempuan dan mengajak perempuan di manapun untuk berani
mengungkapkan pendapat. Dia juga berusaha mematahkan stigma di dunia bahwa
perempuan muslim tidak boleh bersuara. She’s
the real queen.
Karena itu, Jordan royal family menjadi keluarga kerajaan favorit, setelah British Royal yang ultimate yah, disukai banyak orang.
Queen Letizia of Spain
She’s journalist before she became queen. Sekilas, dia mirip Queen Rania, ya. Entahlah, vibe yang mereka berikan terasa sama, perempuan cerdas yang tahu cara membawakan diri. Alasan saya menyukai Queen Letizia sama dengan alasan saya menyukai Queen Rania. Dia sosok cewek keren modern yang tahu cara bertindak.
Sama juga
dengan Queen Rania, she puts her family
first. Dia bahkan melarang Queen Sofia bertemu anak-anaknya, Princess
Leonor dan Infanta Sofia, agar mertuanya itu tidak ikut campur cara dia merawat
anak-anaknya. Atau ketika dia nganterin anaknya sekolah, dan King Felipe di
mobil kesulitan ngajarin soal tabel Kimia ke anak-anaknya, he-he.
Crown Princess Victoria of Sweden
You may say Duchess of Cambridge or Duchess of Sussex, but she is the most famous royal. Bayangin girl’s squad yang isinya the future queen of Europe, seperti Crown Princess Victoria of Sweden, Princess Mary of Denmark, Princess Matte-Marit of Norway, Queen Mathilde of Belgium, Queen Maxima of the Netherland, Princess Madeleine of Sweden dan Princess Sofia of Sweden.
Victoria juga
dikenal sebagai Godmother of Europe
saking banyaknya jadi Godmother untuk anak-anak royals. Tapi, vibe hangat yang
dia pancarkan yang membuat saya menyukainya. Juga pengalaman hidupnya yang
kaya, berpindah dari satu negara ke negara lain demi misi kemanusiannya. Dan jangan
lupa, kisah cinta sederhana dan manis dengan Prince Daniel, yang tadinya personal
trainer dia.
Sebenarnya,
agak susah memilih antara Victoria atau Madeleine karena dua-duanya sama-sama
hangat dan murah senyum, juga punya kisah cinta dramatis, he-he.
Charlotte Casiraghi
Keanggunannya membuat orang-orang seperti melihat Princess Grace Kelly semasa muda. Alasan saya menyukainya simpel, bisa dibilang karena cinta masa kecil, he-he. Ditambah dengan kehidupannya sebagai rakyat biasa (karena ayahnya tidak menerima gelar kerajaan meski secara garis darah, dia keturunan kerajaan), dan punya karier di bidang jurnalistik. Ah, kulemah sama mereka yang bekerja di bidang ini.
Royal Children
Yes, you heard me. Saya membayangkan di
masa depan, ketika royal children ini
sudah dewasa, beberapa memerintah negaranya, pasti akan sangat menyenangkan. Karena,
entah mengapa mereka hampir seumuran dan sebagian besar PEREMPUAN. Girl Power, yes!
Sebut saja
Princess Leonor yang ada di urutan tahta pertama kerajaan Spanyol, Princess
Elisabeth yang sekarang berumur 17 tahun, Catharina-Amalia, Princess of Orange
dari Belanda yang masih 13 tahun, Princess Estelle, urutan kedua tahta Swedia. Jadi,
ketika mereka memerintah, bisa aja samaan periodenya.
Belum lagi royal children lain yang ada di urutan tahta kesekian tapi diyakini akan sangat berpengaruh di masa depan. My favorite, Princess Charlotte yang kecil-kecil sudah tahu cara bertindak seperti seorang ratu. Juga Infanta Sofia, meski lucu aja lihat dia kalau lagi bareng Princess Leonor, karena sering didandanin kembar sama ibunya jadi berasa lihat si kembar di The Shining, he-he. Juga Princess Leonore dan Princess Adrienne yang masih bayi, pasti mereka akan jadi seperti ibunya, Princess Madeleine.
Crown Prince Hussein of Jordan
Ini dia contoh kesuksesan mendidik dari orangtua keren. How he looks up to his father, how he balance his duty as second in line to the throne and being ordinary guy who loves football, just like her mother who is Queen by day and just an ordinary mother by night.
Mengikuti Instagram
dia sih guilty pleasure banget. Dan sosok
pangeran serba bisa melekat di dia. Militer? Check. Bisnis? Check. Pintar? Check.
Nerbangin helikopter, wall climbing atau safari dessert, main bola sama
teman-teman atau jamming bareng adik di waktu senggang? Check. No wonder kalau
dia disebut sebagai the leader of 21st
century dan icon young leader di
masa depan.
I mean, look at him. I bet you’ll have a
very nice dream tonight.
Dan mengikuti kegiatan para royal ini di Instagram adalah guilty pleasure. Membaca Daily Mail dan segala intriknya, itu lebih guilty pleasure lagi. Membahas kabar terbaru dengan teman sesame royal trash, chat bisa berjam-jam tanpa henti, he-he.
“Guilty
pleasure gue itu main hape depan anak. Karena mestinya, sebagai working mom, waktu
gue yang tersisa sedikit di rumah harusnya dimanfaatin total sama anak. Tapi karena
gue suka scrolling Instagram, Twitter, kepo, dll jadi ya… kebiasaan ini susah
lepas. Itu sekarang, kalau dulu gue suka banget kepoin mantan gue dan mantannya
suami. He-he, enggak banget sih, but somehow itu menarik, apalagi when you know
your life is happier without your ex. In my husband’s ex case, kadang gue tetap
berpikir kalau gue jauh lebih baik dari dia. Kepo is my middle name, he-he. Tapi
sejak nikah, cuma buat iseng aja, bukan buat comparing.” Fhia, yang entah
gimana malah kepikiran ngasih tema ini, he-he.
So, what are the most guilty pleasure thing
you ever did?
0 Comments:
Post a Comment