(Pict taken from Instagram @hobbitontours)
Bicara soal bucketlist,
mungkin pertanyaan ini ada di dalam bucketlist
semua orang. Negara mana, sih, yang ingin banget kamu kunjungi? Berhubung ini
berkaitan dengan keinginan, tentunya ada banyak tempat yang memenuhi bucketlist
kita.
Namun, kalau ngomongin soal tempat yang sangat ingin dikunjungi?
Jawaban saya ada dua: New York dan New Zealand.
New York
I fall in love with New York since I watched Home Alone for the first time. Saya memang tidak merayakan Natal, tapi menikmati suasana Natal di New York menjadi impian saya. Jiwa kanak-kanak saya masih mengharapkan petualangan seru di malam Natal, seperti Kevin. Tentu saja, bukan petualangan ditinggal sendiri dan harus berhadapan dengan penjahat.
Beranjak dewasa, saya makin jatuh cinta dengan New York. Coba dihitung,
ada berapa banyak film yang mengambil New York sebagai latar belakang? Atau kisah
di novel, yang menjadikan New York sebagai saksi merekahnya cinta di antara
kedua tokoh utama? Sebagai pecinta chiclit,
romantis versi saya tidak jauh-jauh dari New York. I’m sorry, but I have to blame Nora Ephron for my obsession with New
York, he-he.
(Empire State Building, tempat Sam and Annie akhirnya bertemu)
When Harry Met Sally, You’ve
got mail dan Sleepless in Seattle adalah dua dari sekian banyak film romcom
favorit sepanjang masa. I used to imagine
myself as Sally, makanya menelusuri tempat yang disajikan oleh Nora Ephron
di film-filmnya merupakan salah satu isi bucketlist
saya.
Terlepas dari jiwa hopeless
romantic saya (yang ternyata masih ada), saya begitu menjiwai suasana New
York yang hibuk. Semuanya saling tergesa-gesa, semuanya serba cepat, tapi… ada
semacam rasa syahdu di balik itu semua. Dan wishful
thinking paling nekat yang saya miliki adalah berhenti bekerja untuk
liburan satu bulan di New York. Ketika @ladyzwolf melakukan hal yang selama ini
ada di dalam angan-angan saya itu—berhenti bekerja dan liburan satu bulan penuh
saat Natal di New York—I said to myself,
you should do that.
Mengetahui seseorang berhasil melakukannya semacam memberikan
dorongan kepada saya, bahwa suatu hari nanti, saya pun bisa melakukannya.
And being a ‘Nora Ephron’ to my
own story.
New Zealand
Jadi, sebelum melangkah terlalu jauh dalam merencanakan New York, saya punya satu tempat yang sejak tujuh belas tahun lalu menempati posisi nomor satu dalam daftar impian saya.
If you know me, I bet you know
how much I love The Lord of The Rings. Saya
sudah masuk terlalu jauh ke dalam cerita itu sejak pertama kali membacanya saat
duduk di bangku kelas satu SMP. Semakin saya menelaah ceritanya, semakin saya
terjebak di dalamnya. Lalu, saya memutuskan untuk ke New Zealand suatu hari
nanti.
Anak kampung dari keluarga yang enggak berpunya dari desa antah
berantah punya mimpi mengunjungi negara nun jauh di sana. Pertama kali
mengutarakannya, saya ditertawakan. Akibatnya, saya hanya menyimpan keinginan
itu dalam hati.
Bertahun berlalu, keinginan itu bukannya pupus malah semakin menjadi-jadi. Terserah orang mau tertawa atau menatap kasihan karena impian yang terlalu tinggi, tapi saya yakin, suatu hari nanti, meski saya tidak tahu kapan, saya akan menginjakkan kaki di sana. Di depan pintu Bag End.
Sekitar beberapa bulan lalu, tiba-tiba saja saya terpikirkan
sesuatu. “Ngomong doang tapi enggak ada usaha, mau sampai kapan cuma berharap?”
Semalaman saya terjaga hingga akhirnya, tengah malam, saya mengirim pesan ke
salah satu teman.
“Mbak, 2020 ke New Zealand yuk.”
Sounds nekat, right? Tapi, jika tidak dipatok, sampai kapan pun saya tidak akan pernah
bisa ke sana. Untung saya sudah melepaskan diri dari lingkungan yang seringnya
mematahkan semangat, dan sebagai gantinya saya mendapat dukungan untuk
mewujudkannya.
Melihat kedua impian saya, sangat bertolak belakang, ya. New York, a city that never sleeps. Sementara New Zealand dengan pemandangan alamnya yang menenangkan. Being Virgo, katanya sih travel destination yang dibutuhkan itu tempat yang relaxing, karena Virgo membutuhkan ketenangan, sehingga tempat yang penuh pegunungan, desa, sungai, pokoknya yang natural, itu sangat cocok untuk Virgo. I read somewhere, kalau yang paling pas itu adalah Switzerland. Namun, New Zealand juga nature, jadi masih cocoklah dengan Virgo, he-he.
But, what about New York? Dilihat dari penjelasannya tentu saja tidak sesuai dengan Virgo. Namun
intinya, relaxing. Entah kenapa saya
bisa membayangkan betapa rileksnya ketika menikmati musim dingin di New York.
“Switzerland, scenery-nya
juara dan dia punya jalur kereta. Kalau New Zealand itu terlalu luas, sementara
Swiss bisa road trip, bisa naik
kereta, dan dapat scenery yang mantap
banget. Dia punya gunung, lembah, danau, sama salju. Bangunan-bangunannya juga
jadul abad pertengahan gitu. Ketika akhirnya sampai ke sana, rasanya relaxed
dan puas, dan beyond expectation lebih
bagus dari foto-fotonya, karena feel
di tiap tempat beda.” Kenjrot, Virgo yang sudah ke Lauterbrunnen, Switzerland,
tempat yang konon katanya harus dikunjungi oleh semua Virgo.
“Banyak sih yang gue pengin, kayak Prague dan Barcelona. Di sana
banyak bangunan yang gue suka, tata kotanya sama makanannya juga. Ada beberapa spot yang sudah gue tandain, he-he.”
Veve, yang masih menyimpan tempat ini dalam bucketlist.
So, what is the most wanted
place you want to visit?
0 Comments:
Post a Comment