![]() |
The Habitat, Penang Hill |
Memasuki
pergantian tahun, saatnya untuk menoleh ke belakang dan melihat kembali semua
momen yang sudah terlewati. Dengan begitu, kita memiliki bekal untuk menatap
tahun selanjutnya.
Ada banyak hal
yang terjadi di 2018. Petualangan demi petualangan mewarnai hari-hari. Ada
tawa, ada tangis. Ada suka, ada duka. Ada pertemuan, ada perpisahan. Ada
amarah, ada benci, juga ada memaafkan. Ada yang pergi, ada yang datang kembali.
Semua hal tersebut membentuk menjadi suatu pengalaman yang mendewasakan.
Beberapa hari
melewati 2019, saatnya untuk memutar kembali kenangan yang terjadi dalam kurun
setahun terakhir. Berikut 10 hal yang terjadi di 2018 dan tidak akan pernah dilupakan.
1.
Selamat
jalan, Pa!
![]() |
Pemakaman Papa dengan perasaan yang campur aduk |
Memulai highlight di 2018 dengan berita duka. Di
akhir Juli, Papa meninggal dunia setelah bertahun-tahun harus bolak balik rumah
sakit karena sakit jantung. Sayangnya, saya enggak ada di dekat beliau saat
meninggal dan terakhir ketemu sekitar dua minggu sebelumnya.
Di saat-saat
terakhirnya, Papa kelihatan makin lemah, bahkan untuk jalan aja susah. Papa
sempat berkali-kali dirawat di rumah sakit. Sayangnya, saya enggak sekuat itu
menghadapi beliau yang sedikit rewel, sehingga sering tersulut emosi dan
akhirnya kami malah berantem. That was my
biggest regret.
Kalau saja
saya bisa lebih sabar lagi.
Untuk papa,
ada banyak hal yang tidak bisa saya ucapkan, dan lewat surat ini, untuk
terakhir kalinya, saya bercerita panjang pada beliau.
2.
Solo
trip pertama ke Manila
Here's to the next solo trip |
Mungkin ini
akan jadi highlight terbesar di hidup
saya, bukan hanya di 2018. Untuk pertama kalinya, saya memberanikan diri dan
melakukan solo trip. Kalau bukan
karena kepengin menonton konser Ed Sheeran, saya tidak akan pernah berani
melakukan perjalanan sendirian.
Dan juga,
kalau saja tidak didukung oleh teman-teman, mungkin saya tidak akan senekat
ini. Namun akhirnya, solo trip
menjadi candu. Alasan paling simpel, mungkin karena destinasi yang ingin saya
tuju tidak sejalan dengan destinasi teman-teman, juga waktu yang sulit untuk
disesuaikan, sehingga ketimbang menunggu dan mencari momen, lebih baik
memanfaatkan kesempatan yang sudah ada di depan mata.
Ada banyak hal
yang saya pelajari dari pengalaman ini. Untuk cerita di Manila, bisa dibaca disini, di sini, dan di sini.
3.
Resign
dan pindah ke tempat kerja baru
![]() |
Dengan tim Cewekbanget.id |
Ketika saya
mengajukan resign, banyak yang kaget
dengan keputusan itu. Sebab, saya tidak pernah membicarakan hal ini sebelumnya.
Beberapa orang terdekat berkomentar, ‘kirain lo bakal selamanya di sana, abis
enggak ada omongan mau pindah sama sekali.’ Saya memegang prinsip untuk tidak
mengumbar sesuatu yang belum pasti, jadi urusan resign dan pindah kerja, sebelum ada lampu hijau, akan menjadi
rahasia.
Begitu juga
saat saya resign untuk pertama kali,
di 2013 dulu. Omongan soal resign
sudah jadi menu makan siang, tapi saya tetap memilih nasi sebagai menu makan
siang, he-he. Lalu, ketika mengajukan resign,
leader dan HRD sampai terheran-heran.
Namun, resign kali ini berbeda. Bukan hanya
orang lain, saya sendiri pun heran dengan keputusan ini, karena itu berarti
saya harus melepaskan semua kenyamanan yang saya rasakan selama ini. Kalau kata
orang, kan, harus berani keluar dari zona nyaman. Namun, saya malah sulit untuk
keluar dari sana karena sudah terlalu nyaman.
Memang, yang
namanya ‘terlalu’ itu tidak baik, begitu juga terlalu nyaman.
Ketika ada
lampu hijau untuk memasuki dunia pekerjaan yang baru, dan tantangan baru, saya
pun memilih untuk pergi. Saya berhenti dari pekerjaan yang selama lima tahun
terakhir saya geluti, dan pindah ke tempat baru.
Sejujurnya, di
tahun ketiga saya pernah memikirkan untuk resign.
Saya pun mengirimkan lamaran ke kantor saya sekarang. Sayang, saat itu gayung
belum bersambut.
Di tahun
keempat, ketika semua orang di kantor memutuskan untuk berhenti di saat bersamaan,
saya pun gamang. Saya juga dihadapkan pada pilihan tersebut. Namun, ada
tanggung jawab lain yang harus saya emban sehingga memutuskan untuk bertahan.
Di tahun
kelima, gayung bersambut. Impian lama yang sempat saya pendam, akhirnya muncul
lagi, dan berhasil meraihnya.
![]() |
Bareng keluarga baru, LINE Indonesia |
![]() |
Keluarga baru versi lebih kecil, waktu ngerayain ultah Agustus lalu; LINE TODAY (plus, shirtless Jojo) |
Saya pernah
menulis uneg-uneg soal resign ini di sini.
4.
A
work trip to Korea
Bagi orang
yang mengenal saya, sudah paham kalau saya menyukai banyak hal soal Korea.
Kadang saya lelah dengan stigma itu, tapi apa boleh buat, he-he.
Akhir November
kemarin, saya berkesempatan ke Korea dalam rangka work trip. Saya bahkan mengunjungi tempat yang—kalau saya ke sana
dalam rangka urusan pribadi—saya mungkin tidak akan mengunjungi tempat
tersebut, yaitu Bundang dan Chuncheon.
![]() |
Selama ini cuma lihat games kocak di variety show Korea, pas dicobain waktu team activity di Korea, susah euy, he-he. |
Sebelum
berangkat, saya sempat sesumbar ‘gue enggak bakal beli apa-apa’ yang disambut
dengan cibiran dan tatapan tidak percaya dari sahabat saya, Ira. Baru di malam
pertama setelah saya mendarat di Incheon pagi harinya, Myeongdong sudah membuat
saya khilaf.
Masalahnya,
saat itu hari terakhir Black Friday
dan diskon besar-besaran. Hampir di semua toko punya program Buy 1 Get 1, jadi gimana saya tidak
kalap?
Selain itu,
saya juga merasakan pengalaman autumn
pertama. Tidak murni autumn, karena
saat itu memasuki perantara menjelang winter,
jadi sangat dingin. Saya tidak kedapatan salju, selain lelehannya yang
menyerupai kubangan air, tapi saya mendapati daun kecokelatan di mana-mana dan
suasananya sangat… magis!
![]() |
Pengalaman autumn pertama. Suasana autumn yang magis membuat kupengin kembali |
Oh, saya masih
berutang cerita soal Korea di blog, he-he. Soon,
I promise!
5.
Pengalaman
musikal pertama di The Lion King
‘Temenin gue
nonton Lion King, dong?’ Berkali-kali Ira mengajak dan akhirnya saya pun
mengiyakan. Jadilah The Lion King sebagai pengalaman pertama saya menikmati
musikal. Weekend getaway ke Singapura
di awal Juli menjadi momen yang menyenangkan karena saya memang menyukai The
Lion King. Terima kasih, Amanda Zahra, karena sudah menampung kami di rumahnya.
![]() |
Bareng Ira nonton The Lion King Musical |
Seperti yang
sudah-sudah, saya jadi ketagihan untuk menonton musikal. Ditambah dengan teman
saya, mbak Muti, memberikan daftar yang harus ditonton, salah satunya Phantom of the Opera, yang akan kembali
ke Singapura 2019 ini. Hmm… menarik.
Cerita tentang
The Lion King sudah saya tulis di sini. Silakan dibaca.
6.
Terbitnya
Black Leather Jacket
Dua tahun
terakhir, saya sangat sedikit membaca buku, apalagi menulis. Bisa dibilang 2016
- 2018 bukanlah tahun produktif untuk saya. Namun, di tahun ini saya
menerbitkan buku hasil duet dengan Aditia Yudis berjudul Black Leather Jacket.
Sejujurnya,
ini bukan proyek baru. Kami bahkan sudah menulisnya sejak 2013. Di 2017, Adit
mengajak untuk memperbaiki naskah tersebut dan mengikutsertakan di lomba ‘Sweet
& Spicy’ dari Twigora. Alhamdulillah, kami menang juara 2 dan novelnya
diterbitkan.
Proses revisi
sendiri sangat lama, dari pertengahan 2017 hingga akhirnya terbit di Juli 2018.
Satu hal yang pasti, novel itu memacu saya untuk kembali menulis. Mungkin, bisa
diawali dengan melanjutkan tulisan di Wattpad atau menyelesaikan draft lama yang terbengkalai.
Oleh karena
itu, saya pun menyusun target untuk menyelesaikan satu novel di 2019 ini. Entah
itu novel lama yang belum selesai atau draft
baru, yang penting selesai.
7.
Kembali
ke Dekade 90-an
Yup, I love watching concert so much. Oleh
karena itu, saya memiliki daftar musisi yang sangat ingin saya tonton. Sebagai seseorang
yang sangat menyukai musik 90-an, saya berharap banget bisa menonton konser
musisi 90-an favorit. Tentu saja itu sebuah keinginan yang sulit diwujudkan
karena kebanyakan sudah enggak aktif lagi.
![]() |
Ekspresi senang menonton The 90's Festival |
Beruntung ada
beberapa grup yang memutuskan untuk reuni. Sejauh ini, saya sudah mencoret New
Kids On The Block dan Backstreet Boys (mereka datang ke Indonesia sebagai
NKOTBSB dan saya masih berharap mereka datang sendiri-sendiri. BSB bisa saja,
mereka baru saja reuni), dan di tahun ini saya mencoret tiga nama lagi:
Boyzone, Blue, dan The Moffatts.
Saya mengejar
Boyzone ke Bandung. Konser yang intimate
dan bikin sedih karena di beberapa lagu, suara Stephen masih ada, dan itu bikin
kangen. Boyzone masih bagus, tapi kurang bumbu bernama Steo.
Dan, tahun ini saya harus berterima kasih kepada The 90’s Festival karena membawa dua grup idola saya; Blue dan The Moffatts. Saya bukan penggemar berat Blue tapi tetap saja senang bisa menonton aksi live mereka.
The Moffatts. Gilaaakk…. Rasanya masih enggak percaya bisa menonton mereka, lengkap berempat. Memang, sih, mereka beberapa kali datang ke Indonesia tapi kadang berdua dan terakhir hanya bertiga. Kali ini, lengkap berempat. Meski ini bukan konser tunggal, tetap saja rasanya puas.
Ditambah dengan mereka baru saja merilis album Chapter II yang sangat kental dengan nuansa Chapter I. Butuh waktu 20 tahun bagi mereka untuk merilis Chapter II, dan butuh 20 tahun juga buatku bisa menyaksikan mereka langsung.
Saya pun masih
berutang tulisan soal The Moffatts, he-he.
8.
Dieng
dalam kenangan
Satu hal yang
saya syukuri di tahun ini adalah banyaknya kesempatan untuk liburan. Bisa dibilang,
ini tahun terbanyak saya melakukan perjalanan. Di bulan Agustus, saya
mengunjungi Dieng dan untuk pertama kalinya mengikuti open trip. Ternyata, open
trip itu menyenangkan yah, karena kita enggak pernah menebak akan bertemu
orang seperti apa.
Fotosyut ala-ala di Kawah Sikidang |
Saya mengunjungi
Dieng bersama Zola, Maggie, dan Lembayung serta teman-teman lain bareng
Vekesyentur (very recommended). Meski
ada sedikit kendala karena perjalanan yang jadi lama akibar perbaikan jalan,
tapi menghabiskan akhir pekan di Dieng sangat menyenangkan.
Bersama teman-teman menahan dingin |
9.
Asian
Games 2018 yang super meriah
Setelah menunggu
sekitar empat puluh tahunan, Indonesia kembali menjadi tuan rumah untuk Asian
Games. Setiap hari, saya melewati kompleks GBK untuk ke kantor dan melihat
sendiri perkembangannya gimana. Jujur, saya sempat sedikit khawatir apakah
acaranya akan sukses. Nyatanya? Luar biasa.
Satu hal yang
saya sesali yaitu tidak menonton opening
ceremony karena saat itu saya lebih memilih pergi menonton konser Boyzone
di Bandung. Kalau saja saya tahu akan sebagus itu, Boyzone bisa menunggu di
lain kesempatan.
Setiap hari,
saya melihat banyaknya orang yang datang ke kompleks GBK. Meski saya terpaksa
harus menempuh jalan memutar karena di depan GBK yang padat dan jangan harap bisa
naik Transjakarta, saya senang. Beberapa kali saya datang ke Asian Fest untuk
makan-makan dan menonton pertandingan di layar yang disediakan di luar arena. Suasanya
sangat riuh, bahkan Asian Fest aja penuhnya bukan main.
![]() |
Sewaktu menonton final bulu tangkis di Asian Games 2018 |
Jauh sebelum
acara dimulai, saya mengajak teman, Mbak Muti, untuk menonton final
bulutangkis. Beliau sanksi, apa iya kita beli tiket final? Tapi saya seyakin
itu kalau Minions bakal masuk final, jadi enggak bakal sia-sia beli tiket
final. Sebuah keputusan yang tepat, karena kami bisa melenggang santai di saat
orang lain masih berebut tiket, he-he.
Sebenarnya ada
tulisan soal ini, tapi masih belum kelar dan rasanya sudah berkurang aja hype
untuk menulisnya, he-he.
10.
One
last trip in 2018: Penang
Random mungkin cocok menjadi nama tengah
saya karena seringkali melakukan hal super random. Seperti kali ini, solo trip ke Penang. Sebenarnya rencana
ini sudah sempat ada di bulan Mei, ketika ada waktu sekitar seminggu setelah
saya resign dan sebelum memulai
pekerjaan di kantor baru, tapi karena sesuatu hal, rencana itu buyar.
Memasuki Desember
2018, saya sibuk memikirkan cara mengisi waktu di akhir tahun. Sempat ada niat
buat liburan ke Jogja tapi tiket mahal dan lain hal. Ira sempat mengajak ke
Bali atau buka kamar di Jakarta, dan saya masih ragu.
![]() |
At the TOP of Komtar, tempat tertinggi di Penang. Gamang euy he-he. |
Lalu tiba-tiba
saya berpikir, kenapa harus tahun baru? Toh libur natal juga panjang. Memang sudah
jalannya seperti ini, saya dapat tiket dengan harga bersahabat untuk ke Penang.
Jadilah saya merencanakan perjalanan ini hanya tiga hari sebelum keberangkatan.
Meski persiapan
minim dan tidak punya itinerary yang
jelas, saya sangat menyukai perjalanan ini. Malah, saya ingin kembali lagi ke
sana.
Saya masih
menyimpan perjalanan ke Penang ini untuk ditulis. Just wait and see!
Sekarang,
sudah lima hari memasuki 2019 dan saatnya memulai perjalanan baru. Jadi, apa
rencanamu untuk di tahun ini?
0 Comments:
Post a Comment