Dear Ed Sheeran,
Tadinya saya ingin menulis review konsermu di Jakarta minggu lalu,
tapi akhirnya saya menyerah dan putuskan untuk menulis surat ini saja. Ini kali
kedua saya menonton konsermu. Masih jelas di ingatan betapa kesalnya saya di
tahun 2017 kemarin saat kamu membatalkan konser di Jakarta akibat terjatuh dari
sepeda. Sepeda… hal yang sepele tapi melukai tanganmu sehingga tidak bisa perform,
Selepas konser di Manila, saya
bertekad menjadikan konsermu sebagai salah satu konser yang akan saya usahakan
sekuat tenaga untuk didatangi. Alangkah senangnya ketika kamu akhirnya
memasukkan Jakarta ke dalam agendamu.
Terlebih, konsernya diadakan di
rumah peribadatan suci GBK. Dan, Jakarta dapat kehormatan sebagai titik
terakhir dari rangkaian tur yang kamu jalani selama dua tahun terakhir.
Menilik sebentar ke tahun 2015. Teman
saya, Arsi, mengunggah foto ketika kami beramai-ramai menonton film konsermu, Jumper for Goalpost. Kami rela menempuh
perjalanan pagi-pagi dan dihadang macet di Jalan Panjang untuk menyaksikan film
konser ini. Akibatnya, saya semakin yakin untuk menonton konsermu, di mana saja
selama masih memungkinkan.
Film itulah yang menjadi alasan
penting kenapa konsermu masuk ke dalam daftar tontonan wajib versi saya.
Ini dia foto sewaktu menonton
filmmu. Lihat, kan, wajah semringah sekaligus mupeng untuk menyaksikan konsermu
langsung? Sebagian besar yang ada di foto ini akhirnya sukses mewujudkan
impiannya dengan menontonmu langsung.
Jadi, terima kasih karena sudah
datang ke Jakarta.
Balik lagi ke malam di tanggal 3
Mei 2019. Malam Jumat dan macet luar biasa.
Di kesempatan ini saya ingin
berterima kasih kepada promotor, PK Entertainment, karena alur yang sangat
rapi. Tidak mengharuskan untuk menukar e-ticket
dengan wristband itu sangat menghemat waktu, dan sebagai gantinya wristband dibagikan di pintu masuk. Alurnya
tertib dan saya tidak mendapat halangan berarti untuk bisa masuk ke dalam
lokasi konser. Kecuali, seorang security
yang salah memberi petunjuk sehingga kami malah menuju ke arah yang berlawanan
dari yang seharusnya kami tuju.

Ngomong-ngomong soal konser,
dengan setlist yang tidak jauh
berbeda dengan yang di Manila, saya jadi bisa menikmati konser ini. Ada rasa
deg-degan ketika menunggu lagu yang saya suka akhirnya dibawakan.
DIVE. Do you know how much I love
this song? Dive sukses membuat
satu stadion bergemuruh bersama luka hati yang kamu torehkan di lagu itu. Dive sukses membuat seisi GBK ikut
meneriakkan pengharapan akan cinta tak pasti yang dirasakan. Dive juga sukses membuat saya menghela
napas panjang dan berteriak ‘BAGUS BANGETTTT’ begitu kamu selesai memetik nada
terakhir.
Jangan lupa The A Team. Lagu inilah yang membuat saya menjadi fans seorang Ed
Sheeran. Ketika bagian ‘an angel’s to fly’
dan seisi GBK diterangi cahaya dari flashlight
handphone, rasanya begitu syahdu. Di Manila pun sama, tapi aura magis yang
dipancarkan GBK membuat suasana terasa lebih memukau. SAYA MENYUKAINYA.
Thinking Out Loud. Bersama teman saya, Mbak Muti, kami membahas
perjalanan cinta dari lagu-lagu manismu. Ada Kiss Me di album Plus
yang menceritakan awal-awal ingin mengatakan cinta. Lalu ada Thinking Out Loud yang kemudian menjadi
lagu lamaran sejuta umat, dan Perfect
yang kadar manisnya bikin diabetes dan cocok sebagai wedding song. Kami penasaran, setelah ini apa? Ketika seorang Ed
Sheeran naik kelas di lagu super manis.
Kembali ke Thinking Out Loud. Lagu ini pernah jadi lagu favorit saya sebelum
akhirnya jadi super mainstream dan di
setiap pesta pernikahan yang saya datangi pasti ada lagu ini. Kamu meminta kami
semua untuk diam. Ya, hanya seorang Ed Sheeran yang berhasil membuat seisi GBK
diam dan menikmati penampilanmu, meski saya yakin kami semua sangat ingin
bernyanyi bersama di lagu ini. Meski, ya, ada si Alay entah di mana yang
berteriak norak dengan sengaja di tengah lagu, mengganggu saja.
Tenerife Sea. Saya sangat menunggu-nunggu lagu ini karena di bagian
bridge kamu bermain-main dengan gitar
dan looper lalu menghasilkan bagian
yang terasa syahdu. Membuat saya sangat ingin mendatangi laut yang dimaksud. Dan…
menjadikan keindahan Tenerife Sea sebagai kiasan adalah bukti kejeniusan seorang
Ed Sheeran.
This part makes me laugh and cry at the same time.
Photograph. Kekuatan lagu ini ada di liriknya. Semua pasti setuju kalau lagu ini memberikan rasa hangat setiap kali mendengarnya. Seakan kamu membawa kita semua pulang ke rumah. Malam itu, rasanya hangat dan damai mendengarkan lagu ini. Selain TOL, lagu ini juga sukses membuat semua orang terdiam. Saya hanya bisa berdiri mematung menatap panggung nun jauh di sana sambil mangap.
Ed Sheeran mungkin lebih dikenal
sebagai spesialis lagu galau. Namun, lagu up
beat dan rap enggak bisa
diabaikan begitu saja. Gallway Girl
dan Nancy Muligan buktinya.
Lagu ini sukses mengajak joget,
sekaligus membawa kita semua ke Irlandia. Sayang sekali, penonton malam ini sangat
kalem. TERAMAT KALEM. Mana mungkin mereka bisa duduk anteng dan cuma
goyang-goyang kepala di kedua lagu ini? Itu adalah sebuah misteri.
Dan saya? Tentu saja saya tidak
bisa menahan diri untuk tidak menikmati lagu ini dengan tarian random ala saya.
Supermarket Flower. Lagu ini tidak ada di dalam setlist. Saya sedikit berharap lagu ini
akan dibawakan. Namun, lagi-lagi saya harus menelan kekecewaan. Why oh why?
I See Fire. Finally I can see
Ed Sheeran and Benedict Cumberbatch, my two faves people from England, in one
screen. Sorry, I’m kidding. Lagu ini memiliki tempat berarti di hidup saya,
mengingat betapa saya sangat menyukai Middle Earth. And I know you like it too. Karena itulah kamu membuat lagu ini
untuk mengisi film The Hobbit. Maka dari itu, ketika Smaug muncul di layar,
saya berteriak gembira.
Setelahnya, saya menangis
tersedu-sedu karena merindukan Middle Earth.
Love Yourself. Now I have to
tell you this: you are freaking genius. Ada satu bagian yang membuat saya—dan
orang lain—terdiam ketika kamu menyanyikan lagu ini. Awalnya saya berpikir, oh
mungkin ini versi aslinya. LALU, SEMINGGU KEMUDIAN, KAMU MERILIS LAGU I DON’T CARE BERSAMA JUSTIN BIEBER DAN
TERNYATA BAGIAN LAGU ITU KAMU MASH UP
KE DALAM LOVE YOURSELF. WHAT A GREAT
SURPRISE.
(Note to my friend, Nyieth: GILAK!!! BERUNTUNG BANGET LO SEMPAT NGEREKAM BAGIAN INI!!!)
Selama seminggu saya tidak sadar
sudah mendapat spoiler dari orangnya
langsung. Kamu pun mengalahkan Tom Holland sebagai King of Spoiler, he-he.
Dua jam konser terasa berlalu
begitu cepat. Mungkin karena saya sangat menikmatinya. Dan… You Need Me, I Don’t Need You adalah
penutup yang magical. Kita semua
terhipnotis, sampai-sampai ketika kamu posting
foto dari atas stage di akun
Instagrammu, banyak yang bertanya-tanya, kapan fotonya? Entah karena GBK yang
begitu luas sehingga hanya bisa melihatmu dari jauh, atau saking terpukaunya
dengan penampilanmu.
Di malam itu, awal-awal kamu
sangat playful. Cerewet bahkan. Ngoceh
terus. Namun, di akhir, kamu jadi seperti terburu-buru. Tidak ada proper goodbye. Hanya terima kasih dan goodbye ala kadarnya dan kamu pun
menghilang. Begitu juga sebelum encore,
terasa hanya basa basi saja.
What happened?
But, nevermind. Toh kamu di sana untuk konser, bukan basa basi.
Sudah dua kali, dan rasanya masih
belum cukup. Saya masih menunggu momen pertemuan berikutnya, jadi tidak apa-apa
dengan perpisahan ala kadarnya itu.
Sekali lagi, terima kasih untuk
konser yang luar biasa.
I’ll see you when I see you.
Cheers,
XOXO, iif
0 Comments:
Post a Comment