Curug Awang, salah satu kebanggan Geopark Ciletuh |
Geopark Ciletuh yang terletak di Kabupaten Sukabumi
menawarkan pemandangan sekaligus experience yang memuaskan, dari jarak yang
tidak begitu jauh dari Jakarta. Tempat ini sangat cocok sebagai short weekend
getaway. Ditambah, tempatnya yang sunyi sehingga bisa-bisa bakal bosan dan mati
gaya jika berlama-lama di sana, sehingga dua hari dirasa cukup.
Saya sudah dua kali ke sana. Pertama bersama anak-anak
kantor. Ternyata, liburan ini menyenangkan dan sukses membuat mupeng
teman-teman lain. Akhirnya saya kembali ke Ciletuh bersama geng yang berbeda.
Untuk kedua trip ini, saya memakai Travour Adventure(@travour.adv). Saran aja, lima orang merupakan jumlah yang pas untuk liburan
ke sini, mengingat medan dan kontur jalan berkelok-kelok dan naik turun drastis
membelah bukit, sehingga sempit-sempitan di mobil jelas bukan pilihan yang
tepat. Saya sendiri merekomendasikan trip ini, karena harganya bersahabat dan
pelayanannya memuaskan. Di kedua perjalanan ini, kami didampingi guide yang
sama. Keberadaan guide yang asyik juga jadi pendukung liburan menjadi lebih memorable.
Ditambah liburan ini sifatnya private trip, sehingga perubahan rencana di
tengah perjalanan sangat mungkin dilakukan.
Geng pertama, bareng anak kantor (Sindy dan Catur) plus Audy dan Agus |
Geng kedua, bareng anak generasi 90an plus Mbak Muti |
Geopark Ciletuh kaya akan air terjun dan curug, sehingga
curug pun menjadi primadona saat liburan ke sini. Menurut penuturan guide, ada
banyak curug di kawasan ini. Hanya saja belum dikembangkan semuanya. Beberapa
masih memiliki jalanan yang sangat ekstrem sehingga sama sekali tidak ramah
turis.
Dua kali perjalanan ke sana, itinerary kurang lebih sama.
Saya pun mengunjungi curug yang sama—untuk sebagian besar. Meski mengunjungi
dua kali, perbedaan musim memberikan kesan yang berbeda saat mengunjunginya.
Sebagai referensi, berikut 5 curug yang wajib didatangi di
Geopark Ciletuh.
Curug Awang
Curug Awang dalam kondisi lumayan deras |
Lokasi Curug Awang lumayan jauh dari tempat kami menginap,
sehingga curug ini menjadi destinasi pertama yang dituju. Jalanan ke sana
lumayan mengocok perut. Sama seperti jalanan di Ciletuh pada umumnya,
jalanannya bagus dan sepi, tapi konturnya berbelok-belok dan naik turun. Namun,
dari jalan utama ke Curug Awang, di sinilah tantangan sepenuhnya. Jalanannya
masih tanah berbatu-batu. Ada tanjakan. Pastinya, lumayan menantang isi perut
agar tidak keluar. Jalanan seperti inilah yang membuat saya menyarankan untuk
membawa guide yang sudah paham medan jika ingin mengunjungi Ciletuh.
Ini jalanan setapak menuju Curug Awang |
Dari tempat parkir, butuh trekking ringan sekitar 15 menit.
Sebenarnya bukan trekking juga, sih. Awalnya jalanan setapak yang sudah
dibentuk, sehingga nyaman. Lalu, pematang sawah. Di perjalanan pertama, karena
habis hujan, jadi sedikit becek. Kedua kalinya, karena kemarau dan sudah tiga
bulan enggak hujan, pematangnya kering, sehingga saya memilih untuk merosot
ketika menuruni pematang itu biar lebih cepat, aman, dan seru.
Ini perbedaan Curug Awang di dua musim berbeda. Foto pertama diambil di bulan April, saat masih hujan. Foto kedua di akhir
Juli, saat sudah kemarau. Terlihat debit air sudah berkurang.
Curug Awang di musim hujan |
Curug Awang saat kemarau |
Begitu sampai di Curug Awang, rasanya menakjubkan. Just take
a look at this pict:
Diriku ibarat remah-remah rempeyek!!! |
Kalau di musim kemarau, bisa jalan sampai ke tengah seperti
ini.
Lagi nyari keong |
Yoga on the bench, hehe |
Begini penampakannya dari jauh. Terpujilah Travour Adventure
yang menyediakan layanan foto dengan drone karena bisa mendapatkan foto
seciamik ini.
Sebenarnya, ada larangan untuk mendekati jurang, tapi tetap
saja nekat (karena enggak melihat larangan yang ada di pos di atas, he-he).
Hati-hati aja buat foto ala-ala seperti ini. Sesungguhnya pada saat itu jantung
rasanya mau copot.
Juga buat foto kayak gini |
Beruntung hanya rombongan kita saja yang ke sini. Kalau kata
guide kita si Azzam, “cuma orang niat doang yang mau ke sini.” Tapi percaya,
deh. Mending kumpulin niat karena dijamin nyesel enggak ke sini.
Udah cocoklah ya jadi fashion spread majalah hehe |
Kalau ini bisalah ya jadi foto cover album |
Curug Cikanteh
![]() |
Kebersamaan di Curug Cikanteh |
Perjalanan selanjutnya dilanjutkan ke Curug Cikanteh—setelah break makan siang. Di kawasan ini ada dua curug, yaitu Cikanteh dan Sodong. Namun, kita bahas Cikanteh dulu.
Cikanteh ini berada di bagian atas curug Sodong. Dibutuhkan
trekking ringan selama 20-30 menit untuk sampai ke sini. Kurang lebih, inilah
jalur yang paling berat dibanding curug yang ada di sini. Jalanannya tanah,
dengan tangga-tangga batu dan menanjak.
Ini hanya bagian yang ringannya |
Di tengah jalan, harus menyeberangi
jembatan bambu, seperti ini.
Si jembatan bambu |
Berhubung saya anaknya suka gamang, jadinya tertatih-tatih
saat melewati jembatan ini.
Memasang ekspresi bagagia padahal takutnya minta ampun |
Curug ini letaknya tersembunyi. Jadi, setelah melewati
jembatan, kita harus melewati jalan setapak yang di kiri kanan ada batu kali
berukuran besar. Lalu, ada pohon dengan akar-akar yang saling terkait. Kita
harus menyibak akar-akar pohon itu, lalu disambut batu-batu besar, dan di balik
batu itulah letaknya Curug Cikanteh ini.
Begitu menyibak akar pohon dan mendapati curug itu, rasanya
luar biasa. Bagus banget.
Debit air lumayan besar di musim hujan. Nah, curug yang di atas itulah Curug Cikanteh yang sebenarnya |
Sayangnya, curug ini lumayan ramai karena memang curug
favorit. Di perjalanan kedua malah lebih menyebalkan, karena ada segerombolan
bapak-bapak mandi-mandi di sini PAKAI SABUN BATANG. WTH banget enggak, sih?
Dirasa lagi di rumah sendiri apa? Ditambah debit air yang berkurang karena
kemarau.
Keadaan Curug Cikanteh di musim kemarau |
Tidak lama berada di sini, tapi so far puas, sih.
Ini surga banget, bisa berada di tempat kayak gini.
Perfecting my Nawang Wulan pose |
Belakangan baru dikasih tahu kalau ini terusan Curug Cikanteh. Curug yang sebenarnya ada di atas sana, dan jalanan menuju ke sana sangat ekstrem. Wassalam!
Curug Sodong
Mejeng dulu |
Kenapa harus ke Curug Cikanteh dulu? Sebab, kalau mau
main-main air, enggak bisa di Cuurg Sodong karena dalam banget. Curug ini
cocoknya buat piknik sore-sore di pinggirnya, sambil mengagumi keindahan
ciptaan Tuhan.
Kubahagia |
Konon kabarnya dalamnya lima meter |
Curug Cimarinjung
![]() |
Puluhan juta tahun yang lalu, pasti ada dinosaurus di sini |
Perjalanan hari kedua diisi dengan mengunjungi curug ini.
Dari semua curug yang dikunjungi, ini yang paling besar, dan paling tourist
friendly. Jalanan setapak sudah dibeton dan di sisinya banyak yang jualan
souvenir atau baju. Sepertinya ini must-have curug yang mesti dikunjungi. Dalam
perjalanan ke curug sebelumnya, curug ini sudah kelihatan saking gedenya.
![]() |
Celah menuju Curug Cimarinjung. Mandatory picture di sini |
Saya mengunjungi curug ini di perjalanan kedua, sebab di
perjalanan pertama curug ini di-skip karena kami mau ke Curug Larangan.
Peaceful |
Kesan pertama saya ketika menginjakkan kaki di sini yaitu:
DINOSAURUS PASTI PERNAH HIDUP DI SINI. Benar banget, karena di sisi kiri jalan
ada terusan curug berbatu-batu. Kalau debit air lagi banyak, air bisa mengalir
sampai ke sungai itu. Kebetulan lagi kemarau, jadi tempatnya kering.
Seperti masuk ke Jurassic World |
Begitu sampai di sini, kita langsung disambut deretan batu raksasa membentuk pemandangan yang keren banget. Makanya, saya langsung yakin pasti ada dinosaurus di sana, berjuta tahun lalu.
See, ini tempat ala-ala Jurassic World banget, kan?
Sekali lagi, terpujilah Travour dan drone-nya. Magical, isn't it?
Walking with Dinosaurs |
Sekali lagi, terpujilah Travour dan drone-nya. Magical, isn't it?
Curug Cimarinjung lumayan ramai pagi itu. Saran, mending ke sana pagi-pagi, jadi enggak begitu penuh.
Curug ini besar banget. Ada cekungan di bagian atas, tempat
masuknya matahari. Magical experience banget, sih. Saking besar dan bagusnya,
camera didn’t do justice sih karena enggak bisa menangkap semua elemen di sini.
Di bagian tengah curug, ada tali dibentangin sebagai penanda
agar enggak menuju sampai ke tengah. Sebab, sudah dalam banget. Berhati-hati
aja mencari pijakan kalau ingin ke batu-batu besar ini, sebab di beberapa
tempat dalam banget.
Secuplik keseruan di Curug Cimarinjung.
Kalau melihat itinerary di beberapa trip, curug ini tidak
masuk ke dalam daftar. Sebenarnya, awalnya rombongan saya juga tidak tahu soal
curug ini. Namun, ketika guide melihat muka-muka mupeng kami ketika di Cikanteh
karena enggak bebas main air, dan sepertinya gampang dikerjain, maka perjalanan
ke Cimarinjung ditiadakan lalu diganti ke sini.
Tempatnya sangat secluded. Kontur jalanan kurang lebih sama
seperti ke Cikanteh, tapi kurang menanjak dan lebih jauh. Sedikit lebih berat
juga, tapi worth the effort banget. Lucunya, jalanan ke sini ngingetin waktu
kecil suka main ke tambuo di kampung. Sebab, harus lewatin rumah dan kebun warga, sebelum masuk ke jalanan setapak tanah menuju curug ini.
Di tengah perjalanan, kami berpapasan dengan rombongan lain
yang sudah selesai dari sini. Sehingga, tidak ada orang lain di sini.
Benar-benar serasa private curug. No wonder kami langsung berlarian seperti
anak kecil ketika sampai di ujung jalan dan mendapati tanah kosong dengan
pepohonan, dan telaga hijau di tengah-tengah. Kecil, sih, tapi bagusnya no
medicine banget lah.
The real definition about heaven on earth |
Tentu saja, kami sangat puas mandi-mandi di sini. Untung
saja curugnya tidak terlalu dalam, sehingga orang yang tidak bisa berenang
seperti saya bisa sampai ke tengah.
Sampai sekarang saya masih tidak habis pikir, di tempat se
secluded ini, ada air terjun yang sangat cantik seperti ini.
Sayangnya, di perjalanan kedua kami tidak bisa ke sini
karena kemarau membuat curug ini jadi kering.
Dua hari dari curug ke curug di Ciletuh membuat kita tidak
henti-hentinya mengagumi keindahan ciptaan Tuhan.
Dan juga, dua hari yang cukup menguras tenaga. Jadi, jika
berkeinginan untuk liburan ke sini, tidak ada salahnya untuk persiapan fisik
terlebih dahulu.
Cheers,
XOXO, iif
Special thanks to Travour Adventour, our guide Azzam, my
friends (Sindy, Catur, Audy, Agus and Zola, Maggie, Ale, Mbak Muti)
Foto by: iif, Travour Adventour, Maggie, Sindy, Agus
Foto by: iif, Travour Adventour, Maggie, Sindy, Agus
0 Comments:
Post a Comment