Setengah hari yang santai di Kobe |
Ini sebuah ketidaksengajaan yang menyenangkan.
Kobe tidak ada dalam daftar itinerary. Semula, aku berencana untuk ke Nara selama setengah hari
sepulangnya dari Osaka Castle. Sepulang dari Nara, baru, deh, lanjut ke Kyoto. Namun,
di tengah perjalanan terjadi perubahan rencana.
Adalah Vinny, teman SMA yang sudah sangat lama tidak ketemu
dan tiba-tiba menghubungi. Ternyata, Vinny lagi ada di Jepang. Tepatnya di
Kobe. Vinny pun mengundang untuk ke Kobe.
Pertanyaannya, kenapa enggak?
Balik lagi ke tujuan utama trip ini: reconnecting. Mungkin
ini saat yang pas untuk reconnecting dengan teman lama. Dua anak kampung dari
Bukittinggi, lalu bertemu di Kobe. Cocok tuh jadi headline acara Hitam Putih.
![]() |
Reconnecting dengan teman lama |
Pertimbangan lainnya, Jepang saat itu panas banget. Aslik,
menggila banget panasnya. Seharusnya sudah mulai masuk hawa-hawa autumn yang sejuk, tapi rupanya global warming juga menampakkan giginya
di Jepang.
Fast forward
ketika sudah pulang ke Jakarta, temanku Rini sempat melontarkan pendapat. “Di
negeri asing lalu ada teman yang mengajak ketemu, lo pasti ngeiyain. Perasaan sebagai
stranger lalu ketemu yang familiar itu priceless sih.”
Yes, setuju dengan Rini.
Jadi, setelah balik dari Osaka Castle, aku melanjutkan
perjalanan menuju Kobe sambil menenteng koper. Tujuannya biar enggak bolak
balik. Jadi, nanti dari Kobe langsung naik kereta ke Kyoto. Saat itu bertepatan
dengan adanya pertandingan Rugby di Kobe, jadi ramai banget.
Di Kobe enggak begitu eksplorasi, sih. Istilahnya, istirahat
sejenak setelah bertualang di Osaka dan sebelum melanjutkan petualangan di
Kyoto keesokan harinya. Trip kali ini
juga ditemani oleh si kecil Hiro yang lucu.
Vinny dan Hiro yang menjamuku di Kobe |
Kobe yang Stylish dan
Trendy
Mejeng dulu di Kobe |
Kesan pertama yang muncul di benak saat menginjakkan kaki di
Kobe adalah: stylish banget. Sekeluarnya dari stasiun, aku dan Vinny (plus
Hiro) menuju Harborland. Dibilang mall juga enggak, tapi ada banyak toko-toko juga. Harborland
nyambung ke deretan café-café super stylish
yang lucu banget. Sangat instagramable sih.
Look at this beauty.
Deretan cafe yang stylish di Kobe |
Cafe yang bikin enggak sadar kalau masih di Jepang |
Ketemu teman lama enggak lengkap kalau enggak makan, jadilah
makan siang yang terlambat bersama Vinny. Kita pun makan siang di Bikkuri
Donkey Kobe Harborland. Restoran steak yang tampak chic dan stylish,
seakan-akan enggak lagi berada di Jepang.
Selain makanan yang enak (plus porsi sangat besar), view
laut di sisi kanan juga enggak kalah priceless.
Bikkuri Donkey Kobe Harborland |
Menurut cerita Vinny, Kobe ini sedikit unik. Kotanya terletak
di antara bukit dan laut. Jadi, cuacanya kadang suka rada-rada, sih.
Vinny juga cerita kenapa Kobe tampak stylish, bahkan jauh
lebih stylish ketimbang Tokyo atau Osaka. Stylish-nya
Kobe tuh terasa gaul dan trendy gitu, bukan modern
seperti Tokyo. Kata Vinny, Kobe itu kota pertama di Jepang yang membuka diri
kepada dunia luar. Jadi, pelabuhan pertama yang menerima kapal asing itu ya
Kobe. No wonder kalau tren di Kobe
selangkah lebih maju dibanding kota-kota lain.
Untuk kamu yang ingin santai sejenak, aku sarankan untuk ke
Kobe saja.
Tentunya, makan beef
yang endes.
Plus, belanja karena barangnya lucu-lucu. Ada satu toko yang
menjual baju ala Indonesia, sebab yang punya lama tinggal di Indonesia
#kataVinny.
Toko-toko unik di Kobe |
Toko baju unik dan Indonesia banget karena orangnya lama tinggal di Indonesia #kataVinny |
Jadi Turis Sesaat
Menjelajahi Laut
Selepas makan siang, dengan perut begah, kami pun
melanjutkan perjalanan ke Harborland yang mengarah langsung ke laut. Duduk di
pinggir laut, dengan angin sore sepoi-sepoi, rasanya bikin ngantuk.
Ketika melihat segerombolan anak sekolah sedang foto-foto di
Harborland, rasanya seperti melihat komik. Sebagai yang tumbuh besar dengan
komik, salah satu tujuanku ke Jepang ya pengin melihat suasana yang digambarkan
di komik itu.
Anak sekolahan Jepang yang serasa lagi lihat isi komik |
Sayang, aku tidak menemukan padang dandelion sehingga tidak
bisa merasakan menjadi Yamazaki Tanpopo. #myImadokihearts
Sore itu, secara random aku dan Vinny mengikuti trip satu
jam naik kapal keliling laut Kobe. Pasalnya, Vinny cerita soal dinner mewah di sebuah cruise bernama Concerto yang
diidam-idamkannya. Ah, pengin sih nyoba, tapi sendiri enggak asyik, he-he.
Selama trip, ya
cuma memandang laut saja. Plus, Kobe port
yang sibuk, dengan kapal tongkang yang super gede. Gila, ya, kapal segede itu
bawanya gimana coba? Kesibukan di pelabuhan lumayan terlihat, meski enggak
sesibuk yang ada di dorama.
![]() |
Memandangi laut lepas |
Setengah hari yang tak terduga di Kobe lumayan untuk mengisi
tenaga. Beruntung juga tidak jadi ke Nara, karena bisa dipastikan akan lemes
selemes-lemesnya di Nara yang super panas. Mungkin nanti aku akan ke Nara,
kalau ada rezeki untuk ke Jepang lagi.
Aku dan Vinny berpisah di Stasiun Kobe. Vinny dan Hiro
pulang, aku melanjutkan petualangan selanjutnya di Kyoto.
Siapa sangka, kalau nantinya aku akan jatuh cinta dengan
Kyoto.
Thank you Vinny and
Hiro for your hospitality.
XOXO,
Iif
PS: Karena banyak yang mancing di Kobe, jadi siap-siap aja
di kereta ketemu orang bau laut dan bau ikan. Selama perjalanan ke Kyoto, aku
pun duduk saling membelakang dengan bapak-bapak yang selesai memancing.
Wah keren, jadi terinspirasi pengen ke jepang juga. eh tapi ke korea dulu lah. eh masih ada tapinya.
ReplyDeleteKaya dulu lah, hati misqueenku menjerit, wkwkwkw