(Review Konser) Backstreet Boys DNA World Tour Jakarta: Lempar Kolor Biru dan Nostalgia Dua Puluh Tahun

1 comment
Backstreet Boys DNA World Tour Jakarta

-->

Bisa dibilang 2019 menjadi tahun paling menyenangkan bagi penggemar boyband 90-an. Setelah Boyzone dan Westlife, sekarang gilirannya Backstreet Boys. Ini bukan pertama kalinya BSB ke Jakarta. Aku pernah menonton mereka sewaktu tur bareng NKOTB (NKOTBSB) tahun 2012. Namun, ini baru kali pertama mereka datang ke Jakarta dalam formasi lengkap.

Di konser ini, Kevin pun sempat mengungkapkan rasa senangnya ketika akhirnya bisa menginjakkan kaki di Jakarta, secara teman-temannya pernah lebih dulu ke sini.

I don’t know if I can call myself a fan of BSB. I knew them and I like their song, but I like other boyband too. I’ve grown up with their song—just like what Kevin said, ‘you’re all grown up with our songs, right?', but to define myself as BSB fan is a lil bit too much. I can say I'm just a casual fan, for short.



For 90’s baby, BSB is one of must have watch concert. Looking back at my childhood, I knew about them from my cousins. Bagi seorang anak kecil dari kampung, salah satu cara mengenal dan tahu soal dunia luar adalah lewat lagu-lagu mereka-mereka ini. Lagu yang menyadarkanku kalau dunia ini luas dan di luar sana, ada banyak orang dengan budaya dan nilai berbeda, bukan hanya sekadar kampung dan semua kenyamanan yang ditawarkannya.

Seringkali, ketika akhirnya bisa menonton konser musisi yang diidolakan semenjak kecil, dengan usaha dan keringat sendiri, mau enggak mau me-recall ulang ingatan lama. Juga, melihat kalau ternyata ‘aku sudah berjalan sejauh ini’.

Enough about that. Lalu, bagaimana dengan konser semalam?

Hikmah Perjuangan Para Pejuang Pagi



Bisa dibilang, ini konser paling lancar yang pernah aku datangi. Sejak awal tidak ada kendala berarti. Beli tiket langsung dapat di kelas yang diincar. Beberapa hari sebelum konser, mendapat email pemberitahuan untuk penukaran tiket di FX Sudirman—tempat yang dekat dari kantor sehingga bisa menukarkan tiket kapan saja.

Two thumbs up untuk promotor yang berhasil menghadirkan konser spektakuler tanpa hambatan berarti. Alur yang rapi, jelas, dan teratur. Enggak desak-desakan. Siapa datang duluan, dia bisa mengantre di depan dan berkesempatan lebih besar untuk mendapatkan posisi terbaik.

Bukannya mau sombong, tapi dengan harga kelas dua termurah, dan dapat spot terbaik di depan, tentu saja aku jumawa.

Plus, desain stage ciamik yang memungkinkan penonton kelas festival bisa melihat idola mereka dengan jelas. Stage berbentuk kotak sehingga ketika BSB maju ke depan, terberkatilah penonton di barisan festival depan.



Namun, yang paling patut diacungi jempol malam ini adalah penampilan Backstreet Boys itu sendiri. Umur boleh sudah tua, tapi tenaga enggak kalah sama anak muda. Nyanyi stabil sambil nge-dance? Perjalanan panjang 20++ tahun lebih memang enggak bisa bohong.

Memadatkan Lagu Hits dalam 20++ Karier dalam 2 Jam Saja



Selama dua jam, kita diajak bernostalgia oleh Kevin dkk. Sama kasusnya seperti Westlife, sangat sulit untuk memadatkan lagu hits sepanjang 20++ tahun ke dalam konser berdurasi dua jam saja. Apalagi untuk musisi dulu, tahu sendiri kan kalau dulu, dalam satu album bisa ada 4-5 lagu hits. Bahkan, bukan lagu hits aja juga terkenal. Alhasil, ada beberapa lagu di-medley. Yang penting, bisa nyanyiin semua lagi mereka.

Konser dibuka dengan medley Everyone dan I Wanna Be With You yang super singkat, tapi sukses membuat JiExpo bergemuruh. Mungkin, ini akumulasi teriakan yang sudah ditahan selama dua puluh tahun.

Karena keterbatasan durasi, beberapa lagu dinyanyikan tidak utuh. Sayang, sih, but in a positive note, kita bisa dengerin lagu lainnya. Konser ini juga membuktikan kalau jam terbang tidak akan pernah berbohong. Meski sudah berumur, gerakan dance mereka masih enggak kalah ketimbang waktu masih berusia 20-an dulu.



Satu lagi nilai plus, mereka sangat interaktif dan komunikatif. Setiap selesai satu segmen, satu personil memberikan speech dan guyonan yang lucu, lalu menyanyi solo, sebelum nanti masuk ke lagu berikutnya. Jadi, konser ini serasa lebih intimate. Belum lagi mereka berkali-kali mengungkapkan rasa terima kasih dan senang konser di sini. Bahkan, Kevin sampai mengatupkan tangan dan menundukkan kepala. Sopan banget.

Namanya juga nostalgia, maka JiExpo juga bergemuruh oleh koor saat ikut menyanyi bareng. Mungkin, selama dua jam ini jadi momen karaoke bareng dengan BSB sebagai bintang tamu. Bonusnya, orangnya ada. Live. Enggak sia-sia sudah menghafal lagu mereka selama 20++ tahun.

Hanya Kevin yang Bisa Bikin Gimmick Lempar Kolor Biru


Mungkin bertanya-tanya ketika membaca judul tulisan ini. Lempar kolor? Yup, itu beneran, he-he.
Jadi, Kevin dan AJ bertugas memberikan speech. Setelah saling guyon dan berterima kasih, di stage ada partisi. Mereka menjelaskan kalau personil lain sedang ganti baju di backstage, sementara mereka akan ganti baju di stage. Beneran aja dong, ganti baju di sana. Di balik partisi tapi, he-he.

Nah, saat ganti baju itulah Kevin me-recall kalau dulu tiap konser pasti ada aja cewek yang lempar underwear dan bra. Di Indonesia—dan Asia—memang jarang, sih. Tapi, di Amerika Latin dan Eropa tradisi ini masih ada. Sebagai gantinya, merekalah yang akan lempar baju dan … sempak biru.

Tolonglah dikondisikan, he-he.

Btw, itu sempak baru apa bekas?

Dan, namanya juga legend ya, mau nyanyi sambil ganti baju mah bebas.

Mereka berlima juga saling lempar guyon dan candaan, meski Howie sedikit pendiam. Namun, sekalinya ngomong, yang lain malah bikin ekspresi aneh di belakang Howie dan gangguin dia. Tindakan itu bikin aku mikir, ‘serius ini kelakuan om-om 40-an?’

Di postingan ini, aku ingin memberikan sedikit penilaian yang sifatnya sangat personal bagi masing-masing personil.

Nick Carter


Everyone’s favorite. Hayo ngaku siapa yang dulu cinta pertamanya Nick Carter? Sosoknya yang masih remaja di awal kemunculan dulu, dan cakep, memang membuat Nick jadi personil favorit semua orang. Semalam pun masih sama, masih sukses bikin ciwiks-ciwiks (dan mamak-mamak) jejeritan.



Nick sangat playful, sering berinteraksi dengan penonton, dan suka pamer. Apalagi kalau bukan pamer suara. Not that I’m complaining karena suaranya memang bagus. Rough, tapi bikin ngena. Nick juga atraktif, enggak pernah diam, dan suka bercanda, apalagi sama Brian. Justru, aku mau-mau aja bayar mahal buat nonton Nick adu banter sama Brian, he-he.

Brian Littrell


The survivor. Mungkin, Brian masih bisa menyanyi dan menampilkan aksi panggung seciamik semalam, itu adalah sebuah mukjizat. Sakit jantung sejak kecil, operasi jantung di saat lagi berada di puncak popularitas, tentu itu bukan hal yang mudah.

Lalu, penyakit yang memengaruhi pita suaranya. Memang, sih, suaranya udah enggak bisa dipaksa sekuat dulu, but he always tried. Usahanya memang harus diapresiasi, sih. Terlepas dari semua risiko yang mengintai, dia sukses menghadirkan penampilan luar biasa. Suaranya masih bikin merinding. Dan, dia enggak jaim. Doyan bikin ekspresi lucu yang bikin ketawa, juga baby voice doi yang lucu—meski kata Nick annoying he-he.

Thank you for singing, Brian.

AJ McLean


The rough one. Dari segi fisik, AJ memang yang terlihat paling rough. Dengan tato di leher dan facial hair yang lebat, membuat tampangnya sangar. Kayak rocker. Namun, kalau pakai fedora malah kayak penyanyi country.

But he has a soft heart. Aku masih salut sama kejujurannya soal addiction yang dia rasakan, juga kerelaannya masuk rehab karena ingin 100% bersih sebelum menikah.


Sama seperti wajahnya, AJ juga punya suara yang rough. Sepanjang konser, justru ini yang aku suka. Suaranya memang tidak sempurna, tapi jujur. Jadi, lagunya lebih ngena aja.

Howie Dorough


Si pemalu. Dibanding yang lain, Howie yang paling sedikit ngomong. Kecuali di sesi speech dia sendiri. Pas bareng-bareng juga dia cuma ketawa lucu aja ngeliatin. At least, ada satu yang bikin adem dan nenangin di antara personil lain yang cewawakan.

Namun, di balik sikapnya yang diam, kalau sudah nyanyi, suaranya sih bikin takjub. Diam-diam membunuhlah istilahnya.

Kevin Richardson


#Daddyable He’s my favorite. Jadi, senang aja ketika kemarin di posisi aku tuh puas banget ngeliatin Kevin dari jarak dekat. Saking dekatnya, warna matanya aja kelihatan jelas. Keringat di pelipisnya juga kentara banget. Dan … pastinya, hidungnya yang tinggi banget, Masya Allah. He’s almost fifty tapi masih lincah aja nge-dance.

Kevin as big brother berasa banget mengayomi. Bukan hanya offstage, tapi juga on stage. Namun juga bisa konyol, seperti ikut ngejailin Howie. Namun di sisi lain dia juga bisa ketawa kecil melihat tingkah adik-adiknya pas ngebanyol.

Dia juga definisi paling pas untuk istilah ‘aging like a fine wine’ karena makin tua makin cakep. Very mature. Hotter than ever. Membuatku jatuh cinta lagi dan lagi.



Di antara mereka berlima, memang Kevin yang vokalnya paling lemah, tapi suaranya yang berat itu bikin hati dag dig duh. Enggak heran setiap kali part dia selalu diiringi oleh teriakan.

Dua kata: he’s so daddyable yah hahaha.

Konser yang Megah dan Membahana



Highlight lain juga ada pada permainan lighting yang ciamik, sehingga konser terasa lebih megah dan mewah. Meriah banget. Tapi, bukan tipe lighting yang bikin silau sakit mata gitu.

Selain itu, aransemen di beberapa lagu juga dibuat beda. Ada kesan modern, tanpa meninggalkan feel 90-an. Paling kentara di Everybody yang terdengar lebih fresh.

Pembagian lagu ke dalam beberapa section juga pas. Awal-awal dibikin semangat dengan lagu upbeat, lalu masuk section selanjutnya, dibikin ambyar dengan lagu mellow nan menghayat hati. Lalu, kembali diakhiri dengan lagu yang menghentak, membuat adrenalin jadi terpacu.

Saat akhirnya mereka menghilang dan ada jeda untuk teriakan ‘we want more’ lalu kembali lagi menyanyikan lagu Don’t Go Breaking My Heart dan diakhiri oleh Larger Than Life, rasanya waktu berlalu begitu cepat. Tidak ada basa basi closing, begitu selesai melambaikan tangan dan mengakhiri Larger Than Life, mereka pun menghilang. Duh, masih pengin nambah lagi, sih.



Setidaknya, aku sudah bersyukur bisa menuntaskan impian masa kecil. Dulu mana pernah kepikiran untuk bisa menyaksikan musisi luar negeri konser, lha musisi Indonesia aja susahnya minta ampun. But, never say never, kan?

So, thank you Kevin Richardson, Brian Littrell, Howie Dorough, AJ McLean, and Nick Carter for an amazing night. I see you when I see you.

SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

1 comment

  1. Review yang jujur, salut! Ada sedikit ngga sependapat tapi ya ngga jadi masalah.
    Andai waktu itu aku juga diposisi deket stage seperti kamu hehehe .
    Soalnya kesempatan buat mereka tur dunia lagi udah kecil banget kan ya.

    ReplyDelete

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig