Japan Trip: Walking Down Memory Lane to Doraemon World at Fujiko F. Fujio Museum

Leave a Comment
An An An, tottemo daisuke Doraemon...




Di hari kedua berada di Tokyo, lagi-lagi aku melakukan perjalanan keluar Tokyo. Dilihat dari itinerary, sangat sedikit waktu yang digunakan untuk eksplor Tokyo. Mungkin karena terlalu ramai dan terburu-buru, jadi sedikit kurang enjoy. Next time, sepertinya harus kembali ke Tokyo agar puas eksplor ibu kota Jepang ini.

Setelah kemarin seharian di Fuji, hari ini aku mengawali liburan dengan jalan-jalan singkat ke luar Tokyo. Tepatnya, Kawasaki. Tujuannya hanya satu, mengunjungi Fujiko F. Fujio Museum alias Museum Doraemon.

If you know me for years, you’ll understand how much I love that blue cat. Sehingga, ketika memutuskan untuk liburan ke Jepang, museum Doraemon ini wajib. Temanku yang membantu menyusun itinerary pernah berpesan, “bisa aja ke lo museum Doraemon, tapi waktu lo explore Tokyo jadi lebih singkat. Enggak bisa Disney Sea atau Disneyland.” Oke, demi Doraemon, aku rela waktu di Tokyo jadi berkurang dan untuk saat ini, enggak ke Disney Sea dulu.

Tips membeli tiket masuk museum

Super gemay!!!



Tiket masuk museum ini tidak begitu mahal, sekitar Rp170-180 ribuan. Nah, kalau mau tenang, bisa beli di Klook. Check this link if you wantto buy it via Klook. 

Hanya saja, kalau beli di Klook, kita harus menukar bukti beli dengan tiket fisik di Narita Airport. Berhubung aku masuk dari Kansai Airport, dan alangkah susahnya kalau harus ke Narita dulu buat nukerin tiket, akhirnya memutuskan untuk beli di Lawson saja.

Yup, tiket museum ini bisa dibeli di mesin Loppi Machine yang tersedia di Lawson. Penting diingat kalau tiket museum harus dibeli jauh-jauh hari, enggak bisa di hari kedatangan. Apalagi kalau lagi high season, bisa jadi tiket yang dimau sudah habis kejual. Soalnya, jumlah pengunjung dibatasi demi kenyamanan, makanya harus beli jauh-jauh hari.

Susah enggak, sih, beli tiket di loppi machine? Personally, yes. Karena mesinnya jual pakai bahasa Jepang dan aku enggak bisa berbahasa Jepang. Tadinya, pengin nunggu ketika sampai Kobe aja, jadi bisa minta tolong Vinny buat beliin. Namun, takut tiket di hari dan jam yang diinginkan habis, sehingga nekat aja beli sendiri. Begitu selesai dari Universal Studio, di luarnya ada Lawson gede, dan aku mencoba beli di situ.

Aku ketemu blog ini, yang menjelaskan langkah-langkah membeli tiket di loppi machine, lengkap dengan foto, jadi tinggal diikuti aja. Gampang kok. Kita bahkan bisa masukin nomor telepon Indonesia ketika beli.

Begitu selesai, akan keluar struk yang tinggal dibawa ke kasir untuk dibayar. Nanti, petugas kasir ini yang akan memberikan tiket fisik.

Ini dia tiketnya


Perlu diingat, harus bawa tiket fisik. Ketika aku sampai di museum, di depanku ada turis dari Bangkok yang enggak tahu kalau bukti belinya di Klook harus ditukar ke tiket fisik. Dia sempat tertahan di luar. Entah gimana ceritanya, tapi satu jam kemudian kami berpapasan di dalam museum. Hitung-hitung menghindari hal-hal yang bikin deg-degan, baiknya sejak awal udah disiapkan tiket fisiknya.

Kapan waktu yang tepat untuk ke museum?

Manga corner


Museum ini memiliki empat jam kedatangan, yaitu 10.00 AM, 12.00 PM, 14.00 PM, dan 16.00 PM. Bukan berarti di dalam cuma boleh dua jam. Jam itu menunjukkan kapan kamu harus datang. Pastikan kamu sudah ada di lokasi maksimal 15 menit sebelum jam yang tertera di tiket. Lewat dari itu, enggak bisa masuk.

Untuk kapan saat yang pas, aku menyarankan pagi, yaitu jam 10.00 AM. Pertimbangannya ada banyak. Pertama, pagi masih fresh. Kedua, menurutku lebih efektif mengunjungi tempat jauh dulu di pagi hari, lalu siangnya jalan-jalan di pusat kota. Sekalian jaga-jaga ada kejadian emergency di siang hari yang menghambat untuk ke Kawasaki. Ketiga, katanya sih pagi enggak begitu ramai.

Bagaimana cara menuju ke museum?

Bis super gemay!!!


Meski berada di luar Tokyo, tapi lokasinya bisa ditempuh dalam kurun lebih kurang 30 menit. Kalau menggunakan JR, bisa turun di stasiun Noborito. Nah, karena aku pengin cepat, aku memilih naik kereta Odakyu – Odawara Line. Keduanya turun di stasiun Noborito.

Dari stasiun Noborito ke museum, bisa jalan kaki. Tapi, lumayan jauh. Aku memilih naik bis. Begitu keluar stasiun, langsung ke halte. Gampang banget buat tahu bis mana yang menuju museum. Lihat aja bis yang dipenuhi gambar karakter Doraemon, he-he.

Menjelajahi dunia Fujiko F. Fujio

Manga corner


Aku sampai di museum jam 9.30. Ternyata sudah ada yang antre, sekitar 12 orang. Aku pikir kita harus menunggu sampai jam 10.00 untuk masuk. Ternyata enggak. Sebelum masuk, kita dikasih kertas berisi peraturan dan selembar koran yang gede banget berisi cerita Doraemon (aku enggak bisa foto saking gedenya, he-he).

Kertas berisi peraturan


Lalu, kita dibawa ke ruangan kecil. Di sini, pengunjung dikasih briefing soal do & don’t selama di museum. Juga dijelaskan soal denah museum. Tenang aja, petugasnya pakai bahasa Inggris, kok, jadi ngerti. Di sini kita juga dibekali semacam intercom yang berfungsi menerjemahkan dan menceritakan isi pameran. Tinggal pence tangka sesuai nomor sketsa yang kita pengin tahu ceritanya.

Begitu masuk, kita akan disuguhi koleksi dan sketsa Fujiko F. Fujio. Gila, ini memorable banget. Kita diajak masuk ke momen awal penciptaan Doraemon dan karakter lainnya. Ada sekitar 300 sketsa dan foto yang dipajang, lengkap dengan cerita di baliknya. Bahkan, kita bisa melihat bentuk pertama Doraemon yang enggak kayak sekarang (aslinya lebih lonjong) dan komik edisi pertama Doraemon.

Nah, di ruangan sketsa dan foto ini enggak boleh foto. Jangan coba-coba mau curi-curi buat foto, karena penjagaannya ketat banget.

Ini di manga corner. Y so gemay???


Selain karakter ciptaan, kita juga bisa mengikuti kisah hidup Fujiko F. Fujio. Mulai dari dia lahir, hingga tercipta brand Fujiko Fujio, momen dia pindah ke Kawasaki, semuanya. Juga ada video testimoni dari anak-anak beliau.

Selama 1.5 jam berada di sini, menelusuri makna di balik setiap kisah yang diceritakan, dan untuk sesaat melongok ke dalam isi pikirannya profesor, aku merasa terharu.

Beliau berperan besar dalam masa kecilku—dan aku yakin, jutaan anak-anak lainnya. Bahkan, sampai sekarang pun aku masih mencintai Doraemon. Sulit untuk berpisah dari kucing ini, juga Nobita dan kawan-kawan. Karena itu, ketika berada di museum ini, aku hanya ingin mengucapkan satu hal: terima kasih Profesor, karena sudah membuat masa kecilku berwarna. Mimpi untuk mengunjungi tanah kelahiran Doraemon sudah ada sejak aku kecil, dan akhirnya, di usia 30 tahun, aku bisa mengunjunginya. Dengan jerih payah dan keringatku sendiri. Jadi, terima kasih.

(Masih ada satu profesor lagi yang harus kukunjungi untuk mengucapkan terima kasih)

Dan … ketika tiba di depan replika meja kerja profesor, aku terharu sampai menitikkan air mata. Di meja seperti itulah dia menciptakan karakter kucing fenomenal yang menyelamatkan jutaan masa kecil anak-anak di dunia.

Selanjutnya, kita keluar dari ruangan pameran. Jangan lupa buat ngembaliin intercom. Oh ya, pastiin udah puas di ruangan ini karena enggak bisa balik lagi.

Lanjut, ada Kid’s Corner dan Manga Corner. Nah, di sini bebas foto-foto. ada banyak komik yang bisa dibaca (dalam Bahasa Jepang) he-he. Bisa juga photo box, main gatcha, dan bikin stamp. Tentu saja, aku harus memiliki stamp yang menandakan kedatanganku ke museum ini.


Puas baca komik (kalo bisa baca)


Manga corner

Jangan lupa bikin stamp




Tos dulu sama P-Man



Di sini juga ada replika rumah Nobita. Kalau kita arahin iPad yang udah disediain di sana, maka akan ada adegan di rumah itu. Seru, deh.

Replika rumah Nobita


Nah, mumpung udah di sini, jangan lupa nonton film di bioskop Doraemon. Tiket nontonnya sudah termasuk tiket awal. Jadi, pas masuk tadi kita juga dikasih tiket nonton. Kecil, jadi jangan sampai hilang.

Tiket nonton. Yang di belakang itu filmnya.


Sebelumnya, aku baca-baca blog orang dan katanya film dalam bahasa Jepang. Aku, sih, bodo amat. Biar kata enggak ngerti, yang penting nonton. Ternyata, film yang aku tonton ada bahasa Inggris, jadi paham. Lupa judulnya, tapi petualangan di luar angkasa. Bukan hanya karakter di Doraemon, tapi ada karakter lain seperti P-Man, Chimpui, dan lainnya. Filmnya sekitar 20 menit, pendek, sih.

Penampakan bioskopnya


Berkeliling taman dengan karakter kesayangan


Begitu film selesai dan pintu dibuka, terpampanglah taman bermain. I feel like I was 5 years old again. Menjelang siang dan agak panas, tapi tidak menghalangi untuk berkeliling taman.

Di taman ini, ada banyak banget spot memorable yang bikin kita serasa masuk ke dunia Doraemon. Beruntung aku bertemu cewek yang solo trip dari Osaka, sehingga kita saling ganti-gantian foto.

Ini dia alat paling favorit sepanjang masa. PINTU KE MANA SAJA!!! Sampai segede ini, aku masih berharap memiliki alat canggih ini.

PINTU KE MANA SAJA!!!


Pasti ingat dong pipa ini apa? Yup, ini pipa yang ada di taman tempat Nobita suka tidur siang atau ketemu teman-temannya. Alangkah lebih syahdu jika di sini ada patung Nobita, Giant, Shizuka, dan Suneo. Tapi, ini aja udah bikin aku senang.

Santuy kek Nobita


Piisuke!!! Ingat dong dengan dinosaurus peliharaannya Nobita ini? Ah, kangen juga sama Piisuke.

Say hi to Piisuke




Juga ada si Kuning yang pintar, Dorami.

Dorami!!!


Selain karakter Doraemon, juga ada karakter lain. Ini dia P-Man. Masih ingat dia?
P-Man P-Man P-Man, kupanggil dia P-Man, suaranya riang. Datanglah oh P-Man, datanglah ke rumahku. Datanglah oh P-Man, ke dalam hatiku…
Yup, aku beneran nyanyi dengan suara sumbang di depan si P-Man, he-he.

P-Man atau dalam bahasa Jepang, Perman. Plus simpanse lucu si Booby


Ini ketika anak-anak ketemu profesor. Aku pun ingin salaman dengan profesor, sekalian bilang, “dulu aku sempat belajar Bahasa Jepang karena Doraemon, dan aku masih hafal soundtrack Doraemon di Bahasa Jepang.” Dan, sekali lagi, nyanyi dengan suara sumbang.



Sejujurnya, museumnya enggak begitu besar. Tamannya juga tidak begitu luas, dengan patung yang sedikit. Tapi, untuk menuntaskan rasa kangen, ini worth kok.



Selanjutnya, saatnya makan. Di sini juga ada café dengan tema makanan Doraemon. Di dekat taman, kita bisa beli Dorayaki dulu.

Dorayaki bergambar Doraemon makan Dorayaki


Jujur lagi, makanannya tergolong mahal dengan rasa yang biasa saja. Namun, bentuk makanannya yang luculah yang membuatku merasa harus makan di sini. Sepertinya menunya beda-beda, karena waktu itu menu spesialnya adalah Curry Rice. Setelah memastikan makanannya dari ayam, aku pun memesannya. Plus, minuman yang super gemay ini.

Awal Oktober, jadi udah masuk Halloween season
Tatakan gelasnya aja lucu

Tisunya aja lucu


Tadinya mau mesan dessert, tapi perut udah keburu full, hufft!!!

Oh ya, pas mau makan, petugasnya nanya aku sama siapa. Begitu tahu aku sendiri, tiba-tiba dia datang membawa boneka Doraemon pakai baju chef. “Buat teman kamu makan,” katanya. Tentu saja aku langsung girang.

BOneka dan minumannya sama-sama gemas. Minumannya soda, sih. Standar rasanya, tapi super gemay


Di rumah, aku punya boneka Doraemon yang sudah buluk. Kado ulang tahun dari teman-teman kuliah. Sampai sekarang masih suka curhat sama boneka itu. Nah, pas makan ditemani boneka Doraemon, rasanya senang.

Belanja, jangan lupa


Sebagian barang yang kubeli. Btw, yang di tengah itu cokelat, ya, bukan komik, he-he.



Sebelum pulang, jangan lupa mampir ke toko souvenir. Di sini sekalian beli oleh-oleh. Karena sedang memperingati 50 tahun Fujiko F. Fujio berkarya, ada komik Doraemon spesial. Aku beli, sih, karena collectible meski enggak bisa baca.

Wajib punya meski enggak bisa bacanya. BTW, itu tampilan awal Doraemon. Lonjong, he-he.


Ada banyak souvenir di sini, juga makanan. Tentu saja, temanya adalah karakter ciptaan profesor. Aku cukup membeli yang mudah dibawa, seperti komik spesial tadi, post card, pena, dan cokelat dengan bentuk komik yang sangat gemay. Kalau enggak ingat koper, sih, rasanya mau borong banyak.

Bisa bikin stamp sendiri. Stamp ini aku tulis nama dan tanggal ke sana, buat bukti pernah ke museum ini.


Aku menyelesaikan petualangan sekitar jam 1. Capek tapi senang. Sayangnya, enggak sempat eksplor Kawasaki karena mau kembali ke Tokyo dan memulai petualangan di Tokyo yang sudah tertunda. Cara kembali ke Tokyo sama seperti berangkat. Petugas museum mengarahkan ke halte di seberang museum, dan bilang “tunggu saja bis Doraemon, itu pasti ke stasiun.”

Mungkin nanti aku akan kembali untuk menjelajah Kawasaki. Namun untuk saat ini, terima kasih, karena sudah membantuku reconnecting dengan diriku sendiri.

Dan juga, terima kasih, profesor.
XOXO,
iif

SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 Comments:

Post a Comment

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig