Oke, ini pengakuan. I’m Korean drama addict. Addict di sini maksudnya sudah benar-benar
parah. Terutama beberapa waktu terakhir, bisa paralel menonton beberapa judul
sekaligus. Kalau dilihat-lihat, ada beberapa faktor yang bikin kenapa gue jadi addict banget.
1.
Pengaruh
Pekerjaan
No,
it’s not an excuse. Ini beneran. Pekerjaan ‘mengharuskan’ gue untuk
selalu update dan tahu soal drama
Korea. Dengan begitu, gue bisa menulis artikel soal ini. Satu judul bisa diolah
jadi banyak judul dan tema. Satu genre bisa diolah jadi belasan artikel. Kenapa?
Karena ini salah satu jenis tulisan yang disukai pembaca. Sehingga tertantang
untuk mengolah banyak ragam tulisan dari satu judul. Sekadar recap aja udah basi. Sekadar hard news aja udah basi. Harus pintar
mengolah. Life lesson and love lesson are
two must-have-things yang harus dibikin. Fashion, beauty, friendship, location, anything, ada banyak banget
yang bisa diolah. Dan untuk ngedapetin itu semua mau enggak mau ya harus
nonton. Kalau cuma tahu aja, berasa kok di tulisannya. Kering, sekadar
nerjemahin dari website luar. Lagipula, dengan nonton banyak judul, ragam
tulisan yang bisa dibikin jadi lebih banyak. Bisa ngegabungin beberapa judul
sekaligus, misal genre, tema, pemainnya, ceritanya, anything.
2.
Cerita
yang Makin Beragam
Drama Korea itu enggak bikin lo bisa istirahat. Belum
juga satu judul selesai, penggantinya sudah ada. Drama yang akan tayang bulan
Mei 2017 aja, November 2016 udah ada beritanya (contoh: The King’s Love). Itu baru di satu stasiun TV. Itu baru di satu
hari. Itu baru di satu jam penayangan. Kalau dijumlahin setiap hari di semua
stasiun TV, ya wassalam deh banyak banget yang bisa ditonton. Untung gue masih
menyortir dari genre dan pemain, sehingga enggak maksa harus nonton semua.
3.
Teman-Teman
Nonton Semua
Sumpah, kalau untuk yang satu ini gue enggak
ngerti. Kenapa tiba-tiba teman-teman gue di Twitter belakangan ini ngomonginnya
drama Korea mulu. Seingat gue dulu jaraaang banget ada temennya buat diskusi. Sekarang
kayaknya semua tumpah ruah pada nonton juga. Contohnya kayak waktu Goblin
tayang. Semuanya ngomongin Goblin. Sampai-sampai temen gue yang enggak ngerti
dan enggak nonton drama aja tahu ceritanya Goblin kayak apa, mengingat semua
orang ngomongin. Ya kalau banyak temennya gini kan asyik, bisa diskusi bareng. Enggak
harus menderita histeris dan gila sendiri.
Anyway,
itu hanya sebagian alasannya. Dan emang, drama Korea ini candu banget. Buat
pengin tahu kenapa kita betah banget nonton drama Korea, bisa cek artikel gue
di cewekbanget.id. Ini link-nya: Menurut ahli entertainment Korea, 6 alasan kita suka banget menonton drama Korea.
Back
to the topic. Di akhir Januari 2017, waktu itu gue lagi nonton Defendant dan Voice. Ini salah dua drama yang gue tunggu-tunggu karena genre thriller-criminal. Defendant ada Ji Sung, one of
my favorite actor dan Yuri, one of my
girl crush. Sinopsisnya menjanjikan ketegangan. Juga Voice, meski pemainnya bukan favorit gue, tapi dari sinopsisnya itu
menjanjikan adegan kriminal sadis yang seru. Benar saja, dua episode pertama
bener-bener bikin gue terjerat sama drama ini. Itu baru dua. Ada Tomorrow With You, Hong Gil Dong, dan
lainnya. Kalau diturutin, waktu gue habis sama judul-judul ini.
Waktu lagi nonton itu, pandangan gue enggak sengaja
terarah ke rak buku. Gue jadi bertanya-tanya sendiri, kapan terakhir kali gue
membaca buku? Yang ada buku-buku itu cuma jadi pajangan. Lalu, gue melihat
laptop, yang akhir-akhir ini lebih sering dipakai buat nonton ketimbang menulis—padahal
tujuannya punya laptop kan buat nulis?
Intinya, gue jadi tersadar kalaus udah banyak
membuang-buang waktu. Dan jadi enggak produktif. Enggak 100% buang-buang waktu
sih karena gue menghasilkan beberapa tulisan untuk kerjaan. Namun tulisan
pribadi? Nihil.
Akhirnya gue memutuskan buat satu-bulan-tanpa-drama-Korea.
Hasilnya?
Susah. Karena gue terlanjur notnon Defendant dan Voice. Reviewnya bagus banget, dan yang ada bikin gue makin
penasaran. Belum lagi kalau main ke Twitter dan baca twit temen-temen gue. Godaan
buat buka laptop dan nonton itu kuat banget.
Pada akhirnya gue berhasil menjalani satu bulan
tanpa drama Korea. Gue menyelesaikan membaca lima novel dan menulis tiga bab. Sebuah
pencapaian luar biasa, menurut gue. Tapi ini belum optimal, karena Red Velvet comeback aja gitu Februari dan rajin live di V apps, jadinya sesekali
terdistraksi sama mereka. Juga main Supersar SMTOWN yang nagih, he-he.
Kesimpulan
Ketika menulis blog ini, gue sampai ke satu
kesimpulan. Akar dari masalah ini adalah gue yang enggak bisa mengendalikan
rasa malas. Dan ngebiarin diri gue terlarut-larut dalam rasa malas. Yang namanya
malas kan kalau dibiarin bakalan terus menjadi-jadi. Dia enggak akan berkurang
dengan sendirinya, kecuali kalau kita berusaha untuk melawannya.
Malas, itu dia pokok masalahnya. Drama Korea hanya
alasan, karena gue pengin bermalas-malasan, jadilah menontonnya. Di februari
ini, gue juga sempat diserang rasa malas yang lain, yaitu pengin tidur aja. Sesekali
emang kalah, tidur aja gitu padahal belum ngantuk dan akhirnya berjam-jam cuma berbaring
enggak ngapa-ngapain atau scrolling
Instagram.
Agar bisa produktif dan menghasilkan sesuatu, rasa
malas itu memang harus dilawan. Terakhir gue baca banyak buku itu 2014, bisa
mencapai sekitar 80-an buku setahun. Terakhir gue menyelesaikan novel itu 2014.
Selebihnya? Hmmm… I blame you, malas.
Pengalaman ini mungkin terdengar cetek, but at least I learned something. Gue enggak
akan mencapai breakthrough yang gue
impi-impikan kalau selamanya tetap gini-gini aja.
I
have to do something.
Wish
me luck.
XOXO,
Iif
PS: Pengin ngelanjutin tantangan ini sih, tapi
Maret, dramanya Joy tayang. As a RV-trash,
ya wajiblah menonton The Lover and His
Liars.