What I Learnt & Discover in 2020 to Welcoming 2021

3 comments



Goodbye 2020, cukup sekian dan enggak usah datang lagi. I’m not gonna miss you. Never, so bye!


Memasuki minggu kedua di 2021, masih suka salah nulis tanggal karena adaptasi dengan tahun baru. Belum telat, kan, untuk melirik kembali apa saja yang sudah dijalani di 2020?


Bertahan sampai di detik ini tentu sebuah achievement tersendiri. Di saat orang-orang memanfaatkan momen pergantian tahun untuk refleksi ke tahun sebelumnya, well this is a special moment. Semua rencana ambisius yang disusun di awal tahun pada akhirnya tidak diwujudkan.


2020 was crazy. Kita dipaksa untuk bertahan di rumah, di tengah segala ketidakpastian dan masa depan yang abu-abu tentu menjadi sebuah pertarungan tersendiri. Bertarung dengan diri sendiri dan pada akhirnya, tetap bisa waras sampai saat ini adalah sebuah kemenangan besar.


We never expected that 2020 will be this scary. Namun, bukan berarti enggak ada hal positif yang bisa kita tarik, terlepas dari seberapa menyesakkannya 2020 itu.


What I learnt from 2020 is to be grateful. Yup, bersyukur. Pekerjaan sehari-hari membuatku terekspos dengan berita yang tak habis-habis. Ada banyak yang terdampak pandemi. Kehilangan pekerjaan, gaji dipotong, sakit baik oleh Covid-19 itu sendiri ataupun karena penyakit lain, tinggal jauh sendiri, dan hal-hal menyesakkan lainnya.


Namun, aku bersyukur masih memiliki pekerjaan. Walaupun lebih menantang, aku bersyukur kantor memberlakukan full WFH sampai waktu yang belum bisa ditentukan karena dengan demikian meminimalisir waktu untuk beraktivitas di luar rumah. Enggak pernah kepikiran kalau keluar rumah kayak mau masuk battle ground. Walaupun merindukan momen makan siang di pantry, ngobrol di sela-sela jam kerja, dan boba hunting setelah makan siang tapi WFH masih menjadi sesuatu yang sangat disyukuri.


2020 merupakan tahun serba paket, salah satunya kiriman paket dari kantor. Enggak hanya di momen khusus aja, kadang suka kaget pas nerima kiriman paket. Salah satunya paket makanan ini. Thank you LINE Indinesia.



Jujur, enggak nyangka kalau aku bisa bertahan selama sepuluh bulan tanpa ke mana-mana. Enggak bisa dipungkiri kalau awal-awal pandemi sampai stres karena merasa ada di dalam box kecil yang menyesakkan. I feel claustrophobic. Namun, akhirnya aku pun menemukan cara how to handle these stressful moment.


Menulis.


Awal-awal pandemi, susah untuk bisa tidur. Sehingga, jadi begadang setiap malam. Kadang sampai pagi, dan besok harus kerja sekalipun WFH. Capeknya lebih berasa karena yang capek bukan fisik, melainkan mental. Akhirnya, aku pun menemukan escape place untuk release all my worries. Dengan menulis, setidaknya ada momen aku pergi ke dunia lain yang membuatku lupa akan semua kekhawatiran.


I finished four stories this year. What an achievement.


Cerita pertama aku rilis di Wattpad under my pen name. Judulnya Cut the Crap dan kemudian dipindah ke Storial. Selanjutnya, aku menyelesaikan naskah lama yang sudah tersimpan selama hampir tujuh tahun dan diikutsertakan di Gramedia Writing Project. Cuma lolos shortlist dan enggak menang tapi setidaknya merasa lega karena utang selama bertahun-tahun akhirnya selesai.


Selanjutnya, Stupid Cupid yang aku ikutsertakan di lomba di Kwikku. Ini sebuah hal gila, sih, semacam proyek Roro Jonggrang. Cuma menulis dalam sepuluh hari pastinya, sih, bikin gila. Enggak lagi-lagi, deh, he-he.


Terakhir, kembali menulis di Wattpad. Lagi, aku pun melakukan hal gila yaitu self published. Kebetulan Mbak Muti mau diajak gila bareng, jadilah kita menerbitkan novel secara berdikari. Mulai nyari vendor percetakan dan merchandise, mengurus pre order, packaging, shipping, semuanya dilakukan sendiri. Termasuk modal sendiri, which is enggak sedikit. Total modal mencapai Rp20 juta lebih sedikit untuk mencetak sebanyak 200 eksemplar dan merchandise. Sempat ragu awalnya, tapi akhirnya bisa bernapas lega. Awalnya nyetak seratus, tapi akhirnya nambah jadi 200. Alhamdulillah, sudah laku 80%.





Very thrilling, indeed. Namun, malah ketagihan pengin nyobain lagi.


Self published ini menyadarkanku kalau sekarang kesempatan untuk berkarya itu banyak. Menulis di platform online membuka banyak pintu untuk what’s next. Seperti menjadi penulis premium Storial dan self publish. Tentu saja masih pengin diterbitkan oleh penerbit mayor, tapi ya pilih-pilih. Bukannya sombong, tapi kalau penerbit kecil, sih, I choose to self published my story.


Sampai saat ini, aku masih menemukan menulis sebagai medium untuk melepaskan gundah dan stres.


Ada juga hal baru yang ditemukan di pandemi ini. Kesadaran akan pentingnya kesehatan jadi semakin tinggi, termasuk aku. Harus kuakui kalau selama ini aku cukup abai dengan kesehatan. Baru di awal tahun memutuskan untuk join dengan gym, eh keburu pandemi he-he. Namun, tren workout from home ikut menyapaku and it was fun. Aku juga menemukan kebahagiaan baru di lari dan jalan pagi. Setidaknya, aku bisa menghirup udara segar dan melihat pemandangan lain di sekitar selain empat sisi dinding yang mengurung setiap harinya.


Nilai plus lain, I lost 15kg. Yeaiii!!!





Dan, aku bisa tidur cepat.


Tahun ini juga membuatku harus kehilangan lagi, yaitu kakak sepupuku, Bang Dendi, yang meninggal setelah positif Covid-19. Pengalaman yang menyentak seluruh keluarga besar, juga tamparan karena this is real.


Di tahun ini aku juga kehilangan salah satu dosen kesayangan semasa kuliah dulu, Bang Mimar.


Mengawali 2020 dengan banyak plan ambisius, akhirnya enggak ada satu pun yang terwujud. Termasuk merayakan ulang tahun di New Zealand. Namun sisi positifnya, aku bisa menabung. Apalagi dengan makan yang lebih teratur, jadi jarang jajan. Walaupun ongkos catering lumayan bikin dompet ambrol tapi tujuannya jelas. For a healthy lifestyle.


Meskipun semua rencana liburan gagal, setidaknya ada cara lain untuk menghibur diri. Aku sempat staycation beberapa kali. Pertama di DoubleTree by Hilton bareng Veve, lalu birthday staycation di Ascott Jakarta bareng geng tomat, The Westin bareng Veve dan Sindy, dan terakhir awal Desember lalu di Goodrich Kemang bareng Sita. Walaupun masih di Jakarta aja, tapi dapat pengalaman lain yang berbeda. Jujur aja, masih belum berani untuk keluar Jakarta, ya karena sarana transportasinya juga enggak ada.







Lalu, bagaimana dengan 2021?


2020 mengajarkan untuk take a step back. Jadi, tahun ini diawali dengan chill. Enggak perlu membuat rencana besar karena masih bisa hidup dengan waras sampai sekarang aja sudah syukur.


Just enjoy the moment and be grateful.


XOXO

iif


SHARE:
3 Comments
Next PostNewer Posts Previous PostOlder Posts Home
BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig