Singapore Trip: Walking Tour Around Kampong Glam & Little India, Jadi Lebih Mengenal Singapura

4 comments
Mencari mural di Kampong Glam

-->

Selama ini merasa sudah sangat kenal dengan Singapura, but turns out I know nothing about this country
**

Lokasi yang dekat dan penerbangan yang banyak membuat Singapura menjadi lokasi tujuan wisata idaman. Terutama untuk short weekend getaway, Singapura yang gampang dijangkau membuat kita kadang merasa sudah sangat kenal dengan negara ini.

Pertama kali menginjakkan kaki di Singapura ketika ada liputan konser. Jujur saja, enggak pernah menjadikan Singapura sebagai destinasi utama untuk liburan. Biasanya, sih, disambi. Entah untuk kerja atau keperluan lain.

Hal itulah yang membuatku enggak pernah merasa sebagai turis yang sebenarnya ketika berada di Singapura.

Akhir tahun lalu, aku kembali ke Singapura. Bahkan, kali ini pun disambi karena tujuanku yang sebenarnya yaitu untuk menonton konser U2. Namun, ada beberapa hari kosong di Singapura sehingga memutuskan untuk play like a tourist.

Namun, jujur saja aku enggak punya destinasi fix pengin ke mana. Akhirnya, keisengan membuatku bertemu Monster Day Tour, yaitu walking tour di Singapura. Pada dasarnya tur ini free dan siapa saja boleh join, tapi kita bisa membayar tip untuk menghargai guide-nya.

Ide bagus pun muncul, yuk ikutan walking tour saja. Monster Day Tours mengadakan walking tour setiap hari, di pagi dan sore hari, dengan tiga rute. Kampong Glam, Chinatown, dan Little India.

Untuk jadwal lengkap dan rute yang akan dilewat bisa dicekdi websitenya.

Waktunya memungkinkan untuk ikut dua trip, Kampong Glam dan Little India. Sedikit review hasil jalan kaki di dua kawasan tersebut.

Kampong Glam yang artsy dengan street art kece

Bareng Seeta ikutan walking tour di Kampong Glam

Aku ikut tur Kampong Glam di pagi hari. Kalau mau ikut, bisa datang ke Lavender Station yang menjadi titik bertemu. Pesertanya lumayan banyak, sekitar 30 orang. Guide pagi itu namanya Collin. Gampang kok nyari turnya, cari aja yang kumpul rame-rame di pintu stasiun dan guide yang pakai baju ungu gonjreng.

Selama ini yang aku tahu soal Kampong Glam cuma Haji Lane dan mural Instagramable yang banyak mengisi laman media sosial. Sepanjang pagi itu, Colin mengajak berkeliling Kampong Glam.

Turns Glam itu sejenis pohon, bukan Glam as in glamor, he-he.

Collin, tour guide pagi itu


Serunya ikut walking tour begini, kita enggak hanya tahu hidden gem dari orang local, tapi juga cerita di sana. Colin bercerita tentang awal mula Kampong Glam dan proses penyulingan air di Singapura. Colin juga bercerita soal sistem kepemilikan rumah. Saat itu aku dan Seeta berpendapat, ‘gila, ya, lo diatur banget. Lima orang aja kumpul-kumpul udah dianggap riot.’ Dan juga, ‘liberal, sih, selama ini mikirnya, tapi kalau dilihat-lihat dari ceritanya Colin, ada unsur komunisnya juga, ya.’

Begitulah, pagi itu sangat membuka mata soal sistem kehidupan di Singapura yang sebenarnya. Niatnya pengin act like a tourist, nyatanya malah menyelami kehidupan lokal.




Selesai cerita soal sistem kependudukan dan kepemilikan rumah, Colin juga bercerita soal tempat wisata di sana. Kampong Glam memang identik dengan mural dan street art. Satu lagi fakta yang membuat tercengang, yaitu intervensi pemerintah terhadap ekspresi seni seseorang yang diwujudkan dalam bentuk mural. Jadi, mesti ngajuin proposal dulu soal mural apa yang ingin dibuat dan berapa lama mural itu boleh menghiasi dinding sebuah rumah, sekalipun rumah itu adalah milik lo. Harus ada alasan jelas di balik setiap mural, jadi enggak asal. Enggak heran kalau tahun ini ada mural A tapi tahun depan belum tentu ada karena kontraknya sudah habis.

Menjelajah mural



Juga ada cerita soal Arab Street dan Masjid Sultan. Ternyata dulu daerah itu jadi ‘asrama haji’ tempat orang berkumpul sebelum naik kapal menuju Mekah. Lucunya, Arab Street bebas alkohol untuk menghormati orang Islam tapi di jalan seberangnya udah boleh. Gini, nih, toleransi yang sebenarnya.

Masjid Sultan

Haji Lane

Haji Lane


Overall, perjalanan keliling Kampong Glam sangat menyenangkan dan informatif. Colin sebagai guide sangat penuh persiapan dan penjelasannya menarik. Aku memang sudah suka daerah sana sehingga sering nginap di situ tiap kali ke Singapura, tapi walking tour ini membuatku semakin suka daerah sini.


Parkview Square, tempat berakhirnya trip


View this post on Instagram

A post shared by ifnur hikmah (@ifnurhikmah) on



Little India yang sibuk dan padat

Mural pacuan kuda yang identik dengan gambling di Little India


Keesokan harinya, aku ikut walking tour lagi karena enggak ada rencana mau ke mana. Jadwal pagi itu adalah Little India. Sama seperti hari sebelumnya, meeting point juga di stasiun MRT sehingga gampang mencari trip ini. Lucunya, beberapa peserta trip kemarin di Kampong Glam juga ketemu di sini. Beberapa bahkan ada yang ikut trip di Chinatown kemarin sore.

Trip kali ini dipandu oleh Baz. Baz bilang, umumnya orang-orang pasti ikut ketiga tur yang diadakan Monster Day Tour.

Baz, guide pagi itu


Kalau kemarin aku bareng Seeta, sekarang aku sendiri. Baik kemarin atau hari ini, umumnya peserta trip kalau enggak bule ya Asia Timur. Cuma kita aja yang melayu.

Sama seperti Colin, Baz juga seru banget ngejelasinnya. Lengkap dan detail. Sepertinya, sih, setiap tour guide sudah terlatih karena mereka juga punya sertifikat.



Kami mengawali perjalanan di daerah sekitar stasiun dan menjelajah awal mula berdirinya Little India. Dulu dan sekarang, daerah ini memang identik dengan lokasi gambling untuk lokal. Baz juga cerita soal seorang pedagang yang membuat daerah Little India untuk para pekerjanya yang berasal dari India. No wonder kalau Little India sangat mirip dengan India aslinya.


Jendela paling Instagramable di Singapura




Lucunya, trip ini juga mengunjungi pasar. Iya, pasar tradisional. Ketika bule-bule terkagum-kagum takjub pas masuk pasar padahal di sana jualan ikan, ayam, dan sayuran, aku mah udah biasa, ya. Enggak jauh beda sama pasar di Indonesia.



Pagi yang panas dan pengap, ditambah udara yang humid karena lagi mendung membuat perasaan jadi enggak nyaman. Entahlah, berbeda dengan Kampong Glam, sejak dulu kurang suka area ini sehingga walking tour ini ternyata enggak membuat perasaanku berubah.

But, nevermind. At least dapat pengalaman yang berbeda.

Di trip kali ini enggak berkesempatan ikut rute Chinatown. Maybe next time, kalau balik lagi ke Singapura.

XOXO,
iif

SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

4 comments

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig