Some Cosmic Coincidence
(Ifnur Hikmah)
Cerita bersetting conveyor belt di bandara samberan dari cerita Mbak Wangi.
Nora menguap lebar bersamaan
dengan pesawat yang mendarat dengan kasarnya. Dia nyaris terlonjak dari seat yang dididukinya kalau saja pria
dengan lengan dipenuhi tato yang duduk di sebelahnya selama perjalanan
Singapura-Jakarta tidak menahannya.
“Makanya, jangan melepas seatbelt sebelum disuruh.” Belum sempat
Nora menggumamkan terima kasih, pria itu sudah menceramahinya.
Nora hanya bisa cemberut dan
selama lima menit berikutnya, diselingi keriuhan yang mendadak muncul di kabin
pesawat akibat penumpang yang sudah tidak sabar keluar dari pesawat ini, pria itu
terus menceramahinya tentang tindakan Nora.
Seperti halnya yang selalu
dilakukannya lima hari terakhir ini.
Dan seperti hari-hari sebelumnya,
Nora hanya mendengarnya sambil lalu.
Pria itu, Daniel. Sahabat kakaknya
yang beberapa tahun terakhir telah menjadi sahabat baik Nora karena sama-sama
menyukai pantai. Daniel si petualang, itulah julukan yang diberikan Nora karena
keengganan Daniel untuk menetap di suatu tempat dalam waktu yang lama. Dan bersama
Daniel, mereka menjadi sepasang travel-mate
yang tidak terpisahkan.
Travel mate yang perlahan mulai menimbulkan gejolak lain di
hatinya.
Date a boy who travel. Artikel di Huffington Post yang dibaca Nora
membuat dia semakin yakin bahwa tidak ada yang salah dengan mencintai si
petulang. Kesalahannya hanyalah mencintai dalam diam. Bagi Nora, mengikuti
setiap ajakan travelling Daniel sudah lebih dari cukup untuk membuatnya
membuktikan cinta.
“Yuk, turun.”
Ucapan Daniel menyentak lamunan
Nora. Perempuan itu segera bangkit berdiri dan mendahului Daniel keluar dari
baris seat-nya. Daniel mempersilakan
Nora berjalan di hadapannya hingga mereka keluar dari kabin pesawat diiringi
ucapan terima kasih tanpa henti dari pramugari yang berjejer di pintu pesawat.
Udara Jakarta yang gerah
menyambutnya. Berbeda dengan udara panas tapi bersih yang dirasakannya selama
di Singapura.
“Nolan jadi jemput?” tanya Daniel
ketika mereka berjalan menuju conveyor
belt.
Nora berhenti melangkah dan
menunggu Daniel yang tengah mengambil troli. “Katanya gitu. Tapi aku sanksi dia
udah bangun jam segini.”
“Aku anterin kamu aja kalau gitu. Kebetulan
aku ada urusan sama Nolan. Biasa, kerjaan.” Daniel tersenyum manis.
Susah payah Nola menyembunyikan
kegembiraannya karena diantar oleh Daniel meski harus mengantri taksi ketimbang
pulang berdua dengan Nolan, abangnya yang menyebalkan. Nora tidak peduli dengan
pekerjaan Daniel dan Nolan—Nolan memang suka menggunakan jasa event organizer milik Daniel—yang penting
baginya adalah bisa memperpanjang waktu kebersamaan dengan Daniel.
Mereka berhenti di depan conveyor belt tiga. Mata Nora bergerak
kian kemari sambil mengetuk-ketukkan jemarinya di pegangan troli, mengiringi
irama Champagne Supernova yang bermain di earphone
yang terpasang di telinganya. Dia melemparkan sebaris senyum hangat saat tanpa
sengaja beradu pandang dengan segerombolan backpacker
yang juga berbagi pesawat dengannya. Nora sempat mengobrol dengan mereka di boarding room di Changi dan terpana
dengan cerita mereka yang baru saja selesai keliling Asia selama satu bulan. Dalam
hati Nora bertekad akan melakukan hal gila itu juga.
Berdua bersama Daniel.
Conveyor belt di hadapannya mulai bergerak. Mereka mengambil tempat
di bagian yang melingkar sehingga tidak perlu berdesak-desakkan dengan mereka yang
memilih berdiri di bagian ujung sehingga bisa langsung menyambar koper begitu
koper itu muncul. Nora mencibir melihat para eksekutif muda berpakaian rapi
yang berjejalan di ujung conveyor belt.
Dengan gadget di tangan dan tampak
sibuk, mata mereka masih awas memerhatikan setiap koper yang muncul.
Dasar manusia terburu-buru,
dengusnya dalam hati. Dulu Nora tidak ubahnya seperti mereka. Terburu-buru dan
dengan senang hati menjadi budak pekerjaan. Senin pagi adalah momok menakutkan
bagi para pekerja. Ketika migrain tiba-tiba melanda. Nora merasa tidak bisa
menikmati hidup.
Then, she met Daniel. Daniel-lah yang mengajaknya untuk tidak lagi
terburu-buru dan berjalan santai menikmati hidup. Karena Daniel jugalah Nora
keluar dari perusahaan tempatnya bekerja dan membuka florist sebagai usaha sendiri.
He was right. Nora jadi lebih bisa menikmati hidup. Tentunya dengan travelling yang sering dilakukannya bersama
Daniel.
Mata Nora menangkap sosok
perempuan dengan terusan sepaha berwarna putih gading dengan motif abstrak
berwarna gelap yang sibuk dengan smartphone
miliknya. Perempuan itu terus menggerutu dan dari gerakan kakinya, Nora yakin
dia sedang terburu-buru.
Ketika Nora kembali menatap
Daniel, dia menyadari tatapan Daniel juga terarah ke perempuan yang sama. Nora
tidak bisa membaca arti tatapan itu, tapi sesuatu di mata Daniel terlihat
berbeda.
Belum sempat Nora bertanya, Daniel
sudah berjalan meninggalkannya, padahal koper mereka belum datang. Nora mengawasi
Daniel dan tercekat ketika Daniel membungkuk mengambil sesuatu lalu berlari ke
arah perempuan itu.
What’s going on? Nora bertanya-tanya mengapa Daniel meninggalkannya
demi perempuan itu.
Nora ingin mengejar Daniel, tapi
koper hitam berukuran besar menyita perhatiannya. Nora mengumpat perempuan itu
dalam hati karena terpaksa menarik koper seorang diri. Beruntung ada yang
berbaik hati membantunya. Seorang pria muda berpakaian rapi yang sejak tadi
sibuk dengan gadget-nya. Nora tersenyum
ramah setelah koper itu mendarat dengan sempurna di atas troli. Setelah
mengucapkan terima kasih, Nora mendorong troli itu ke arah Daniel.
“Hai Elena. Lama tak jumpa.”
Daniel memang ramah, tapi kepada
orang asing, dia tidak seramah itu. Nora yakin akan hal itu. Namun keramahan
yang terpancar dari nada suara Daniel membuatnya terperangah. Terlebih, ketika
Daniel menyebut nama perempuan itu.
Elena.
Dan Nora cukup mengenal nama itu. Nolan
pernah bercerita tentang cinta masa kecil tak kesampaian Daniel.
And there she is. Cinta masa kecil itu.
Sementara itu, di belakang Daniel,
Nora memasang raut penuh emosi sambil mengutuk cosmic coincidence yang mempertemukan kembali Daniel dengan Elena
di saat dia benar-benar telah mencintai pria itu.