Dear Miss Tink!
Aku naksir cowok. Dia cakep banget, seksi gitu deh. Sayangnya, dia bukan manusia melainkan vampir. Bukan, dia bukan Edward Cullen kok. Aku juga nggak mau pacaran sama vampir bling-bling berglitter itu. Namanya John Mitchell. Dia clean alias nggak mau ngebunuh lagi. Kira-kira gimana cara pedekate ke dia ya Miss Tink?
Makasih
Iif
II-1
Ask Tinkerbell
Selama dua jam gue kembali ke
masa-masa SMA yang penuh warna melalui novel lama Rina Suryakusuma yang
berjudul Ask Tinkerbell. Gue menyukai tulisannya Rina—sekarang banyak
diterbitkan Gramedia di lini Amore-nya—dan kepengin memiliki buku-buku lamanya
yang susah dicari. Namun ketika bazaar buku di Istora Januari awal kemaren, gue
ketemu buku ini. Juga buku Rina yang lain. Lengkap. Happy for me.
Ask Tinkerbell bercerita tentang
kehidupan anak kelas 2 SMA Pratama High School bernama Swastika Pramoedya. Swastika
ini bukan tipikal murid populer. Ya medioker gitulah. Tapi jago banget nulis
dan bercita-cita jadi wartawan. Dia juga penulis freelance untuk majaah remaja ternama Up Town Girl.
Swastika bertetangga dengan Dylan
Albertinno, cowok popular dan playboy di Pratama High School. Dylan ini juga
pemimpin redaksi The Raising Star, majalah sekolah yang sayangnya nasibnya
berkebalikan dengan namanya, alias hendak diberhentikan. Untuk menyelamatkan
nasib Raising Star, Dylan minta tolong pada Swastika. Swastika emoh karena dia
sakit hati sama Dylan. Meski waktu kecil sahabatan, masuk SMP mereka kayak
nggak saling kenal. Gara-garanya Dylan yang tumbuh jadi cowok cakep merasa malu
bersahabat sama Swastika yang kutu buku biasa banget. Tapi setelah SMA,
Swastika berubah jadi cantik tapi tetap humble.
Bagi Swastika, sejak kecil semua
permintaan Dylan ujung-ujungnya cuma nyusahin dia. Makanya setiap tawaran Dylan
ditolak sama dia. Tapi Dylan keukeuh sampai akhirnya Swastika bilang iya. Dia mengasuh
kolom Ask Tinkerbell. Semacam kolom curhat gitu. Masalahnya, Swastika ini belum
pernah pacaran, mana bisa dia mengasuh rubrik percintaan? Tapi menurut Dylan,
yang penting kan Swastika jago ngarang. Swastika akhirnya setuju, apa lagi
kolom ini anonim. Nggak ada yang tahu siapa dibaliknya selain Dylan.
Ternyata Ask Tinkerbell menarik
perhatian banyak murid Pratama. Yang awalnya hanya dua surat eh besoknya
langsung sepuluh and it’s still count.
Ternyata jadi Miss Tinkerbell menyita waktu Swastika. Yang lebih parah lagi,
dia jadi tahu semua rahasia anak-anak di sekolahnya. Swastika shock begitu menerima surat dari
Abimanyu, anak basket yang ditaksirnya sejak kelas 1 ternyata pacaran sama
Syanne si anak cheers. Tapi Abi nggak
tahan sama sifat manja Syanne. Swastika menyarankan untuk putus. Eh ternyata
mereka putus beneran dan Swastika merasa nggak enak.
Dia makin pusing waktu baca surat
dari Sebastian, teman sekelasnya yang cool
dan sombong serta dingin sama cewek meski ditaksir mati-matian sama Livia si
anak populer. Masalahnya, di surat itu Sebastian curhat dia naksir sama
Swastika. Nah loh. Udah gitu, ada lagi surat dari Amira yang bilang dia naksir
Dylan si playboy. Makin puyenglah
Swastika.
Waktu pesta tahun baru tiba-tiba
Abi ngajak dansa. Pas dansa ternyata kupu-kupu yang dulu ada udah ilang. Malah Swastika
jadi deg-degan tiap dekat Sebastian.
Swastika yang makin puyeng bilang
mau udahan sama Dylan. Dylan setuju but
it takes time. Untuk sementara dia dikasih kolom baru, Fresh From The Oven
yang isinya gosip anak-anak. Dengan janji Ask Tinkerbell bakal udahan, Swastika
nerima tawaran ini. Ternyata ini malah jadi bumerang untuknya. Kecerobohannya membuat
rahasianya sebagai Tinkerbell terkuak oleh Livia. Kalau nggak mau dibocorin,
Swastika harus menulis yang baik-baik tentang Livia. Satu berita satu bulan. Tapi
Swastika cuma tahan nulis satu berita. Begitu dia menolaknya, besoknya berita
dia sebagai Tinkerbell terbongkar ke sekolah. Amira marah padanya karena udah
dibohongi dan Swastika diam aja padahal udah tahu sejak lama kalau Amira naksir
Dylan. Anak-anak satu sekolah juga ngehujat Swastika. Untung ada Sebastian yang
nenangin dia.
Begitu ada pesta valentine di
sekolah, Abi tiba-tiba ngajak Swastika dan diiyain. Ternyata itu cuma akal-akalan
Abi yang berkonspirasi sama Syanne dan Livia untuk menjatuhkan Swastika. Di saat
Swastika dipermalukan, Sebastian datang menyelamatkannya dan membalikkan
keadaan.
And happy ending deh.
Novel ini ringan banget. Kalau gue
baca saat masih SMA, mungkin permasalahannya akan terasa berat, namun di usia
sekarang gue cuma bisa tertawa-tawa. Ternyata, baca teenlit sesekali cukup manjur untuk refresh otak. Tulisannya khas Rina, dengan alur yang enak dibaca, deskripsi
yang detail, dan bahasa yang lembut. Awalnya penasaran karena selama ini baca
buku Rina yang dewasa dengan konflik yang lebih banyak lalu apa Rina berhasil
dengan cerita teenlit? Ternyata, dia
berhasil. Kalau bisa menarik kesimpulan, gue akan nyimpulin kalau Rina sejak
awal memang sudah begini penceritaannya: lembut.
Ceritanya khas SMA banget, dengan
geng populer versus si medioker, anak basket yang tentunya jadi idola dan
pacaran sama anak cheers, juga cowok cool yang bagi cewek-cewek SMA tentunya
menambah kegantengan si cowok sebanyak beberapa persen. Sama seperti di novel
dewasanya, gaya pendekatan antar tokoh terasa sweet. Ini juga. Pedekate a la anak SMA yang unyu-unyu gimana gitu,
hihihi.
Namun, keasyikan membaca cerita
ini sedikit terganggu dengan layout
yang berantakan. Nggak ada italic untuk bahasa Inggris, which is, Rina banyak banget menggunakan Bahasa Inggris. Di beberapa
bagian ada ilustrasi sehingga layoutnya sedikit dimaafkan.
Semalam, ketika mention-mentionan
sama Rina, penulis ini berkata sedang mengusahakan untuk menerbitkan kembali
buku ini. Gue setuju karena sayang aja nggak banyak yang tahu buku ini. Harapan
gue semoga buku-buku lama Rina yang lain (Zoom, Puzzle, The Calling) juga
diterbitkan ulang. Untung aja di bazaar kemaren gue dapat semua buku lama ini
sehingga semua koleksi Rina lengkap (eh belum ding. Tinggal Jejak Kenangan yang
belum, hihihi).
Gue pertama jatuh cinta sama gaya
penulisan Rina sejak baca Postcard From Neverland. Cerita yang ringan dan sweet sehingga cocok dibaca saat santai.
I love her writing and she is one of my
favourite writer.
Sama seperti ketika baca Lullaby,
di sini juga gue kecele. Sejak awal gue udah yakin Swastika sama Dylan akhirnya
eh ternyata si Dylan tetap jadi playboy
nyebelin dan Swastika malah sama Sebastian. But
I love Sebastian jika saat ini gue masih SMA, hihihi.
Good luck, Mbak Rina.
NB: Opening ini hanya menyuarakan isi hati jika saja gue bisa jadi murid SMA Pratama yang ngirim surat ke Miss Tinkerbell, hihihi.