[Review] Being Human

Leave a Comment
[Bukan Review] Being Human


My name is John Mitchell and I am a vampire.
My name is George Sands and I am a werewolf.
My name is Anna Clare Sawyer and I am a ghost.
Apa jadinya jika vampir, werewolf, dan hantu tinggal bersama dan mencoba hidup normal layaknya manusia? Inilah premis utama serial televisi asal UK, Being Human.


Being Human
Akhirnya kesampaian juga nonton serial ini. Jujur, gue baru tahu serial ini gara-gara kepincut sama Kili, eh Aidan Turner—maklum, selama ini ngikutinnya serial US yang jauh lebih mainstream ketimbang UK. Karena sibuk fangirling Aidan, akhirnya nyasar ke serial ini. Sekarang sedang dalam produksi season 5—CMIIW—tapi yang gue ikutin cuma sampai season 3. Kenapa? Karena motivasi gue nonton serial ini Cuma Aidan Turner, dan akhirnya gue jatuh cinta sama karakter John Mitchell.

Being Human season 1: fun and brotherhood
Season 1 yang terdiri atas 6 episode ini (inilah asyiknya serial lurr. Singkat, padat, dan jelas) memperkenalkan tiga sekawan John Mitchell, George Sands dan Annie Sawyer. Diceritakan awal mulanya Mitchell menjadi vampir (anyway dia berumur 117 tahun loh), ketika George diserang werewolf dan kematian Annie. Masing-masing tokoh punya masalah sendiri, seperti Mitchell yang berusaha untuk bersih dengan nggak ngebunuh lagi, George yang dilatih Tully untuk bisa bertransformasi secara aman dan Annie yang dibayang-bayangi mantan tunangannya yang masih hidup, Owen. Gue suka season satu ini, fun dan ceria. Tapi ketika masuk episode empat, ceritanya jadi sedih sampai akhir. Di episode 4-6 ini gue sering nangis ketika persahabatan mereka diuji. But they stick together. Permasalahan apa pun mereka hadapi bersama, bahkan George akhirnya mau mengorbankan dirinya demi menolong Mitchell. Di season satu juga dikenalkan love of my life-nya George, Nina, yang di season selanjutnya akan menjadi salah satu karakter penting.
Best part menurut gue yaitu waktu Bernie datang menjelaskan kesalahpahaman kepada Mitchell dan dia dihujat semua tetangga. Adegan dia putus asa trus ditenangin sama George itu sedih banget. Dan interaksi Geroge-Mitchell itu juara banget. Oh ya, adegan Mitchell nggak sengaja ciuman sama Annie itu unyu banget, hihihi.
Mitchell dan George di rumah mereka di Bristol


Being Human season 2: dark and serious
Di akhir season 2 diceritakan bahwa Herrick, musuh mereka, sudah mati diserang werewolf, Nina juga sudah tahu kalau George itu werewolf, Owen sudah mengakui kalau dia membunuh Annie. Permasalahan selesai, right? Tapi di ending kita mendengar satu nama, Professor Jaggat. Nah, Professor Jaggat inilah yang memegang peranan di season 2 bersama Pendeta Kemp.
Season 2 ini jujur berat banget buat gue ikutin. Sejak awal nuansa fun yang ada di season 1 sudah hilang, langsung serius. Ada banyak penambahan karakter juga, seperti Lucy—dokter yang kemudian pacaran sama Mitchell, Ivan dan Daisy—vampir, Mr. Kemp dan Nina yang sudah jadi werewolf dan ikut tinggal bareng tiga sekawan itu. I hate Nina. Sumpah. Ngapain sih dia ikut-ikutan pindah? Apalagi di season 3, makin benci sama dia.
Di sini hubungan tiga sekawan ini merenggang karena mereka mulai sibuk dengan urusan sendiri-sendiri, terutama Mitchell. Sepeninggal Herrick, dia yang jadi pemimpin klan vampir. Saat itu vampir-vampir itu lepas kendali dan ngebunuhin orang-orang karena nggak ada pemimpin. Mitchell harus bertindak tegas dan deal sama polisi agar keberadaan mereka tetap tersembunyi. Namun ada musuh lain yang nggak diketahui Mitchell sampai akhirnya tempat pertemuan mereka dibom dan semuanya mati, kecuali Mitchell dan Daisy. Di sini Mitchell mulai berubah jadi jahat karena emosi. Dia merasa dikhianati karena sudah menjaga vampir itu untuk nggak bikin kacau tapi mereka malah dihabisi. Mitchell salah paham karena merasa polisi yang melakukannya.
Di sisi lain, George ditinggal Nina. Nina kenalan sama Mr. Kemp yang mengaku bisa mengubahnya kembali menjadi manusia bersama Professor Jaggat. George move on dengan pindah kerja jadi guru dan kenal sama Sam. Mereka sempat tinggal bareng sehingga Annie sedih banget waktu George pindah.
Akhirnya, brotherhood mereka kembali lagi setelah George mengiyakan ajakan Nina untuk bertemu Mr. Kemp dan Mitchell menyadari bahwa pelaku pemboman bukan polisi melainkan…. Ah sudahlah. Lalu, siapa Profesor Jaggat? No spoiler, hahahha.
Ending season 2 ini sedih banget. Karena sesuatu dan lain hal, mereka pindah dari Bristol ke Wales bersama Nina. Kemana Annie? Ya, Annie terpaksa lewat pintu yang seharusnya bukan untuk dia. Tapi, Annie bisa berkomunikasi dengan teman-temannya dan Mitchell bersumpah akan membawa Anniekembali.
Best part: ketika mereka babysitting baby ghost. Mitchell gendong bayi = filf alert.

Being Human season 3: Kembali fun tapi antiklimaks
Mereka tinggal di Wales dan kembali kerja di rumah sakit. Mitchell memutuskan menjemput Annie ke somewhere tempat dia terjebak. Di sana dia ketemu Lia yang membawanya ke semua korbannya sehingga Mitchell menyesal. Lia bilang kalau Mitchell akan mati oleh werewolf. Nah loh…
Untungnya Mitchell bisa membawa Annie lagi. Ketika mereka kembali ke Wales, mulai deh tuh tumbuh bibit-bibit cinta, hehehe. Mereka sekarang tinggal berempat tapi gue nggak suka rumahnya. Lebih gede dibanding rumah pertama sih tapi rumah pertama lebih hangat. Lebih cowok banget. Meski kamarnya Mitchell berantakannya Masya Allah banget tapi lebih bagus ketimbang kamarnya di rumah baru yang rapi. Di sini mereka kembali fun kayak season 1 meski ada beberapa tambahan seperti ada dua werewolf baru, Tom dan McNair, kembalinya Herrick tapi amnesia, dan kehamilan Nina. Mitchell sendiri nggak sekelam di season 2 meski desperate banget karena ucapannya Lia dan kebayang-bayang tragedi Box Tunnel 20 Massacre. Apa itu? Itu sebuah kejadian di season 2 yang melandasi cerita di season 3.
Season 3 merupakan season puncak karena Mitchell alias Aidan memutuskan untuk meninggalkan serial ini. Dia dibikin mati. Penasaran sih gimana dia dibunuh sama werewolf yang ternyata George. Dua episode terakhir full of tears, apalagi menjelang akhir episode 8, itu sedih banget. Tapi endingnya maksa. Antiklimaks. Udah nangis-nangisan sedih, eh muncul pengganggu. Memang sih si pengganggu ini, the Old Ones, memegang peranan penting di season 4, tapi bikin antiklimaks. Melihat Mitchell mati itu sedih banget, tapi dia mati dengan senyuman. Jika ada yang gue benci di season 3 ini, itu semua cewek-ceweknya. Annie, Nina, Nancy. Gengges dan kepo. Nggak ngerti masalah yang sedang dihadapi. Untung ada George yang langsung ngerti. Suka waktu George ngomong fuck it sama Nina dan milih nyelametin Mitchell yang lagi ditahan polisi.
Benarkah Mitchell dibunuh oleh George? Menurut gue, dia dibunuh oleh Kili, hahaha. Karena dia meninggalkan serial ini sehingga harus mati karena harus terbang ke New Zealand sebagai Kili di The Hobbit. Semula gue mengharapkan dia matinya klimaks dan heroik, tapi ternyata endingnya maksa banget. Nggak puas.

John Mitchell

I love him so much. Terhitung sudah bertahun-tahun semenjak terakhir kali gue tergila-gila banget sama Bob Moffatt dan Nick Lachey sampai akhirnya sekarang gue jadi suka banget sama artis luar lagi. Yess… (Era pemain bola untuk sementara istirahat dulu). Memang, motivasi awal nonton ini karena Aidan Turner. I like him, tapi setelah nonton, gue jatuh cinta sama John Mitchell. Gue suka karakternya: kuat, macho, baik, care, hangat, tangkas, tapi tetap ada sisi kelamnya juga. Kalau punya pacar kayak Mitchell tuh dijamin aman dan ngebanggain buat ditenteng mall to mall, hihihi. Style-nya dia, cara dia melihat, senyum, ngomong, jalan, mau tampak depan belakang samping, full body, close up, medium close up, muka aja, mata aja, bahkan tangan atau sekadar siluet aja, semuanya SEKSI. Ulangi, SEKSI. Dia cowok yang gaya ngerokoknya aja kelihatan SEKSI. Make skinny jeans tanpa terlihat so gay malah macho. Rambut keriting acak-acakan sebahu yang mempertegas kegantengannya. Pake leather jacket yang sama sekali jauh dari kesan abang-abang ojek. Pendek kata, SEKSI. Mana dia banyak lagi adegan topless yang memperlihatkan body-nya yang SEKSI. Jangankan topless, dia pake singlet+kemeja+leather jacket/coat dan syal aja udah kelihatan seksinya. Jangan lupa his fingerless glove (gosipnya, fingerless glove yang jadi trademark dia ini sengaja dibikin sama Aidan karena kedinginan di lokasi shooting).

Mitchell with his fingerless glove

Ya intinya, selain ceritanya bagus, magnet paling kuat di serial ini ada di Mitchell. Dan interaksi mereka yang kelihatan real banget.
Masih ada season 4 yang udah selesai tayang tapi gue nggak nonton. Toh Mitchell udah mati. Review juga kurang menarik. Nina dan George akhirnya juga mati di tengah-tengah, lalu menyusul Annie yang di akhir season memutuskan untuk masuk ke pintu. Makanya, nggak semangat lagi nonton yang season 4, apalagi season 5. Ada juga sih versi US-nya, tapi pas lihat cuplikannya aja nggak menarik. Review-review yang ada juga bagusan yang UK katanya. Dan, pemainnya nggak ada yang gantengnya ngalahin John Mitchell, eh, Aidan Turner.
Agak menyayangkan sih kenapa Aidan ninggalin serial ini tapi ya gimana lagi, ini kan demi kemajuan dia. Tapi ya, dia mati sebagai Mitchell demi menjaid Kili yang nanti di 2014 juga mati *nangis*. Tapi setidaknya dia dibunuh oleh werewolf untuk jadi werewolf juga di City of Bones, hihihi.
The point is, I love John Mitchell because he is so SEXY SEXY SEXY…
Here is my John Mitchell minus his leather jacket :))


SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 Comments:

Post a Comment

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig