Unexpected Journey
Ifnur Hikmah
If there is a key, there must be a door.
Ketika menutup
tahun 2012 dengan film The Hobbit: Unexpected Journey, ada sebuah kalimat yang
diucapkan oleh Fili yang menjadi statement line dia. If there is a key, there
must be a door. Sebuah kalimat sederhana tetapi mengandung begitu banyak
keoptimisan. Dan, seperti permulaan tahun sebelumnya, baiknya dimulai dengan
hal-hal optimis.
Gue memulai 2013
dengan keoptimisan yang ada di dalam "if there is a key, there must be a
door."
Namun, sebelum
memulai 2013, nggak ada salahnya melihat sebentar ke belakang. Tentang apa yang
telah dicapai tahun 2012 untuk menentukan perjalanan selanjutnya.
Life is about a
journey, and like what happened to Bilbo, 2012 for me is unexpected journey
too. Meskipun semuanya sudah disusun dan ditargetlkan, tetap saja, apa yang
terjadi lebih sering unexpected. Tidak terduga.
I like writing so
much. Tahun 2012 gue isi dengan status baru, sebagai karyawan. Pekerjaan gue nggak
jauh-jauh dari apa yang gue suka, menulis--meskipun belum menulis di media
besar. But this is my small step. Pekerjaan juga menantang gue karena majalah
tempat gue bernaung sangat jauh dari apa yang gue kuasai: home and parenting.
Gue nggak punya basic arsitektur dan desain untuk piawai bicara tentang rumah
dan segala tetek bengeknya. Tapi, ini memberikan tantangan sendiri dan gue
mulai banyak baca tentang desain dan arsitektur.
Ketika akhirnya
mengerjakan majalah parenting yang dekat dengan anak-anak juga membuat gue kuatir.
I know nothing about kids dan gue nggak terlalu suka anak-anak. Will I survive?
Well, di 2013 pun gue masih mengerjakan hal yang sama and we will see, apakah
gue akan survive atau menyerah.
Ketika otak mulai
berasap saat menulis artikel, gue memiliki pelampiasan berupa menulis fiksi.
Entah itu cerpen, flash fiction, atau novel (yang sayangnya sering terhenti di
tengah-tengah). 2012 menjadi pertanda gue semakin banyak berteman dengan mereka
yang suka menulis, baik penulis pro maupun writer wanna-be kayak gue. Melalui
mereka, gue dapat lebih banyak perspektif, komentar tentang tulisan gue,
ide-ide yang kadang nggak suka kepikiran kalau sendiri, dan lain-lain. 2012
juga ditandai dengan banyaknya lomba menulis, entah itu cerpen, flash fiction,
atau novel. Meski gue nggak berhasil menang lomba cerpen Cinta Pertama Bukunedan gagal lomba cerpen Patah Hati Gagas Media karena salah persepsi soal
deadline, itu sudah cukup sebagai pembelajaran. Di 2012 juga, gue ikut lomba
novel yang diadakan sebuah penerbit dan berhasil sampai 20 besar. Meski nggak
menang, ini bikin gue jauh lebih pede dan semangat.
Berkat teman-teman
juga, gue bisa mewujudkan impian. Bersama teman-teman ini, gue menerbitkan antologi
flash fiction. Melihat buku gue--meski tanpa nama gue di sampulnya membuat gue
senang luar biasa dan gue nggak bisa menahan haru saat ada majalah besar
mereview buku ini. The Coffee Shop Chronicles is my first baby.
Dunia maya,
terutama social media memiliki pengaruh besar buat gue. Selain mempertemukan
gue dengan teman-teman penulis, arus informasi yang tidak terbatas dan cepat
membuat gue nggak pernah ketinggalan info. Termasuk ketika Bukune mengadakan
Nulis Bareng Bukune dan meminta siapa saja untuk mengirimkan outline.
Outline gue berhasil masuk 20 yang terpilih. Saat acara itu, gue bertemu mbak
Tata, editor Bukune, dan membahas naskah tersebut. Mbak Tata menyuruh gue menyelesaikan
naskah tersebut. Sebuah kegagalan karena beberapa bulan berlalu, gue belum
menyelesaikannya. Namun, saat melihat ada teman yang berhasil menyelesaikannya,
gue jadi terpacu. Naskah ini pun menjadi target di 2013, dan semoga Bukune
masih mengingatnya hehehe.
Perkenalan dengan
Mbak Tata membuat gue kepikiran naskah lain. Sebuah proyek iseng yang
unexpected yang gue kerjakan bersama seorang teman. Beberapa bulan berlalu
tanpa ada kabar membuat gue melupakan naskah tersebut. Sampai di suatu hari di
bulan Oktober, Bukune menghubungi dan menerima naskah tersebut. Unexpected,
right? Dan tentu saja, membahagiakan luar biasa. Hal ini menyadarkan gue bahwa
tugas seorang penulis tidak hanya terhenti saat naskahnya selesai karena masih
ada editing yang nggak kalah melelahkannya. Saat ini bukunya memang belum
terbit, tapi gue udah nggak sabar melihat hasilnya karena ini buku pertama yang
memasang nama gue di sampulnya.
Puas? Actually,
yess. Tapi, ini nggak bikin gue berhenti. Ini baru permulaan. Masih banyak
impian lain yang belum terwujud--salah satunya menerbitkan buku yang pure hasil
karya gue tanpa tandeman dengan siapa-siapa.
Setidaknya, awal
tahun ini, hasil dari fangirling dan obrolan absurd malam-malam, sebuah outline
tercetus. Gue nggak sabar nunggu Februari untuk mengeksekusi naskah ini. Juga,
menyelesaikan naskah yang selama ini selalu bernama Unfinished Projects di
laptop gue.
Life is about
unexpected journey. Dan gue siap menunggu kejutan tidak terduga lainnya di
sepanjang tahun ini.
Bukune: http://bukune.com
Gagas Media: http://gagasmedia.net
Gammara Leather: http://gammaraleather.com"
0 Comments:
Post a Comment