Eleanor and Park
Rainbow Rowell
Eleanor
is a weird girl, kurang percaya diri karena punya tubuh gemuk, freckles di pipi, rambut merah menyala, dan ayah tiri yang
membencinya. Pembawaannya yang kurang percaya diri membuat Eleanor memilih
untuk sering menyendiri. Belum lagi pakaiannya yang aneh dan mirip cowok bikin
dia suka di-bully teman-temannya.
Ketika Eleanor naik bis sekolah menuju
sekolah barunya, satu-satunya kursi yang tersisa hanya di sebelah The Stupid Asian Boy, Park Sheridan. Mau
enggak mau Eleanor duduk di sana. Selama berhari-hari mereka cuma saling
diam-diaman. Park yang somehow bisa
dibilang popular boy tahu kalau
diam-diam Eleanor suka curi-curi baca komik yang dibawanya—X Men, Watchmen—dan enggak
pernah protes. Akhirnya Park malah membiarkan Eleanor baca buku dia. Dan,
bahkan berbagi headset walkman serta
lagu favorit.
Hebatnya, semuanya dilakukan tanpa
bicara apa-apa.
Akhirnya mereka ngobrol, sih. Dan,
ketika udah ngobrol dan kebangun chemistry-nya,
mereka pun saling berbagi. Mulai dari berbagi buku, musik, cerita keluarga, dan
tentu saja cinta.
Korean
girl looks cute but Korean guy looks like a girl –Park
Gue baca novel ini karena
direkomendasiin Adit. Ketika tahu reviewnya bagus banget, gue pun tertarik
baca. Awal-awal baca gue merasa kurang sreg karena gaya menulisnya yang enggak
biasa buat gue. Apalagi banyak dialog, which
is gue kurang suka sebenarnya. Tapi gue terus membaca and then, Bang!!! Gue pun larut dalam tulisan Rainbow Rowell.
Gue suka karakter-karakternya. Imperfectly perfect. Eleanor dan Park
yang sama-sama lovable tanpa perlu
digambarkan punya kelebihan fisik yang naudzubillah. Justru dengan apa adanya
mereka itulah mereka terlihat lebih realistis dan lovable. Gue gampang terenyuh dengan kisah hidup Eleanor dan
mengerti kenapa akhirnya dia jadi tertutup dan enggak percaya diri. Permasalahan
khas remaja SMA. Meski berlatar tahun 80-an, permasalahan itu masih related dengan keadaan sekarang.
Dan Park. Berbahagialah Eleanor karena
menemukan Park, cowok yang dengan caranya sendiri selalu berusaha membangkitkan
rasa percaya diri Eleanor. Berkali-kali dia bilang cinta sama Eleanor meski
Eleanor sering enggak percaya dengan itu. Ya maklumlah, Park punya mantan si
cantik populer Tina. Jadi, wajar jika Eleanor insecure.
Intinya. I love Eleanor.
I love
Park.
I love
Park’s parents.
I hate
Richie, Eleanor’s stepdad.
Karakter pendukungnya juga keren dan
hadir dalam porsi yang pas. Dan, siapapun yang baca buku ini pasti akan mupeng
karena pengin punya keluarga terutama orangtua seperti Park. Apalagi ayahnya. Best daddy ever.
Memang, sih, permasalahan yang
dihadirkan cukup kompleks, tapi buku ini engaging
banget. Tahu-tahu udah nangis aja di beberapa bagian, dan bagian lain malah
senyum-senyum mupeng. Baca buku ini siap-siap aja seperti dibawa naik rollercoaster perasaannya.
Kelebihan lain buku ini adalah
endingnya yang realistis. Satu sisi hati gue sebenarnya enggak rela karena ending itu enggak adil buat Park. Tapi setelah
gue berpikir ejrnih, justru inilah penyelesaian paling adil buat mereka. Life must go on. Meski harus sedih dan
nangis, but in the end they can live
happily ever after. In their own way.
I love
it.
Dan, sebagai anak lama gue merasa
enggak keberatan mengikuti musik yang tren tahun 1980-an, haha.
Meski bukan tipikal gaya tulisan
kesukaan gue, bukan berarti gue akan berhenti membaca tulisannya. Buku ini
bikin gue sadar kalau udah lama gue terjebak di gaya menulis yang itu-itu aja. Nyaman,
sih, tapi, kan, kita harus mencoba gaya lain. Thank you Rainbow Rowell.
0 Comments:
Post a Comment