![]() |
John Mayer Jakarta Tour 2019 |
“This is the best
concert ever.”
Tahun 2019 baru memasuki bulan keempat, dan akan banyak konser
lainnya yang saya datangi menjelang penghujung tahun, tapi saya berani menyebut
bahwa ini konser terbaik yang saya saksikan di tahun ini.
Bukan, ini salah satu konser terbaik yang pernah saya
datangi di seumur hidup. I’m pretty sure
of that.
Semenjak Jakarta diumumkan jadi salah satu kota
pemberhentian di Australia & Asia Tour 2019, konser ini jadi salah satu
yang ditunggu-tunggu. Sesuai dugaan, tentu saja ada drama pembelian tiket. Saya
termasuk salah satu orang yang beruntung bisa mendapatkan tiket di hari pertama
penjualan, kelas Premium Festival—kelas yang paling saya incar and later that I know this is the perfect
place to enjoy the show. Thanks to Manda yang mau direpotkan demi sebuah
tiket konser dalam genggaman.
Mungkin sudah jalannya karena untuk konser ini, SAMA SEKALI
ENGGAK ADA DRAMA. Lancar jaya bak jalan tol pas lagi lebaran. Termasuk saat
penukaran tiket. Bersama Dinda—teman menonton yang dengan semangat jiwa muda
20-annya yang tak terbendung demi bertemu JM dan akhirnya ikut menular ke saya—kami
menukarkan tiket di hari pertama. AGAIN,
WITHOUT DRAMA. Antre lima menit, cek semua berkas, dan selesai.
I finally have this
card in my hand.
![]() |
RFID Card yang sekaligus bisa menjadi kenang-kenangan |
I was shaking. Seriously.
After a decade (and
more) of waiting, I finally had chance to met him.
Lagi, jiwa muda Dinda membuat saya sudah nongkrong di ICE
sejak jam setengah satu, sementara open
gate baru jam empat. Memang, hasil tidak pernah mengkhianati proses. Bayaran
atas antre sejak siang, kena hujan (rintik) dan panas (yang enggak terik-terik
banget), saya bisa berdiri sedekat ini dengan John Mayer.
![]() |
He's gonna live forever in me |
Look at him. Saya bisa
melihat langsung dengan mata kepala ekspresi dia merem-merem dan otot-ototnya
yang bertonjolan saat memetik gitar. WHAT
A MAGICAL MOMENT.
Sebelum melangkah lebih jauh, saya mau memberi kritik
terhadap seat plan. Sebagai pemegang
tiket Premium Festival, tentu saja saya sangat senang dengan posisi ini. Namun,
kalau saya membeli kelas VIP yang mahalnya ampun-ampunan, dan nonton dari
pinggir nun jauh di sana, well, gue
kesel sih. Saya tidak tahu fasilitas apa saja yang didapat oleh VIP, tapi tentu
saja, tempat menonton kurang nyaman karena harus duduk miring. Pegel euy!
Back to John Mayer!!!
Terbiasa dengan konser fancy,
dengan bumbu pemanis yang membuat konser terkesan meriah, untuk kali ini saya
takjub dengan kesederhanaan John Mayer. Malah, menurut saya pribadi, stage sangat standar, lighting yang B aja alias nothing special, dan backdrop yang jelek. Penampilan John
malam itu juga sangat simpel: kaos polos, jins belel, dan sneakers (plus
bandana). Sama sekali bukan penampilan yang menunjukkan seorang musisi besar
peraih Grammy.
NAMUN KONSERNYA BAGUS PARAH.
I LOST FOR WORDS SAKING BAGUSNYA.
Semua faktor eksternal itu jadi enggak ada gunanya. Just him and his guitar are enough. His music
is enough to make you feel how genius he is.
![]() |
Enggak perlu bumbu fancy buat bikin konser sepecah ini |
Yes, he’s such a
genius musician. Saya sudah menyadari sejak dia menelurkan masterpiece bernama Continuum, tapi malam
ini, saya bisa menyaksikan langsung dengan mata kepala sendiri kejeniusan
seseorang bernama John Clayton Mayer.
Menjelang konser, saya selalu mendengarkan lagu sesuai setlist. Biasanya, setlist setiap kota tidak jauh berbeda, dan paling banter urutannya
yang dibedain. Namun untuk konser kali ini saya tidak bisa berbuat apa-apa
karena setlist di setiap kota
berbeda-beda.
Memilih lagu hits (dan non-hits) dari John Mayer itu susah,
tapi saya punya beberapa lagu yang sangat ingin saya dengarkan. Edge of Desire (who doesn’t like this song? I
bet every people in the world have their edge-of-desire moment in their life),
Daughter (that song reminds me of my father anyway), Gravity (again, who doesn’t
like this song?), Dreaming with a Broken Heart, Heartbreak Warfare, dan
Comfortable (my first song).
Tentunya, tidak semua harapan bisa menjadi kenyataan. Namun,
setlist yang ada sangatlah luar
biasa. John Mayer and team berhasil
memadatkan semua lagu dari awal karier dia hingga sekarang ke dalam waktu tiga
jam (dengan break setengah jam)
sehingga selama konser kita bisa mengikuti perjalanannya John Mayer dan diajak
merasakan perubahan-perubahan yang dialaminya dalam bermusik.
Malam itu, John menjadi seorang story teller yang hebat.
Ada satu kejadian yang membuktikan John itu musisi sejati. Saya
tidak bisa mendengar dengan jelas dia ngomong apa karena di sekitar saya sangat
bising. Namun, (hampir) semua orang, terutama yang di depan stage, meneriakkan NEON. Berkali-kali. John sudah mulai
akan menyanyikan lagu ketika dia tiba-tiba melepaskan gitar, mengganti dengan
gitar lain, lalu terdengarlah Neon.
Dan, penonton di belakang saya berseloroh: “Ini konser apa
di café sih bisa request lagu?”
Namun, sampai suara habis berteriak Daughter tetap lagunya enggak dimainin, he-he.
Sesi Satu yang
Enerjik, Sesi Akustik yang Menggelitik
Konser ini terbagi ke dalam dua sesi, dengan jeda selama
setengah jam. Saya bela-belain bertahan di tempat selama jeda karena sayang
melepas tempat sebagus itu kalau ke toilet, he-he #ogahrugi.
Di sesi pertama, enggak ada satu menit yang terlewat tanpa
goyangin badan sambil nyanyi bareng. Namun, di set satu ini saya juga dibikin
menangis dengan Edge of Desire. Dilupakan
itu memang jadi ketakutan paling besar dalam hidup, terutama oleh orang yang
kita pedulikan. Dan saya hanya bisa menyanyikan ‘I have to have you now’ dengan suara bergetar.
Memasuki set kedua yang merupakan sesi akustik, John sukses menghipnotis selama hampir satu jam. Berkali-kali bulu kuduk saya bergeming mendengarkan permainan gitarnya yang sangat luar biasa.
Menurut saya, inilah yang tidak bisa didapatkan dengan
membeli CD atau mendengarkan lagunya di Spotify atau iTunes. Ketika John jamming dan sengaja memanjang-manjangkan
melody lewat permainan gitarnya yang naudzubillah bagusnya, dan menghipnotis
semua orang untuk tidak melakukan apa-apa selain bengong dan tanpa sadar
menahan napas. Ini kemewahan yang kita cari ketika memutuskan untuk membeli
tiket konser ini. Ini keistimewaan yang didapat ketika menyaksikan
penampilannya langsung. Dan jika bisa, saya ingin mengurung momen ini dalam
sebuah bubble yang bisa saya bawa
seumur hidup, karena momen ini sangat luar biasa.
Ketika John memetik nada terakhir, semua penonton serentak
mengembuskan napas dan bertepuk tangan sambil berdecak kagum. Tentu, sepatah
dua patah kata bernada lucu dari penonton di sekitar saya.
“Bang, udah Bang. Enggak kuat, Bang.” ß that girl with white t-shirt who said that out loud is my spirit animal.
“Gue malu main gitar. Gue udahan aja main gitar.” ß a college boy who I assume as John Mayer walking encyclopedia.
They’re right. John mayer’s
guitar is the real definition of eargasm (and another gasm, ifywim)
Sebelum konser, saya menerima pesan ini dari teman saya yang
bernama Martha. “Nanti videoin XO
trus tag aku ya. Eh tapi kayaknya
enggak bakal dinyanyiin, deh. You’re
Gonna Live Forever in Me aja deh, eh kalau dinyanyiin ya.”
Bukan hanya Martha atau saya saja yang pesimis akan
kehadiran dua lagu itu, karena di negara sebelumnya lagu itu jarang. Bahkan
tidak ada XO di negara lain. Alangkah
kagetnya saya ketika melodi XO
melantun di set 2.
What a pleasant
surprise.
Wanna know another
surprise? Meski aksi-sok-ngilang-demi-encore itu sudah basi tapi tetap seru
untuk dilakuin, saya menebak hanya ada dua lagu di encore: Gravity dan New Light.
(More video from @eganandita Instagram)
(More video from @eganandita Instagram)
Siapa sangka kalau John kembali, tanpa gitar, melainkan bersama keyboard, dan mengalunlah You’re Gonna Live Forever in Me? Saat itu, saya merinding semerinding-merindingnya dan untuk ke sekian kalinya bernyanyi dengan bibir gemetar menahan tangis. This moment will gonna live forever in me.
Di saat negara lain hanya ada dua lagu di encore, wajar dong kalau penonton
Jakarta jadi jumawa karena dikasih tiga lagu? He-he.
Selain kejutan spesial ini, seperti yang saya singgung di paragraf
sebelumnya, pilihan lagu malam ini sangat istimewa. Never in million years saya bermimpi akan mendengarkan In Your Atmosphere dan In The Blood. Live. Right in front of me.
Jika bisa memilih, lima penampilan yang sangat saya sukai malam itu adalah: Edge of Desire (tentu saja), Queen of California (karena abis itu langsung disambung oleh Guess I Just Feel Like yang lembut), In Your Atmosphere (Thank God), Stop This Train (song with thousands feeling), Helpless (I want to dance my ass off with this song), plus special mention to You’re Gonna Live Forever in Me (saya rela bayar mahal cuma buat dengerin dia bersiul. Ada orang yang begitu diberkati bisa bersiul dengan sangat merdu sementara saya bersin aja fals). Namun, bukan berarti penampilan lain boleh dilupakan begitu saja karena semuanya spesial.
Dan Dear Mary sebagai penutup (sebelum encore) ketika semua
penonton menyanyi bersama sampai selesai, itu sempurna.
Dan, ketika semuanya menyalakan flashlight di Gravity,
suasana begitu syahdu.
Terima Kasih, John!
Selama tiga jam konser, baru setelah selesai saya merasakan
kaki berdenyut pegal. Namun, rasa puas yang saya rasakan membuat saya berdiri
diam di tempat, menatap ke satu titik di tengah panggung, meski panggung itu
sudah kosong dan lampu mulai dinyalakan.
Akhirnya, dengan satu tarikan napas panjang, saya memasukkan
memory malam itu ke dalam kotak penyimpanan abadi di otak saya.
This is, without a doubt, one of the gratest concert I’ve
ever had.
So…
Thank you DME Asia and Third Eye Management for bringing
John Mayer to Indonesia. You never know how much I want this concert and
waiting for it for a decade (and more).
Thank you Manda, for helping me to get this ticket.
Thank you Dinda, for your enthusiasm and your spirit so I can
feel like I’m 20 again.
Thang you for billionth time, to the one and only, John Clayton
Mayer, for your music through the years, for your honest thought on your songs,
and for coming to Jakarta so I can met you in person. You may not know how much
you inspiring me, but let me tell you this, there was a girl from small town
with big plan in her head and you help her to take every step in her life.
Thank you for your special performance.
XOXO
iif
9 Maret 2019
Sebagai salah satu orang yg sangat menunggu2 konser itu tapi gagal karna kehabisan tiket, saya sangat berterima kasih karna telah menggambarkan suasana konser itu lewat tulisan kamu dengan begitu luar biasanya sampai saya pun bisa masuk dalam tiap moment yg ada.
ReplyDelete