Dirty Little Secret

Leave a Comment
Dirty Little Secret
Oleh: Ifnur Hikmah
(part of #11projects11days by @nulisbuku day 3)

Suara tawa menggelegar berasal dari salah satu meja panjang berbentuk oval di bagian sudut belakang Victoria Resto. Lima pasangan sedang terlarut dalam wine session dan segala bentuk canda tawa yang tersaji di malam akhir pekan ini.

Meira dan Hendra, salah satu pasangan itu. Tampak terlarut dalam segala nostalgia yang dilontarkan teman-teman mereka.

“Beruntung kamu Hen, punya istri kayak Mei,” canda Agus.

Hendra terkekeh. Tangannya terulur menyentuh rambut Mei yang dipotong model pixie. Tatapannya terpaku ke wajah cantik itu. Meski garis-garis usia mulai melukis wajah Mei, perempuan itu masih saja mempesona. Sama mempesonanya seperti saat mereka bertemu sepuluh tahun lalu, saat gejolak masa muda masih menguasainya dan membuatnya tak bisa berkutik melawan pesona kecantikan makhluk berjenis kelamin perempuan. Dan salah satu pesona yang berhasil membiusnya adalah kecantikan Mei.

“Bisa aja kamu, Gus,” celetuk Mei dengan wajah tersipu-sipu malu. Dia risih setiap kali teman-temannya memuji hubungan rumah tangganya dengan Hendra. Namun, dia tidak pernah bisa mengelak karena di mata teman-temannya, dia dan Hendra adalah true icon, contoh nyata hubungan suami istri yang benar-benar dilingkupi cinta kasih dan kepercayaan tingkat tinggi. Mei selalu risih jika orang-orang mulai mengomentari apa yang mereka lihat dengan mata telanjang padahal apa yang terjadi di balik itu, they have no idea about it.

“Padahal susah loh jadi kalian.” Ucapan Susan disambut anggukan kepala yang lain.

“Hendra sering meninggalkan kamu, Mei. Apa kamu tidak cemburu melihat Hendra yang selalu dikelilingi perempuan-perempuan muda yang seksi?” Teguh berusaha mengompori. Namun komentarnya itu mendapat tendangan dari kaki istrinya, Sarah.

Mei tersenyum. “Namanya juga resiko menjadi istri fotografer kondang. Ya harus bisa nahan-nahan hati.”

Hendra terkekeh dan merangkul pundak istrinya. “Kalian selalu kasihan sama Mei, tapi kalian nggak pernah kasihan sama saya.”

“Loh, kenapa harus kasihan sama kamu?” Teguh menuding gelas berisi wine ke muka Hendra.

“Saya harus bisa menahan rindu selama beberapa hari, bahkan beberapa minggu karena pekerjaan saya menuntut saya harus berjauhan dengan Mei. Belum lagi saya harus menanggung cemburu karena populasi laki-laki di kantor Mei tiga kali lipat populasi perempuan.”

Kembali suara tawa terdengar menggelegar.

But, I trust you Mei.” Tatapan Hendra tampak menusuk langsung ke relung hati Mei, membuatnya tergagap seketika. Sekelumit perasaan canggung merasukinya saat pria yang telah dinikahinya selama sepuluh tahun itu menatapnya penuh puja puji.

Mei melemparkan pandang keluar jendela, menatap jalan raya yang padat merayap. Dia memperhatikan apa saja. Ya, apa saja, keculai Hendra.


“Setiap orang punya kesempatan untuk selingkuh, Mei. Tinggal bagaimana orang tersebut menyikapinya,” nasihat Sandra dari balik kepulan asap rokoknya.

Siang itu, Mei dan Sandra tengah menghabiskan makan siang di kantin kantor karena mereka hanya punya jatah waktu setengah jam sebelum kembali ke ruang meeting dan tenggelam dalam rapat bulanan yang membosankan tapi sialnya harus dijalaninya.

Mei mengambil sebatang rokok milik Sandra. Mei bukan perokok dan Hendra tidak menyukainya jika ia merokok. Namun, saat dia bersama Sandra atau teman-teman perempuannya yang lain, dia merokok. Social smoker, begitulah Mei menyebut dirinya.

“Lalu menurutmu, aku terlalu memanfaatkan kesempatan yang datang untukku?”

Sandra melirik Mei dengan ujung mata. “Menurutmu begitu?”

I’m asking you.

I think kamu cuma mencari kebenaran dari tindakanmu. Jauh di lubuk hatimu kamu tidak rela dengan pekerjaan Hendra tapi kamu harus menunjukkan di depan semua orang bahwa kamu adalah istri yang pengertian dan selalu mendukung suami. Kamu terjebak dalam permainan yang kamu ciptakan sendiri.”

“Sandra, kamu berbelit-belit.”

“Mei,” Sandra menatap Mei tajam, “I know that you love Hendra so much hanya saja keadaan tidak memihak padamu. Tapi Hendra meninggalkanmu because he trust you. Namanya juga setan Mei, punya segala cara untuk mengganggumu, tinggal kamunya mau ikut jatuh di jalan setan itu atau tetap berpegang pada kepercayaan yang ditinggalkan Hendra?”

Mei terdiam. Nasihat Sandra yang jauh lebih muda darinya itu terasa mengena. Hendra meninggalkannya dengan kepercayaan penuh bahwa dia bisa mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka, bahwa dia bisa menjaga dirinya sendiri sampai akhirnya nanti Hendra pulang ke rumah. Namun, seperti kata Sandra juga, setan yang ada di sekelilingnya selalu punya cara untuk menariknya ke jurang perselingkuhan. Sialnya, setan itu berwujud pria tampan dan dewasa yang too sexy to be ignored.

Dering telepon menyadarkan Mei dari lamunannya. Nama Adrian Soetalaksana mengerjap-ngerjap di LCD handphone-nya. Buru-buru Mei mengangkat telepon itu. “Yes?”

Time’s up. Let’s go back to meeting room.

“Oke.”

Mei memutus sambungan telepon bersamaan dengan mematikan rokok di tangannya. Dengan isyarat mata dia memberitahu Sandra bahwa mereka sudah ditunggu di ruang meeting.


Meeting room telah kosong setelah satu per satu peserta rapat menyeret tubuh lelah mereka keluar melalui pintu yang terbuat dari kayu jati. Sinar matahari sore menembus melalui kaca besar yang terhampar dari lantai ke loteng di salah satu sisi ruangan.

Mei masih sibuk membereskan barang-barangnya sambil sesekali menggerakkan persendiannya yang terasa kaku karena tidak bergerak sedikitpun selama enam jam penuh.

“Saya akan buat laporannya secepatnya,” ujar Mei pada seseorang yang duduk di ujung meja, Adrian.

Adrian tersenyum. “Take your time, Mei,” sergahnya datar. Dia memutar-mutar kecil kursi yang didudukinya seraya menautkan jari-jarinya didepan dada. Matanya tampak awas mengamati Mei. Adrian tersenyum. melihat pemandangan didepannya. Mei tampak menggemaskan. Tubuh mungilnya seolah dipaksa agar terlihat dewasa dibalik balutan stelan profesional yang selalu dikenakannya. Rambutnya yang dipotong super pendek mempertontonkan leher putihnya dengan leluasa, membuat Adrian harus selalu menelan ludah setiap kali melihatnya. Namun yang membuatnya seperti orang kesetanan adalah saat Mei menatapnya. Sorot kecerdasan hasil didikan universitas ternama di Inggris yang terpancar dimatanya selalu menantangnya, membuat perempuan itu terlihat semakin seksi di matanya.

“Ada lagi yang harus saya lakukan?”

Adrian tersentak. Sontak wajahnya bersemu merah. Namun, setelah berhasil kembali menguasai diri, dia berdehem dan berkata dengan mimik serius. “Ya.”

“Apa?”

Dinner with me, tonight.

Mei tersentak dan langsung melayangkan pandangannya ke arah Adrian yang terpaut beberapa kursi darinya. Matanya menyipit dan raut wajahnya dibuat setegas mungkin. Sekuat tenaga Mei menampakkan raut wajah tersinggung namun dia gagal karena sedetik kemudian Adrian sudah tertawa terbahak-bahak.

Come on, Mei.” Adrian mengedipkan sebelah matanya.

Detik itu jug Mei mengumpat dalam hati, menyalahkan kenapa setan yang menggodanya harus mengenakan rupa Adrian? Sungguh rupa itu sangat sulit untuk ditolak. Mei menunduk dan sebaris senyum terhampar di bibrinya. Kembali terngiang ucapan Sandra di telinganya.

“Setiap orang punya kesempatan untuk selingkuh, Mei. Tinggal bagaimana orang tersebut menyikapinya.” Dan kesempatan selalu berbaik hati untuknya.


Adrian kembali dengan sebotol wine di tangan kanan. Dia sama sekali tidak memedulikan keadaannya yang tanpa sehelai benang pun. Sementara itu, di atas tempat tidurnya, terlihat Mei tengah berusaha keras menyembunyikan wajahnya di balik bedcover.

Need more wine?

Mei mengangkat tubuhnya dan duduk bersandar ke kepala ranjang sambil menata letak bedcover agar bisa menutupi tubuhnya. Tangannya terulur menyambut gelas yang disodorkan Adrian.

Thanks.

Tanpa melepaskan pandangannya dari wajah Mei, Adrian melayangkan ciumannya ke leher perempuan itu. Mei mengerang pelan.

Stop it, Adrian. I have to go.

Where?” Adrian menghentikan ciumannya dan menatap Mei dengan ekspresi kaget.

Home.”

Oh come on. Kamu bisa menginap malam ini,” bujuknya.

Mei menggeleng. Setelah setahun lebih sering menghabiskan waktu bersama Adrian, Mei selalu menolak ide lelaki itu agar dia menginap. Seberapapun besarnya kesalahan yang telah diperbuatnya, dia masih berusaha untuk menjaga nama baiknya dengan menghidarkan gosip yang mungkin timbul jika ada yang memergokinya keluar dari rumah pria yang bukan suaminya di pagi hari. Terlebih lagi, Mei ingin selalu berada di rumahnya sekedar berjaga-jaga jika Hendra mengecek keberadaannya setiap malam. Walau bagaimanapun juga, dia adalah seorang perempuan bersuami.

Perempuan bersuami yang hatinya terlalu lemah untuk tergoda oleh setan bernama perselingkuhan, bathin Mei.

“Kenapa kamu selalu menolak saat kuajak menginap?”

Mei mengangkat tangan kiri yang di jari manisnya melingkar cincin berlian yang diselipkan Hendra disana sepuluh tahun lalu.

Adrian menepis tangan kiri Mei. “Toh dia lagi nggak ada di rumah kan?” rajuknya.

“Memang, tapi bisa saja dia meneleponku.”

“Kamu bisa mencari alasan.”

Mei menggeleng.

Namun penolakan itu tidak membuat Adrian putus asa. Kembali diraihnya Mei ke dalam pelukannya dan menyerbu bibir Mei dengan ciumannya. Saat menyadari nafas Mei tersengal-sengal akibat ciumannya, Adrian mengalihkan ciumannya ke telinga Mei. “Lebih baik kamu disini bersamaku daripada sendirian di rumahmu sambil memikirkan suamimu yang sibuk memotret perempuan muda yang seksi di Paris sana. Siapa yang bisa menjamin saat kamu terlelap sendiri dalam kesepian, suamimu itu tengah berbagi kehangatan tempat tidur dengan salah satu modelnya?”

Ucapan provokatif Adrian membuat Mei ingin mendorong tubuh pria itu agar segera menjauhinya. Namun yang dilakukannya adalah menarik kepala Adrian agar dia bisa mencium pria itu. Sebaris senyum sinis tersungging di bibirnya.

Adrian benar, bathinnya. Kenapa aku tidak bersenang-senang disini? Bukankah sudah beberapa kali aku melihat bukti bahwa Hendra juga sering bermain api dengan model-modelnya itu?

Tanpa pikir panjang, Mei merelakan dirinya terhanyut dalam belaian Adrian.


love, iif
P.S: Memang saya telah beberapa kali membuat tulisan bertema perselingkuhan but trust me kalau saya adalah pribadi yang setia dan menentang perselingkuhan dalam bentuk apapun *nggak mau pasaran turun*
SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 Comments:

Post a Comment

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig