Keluarga Kontradiktif

1 comment
I am 22 years old. Refers to Britney Spears's song, i describe myself as "I'm not a girl, not yet a women."

I'm not a girl, not yet a women
All I need is time
A moment that is mine
WhileI'm in between
I'm not a girl...

Nah, kali ini saya mau bercerita tentang keluarga saya dengan segala kontradiktif yang terjadi di dalamnya. Sebagai gambaran, saya bungsu dari dua bersaudara dengan rentang jarak 5,5 tahun dari kakak saya. Seperti pada umumnya orang yang tinggal di kampung halaman, maka tetanggamu adalah saudaramu, dalam arti kata di sekitar rumahmu ya masih terhitung keluargamu. Sebagai penganut aliran matrilineal, tentu keluarga dari pihak ibulah yang tersebar di sekitar saya.

Saya berasal dari keluarga besar. Generasi saya berakhir di kakak saya, dengan artian sepupu-sepupu saya semuanya hampir sepantaran -kalaupun berjarak tidak terlalu jauh- sehingga mereka punya banyak moment bersama-sama. Lalu, jedeeerrr, lahirlah saya lima tahun kemudian. Otomatis saya tidak memiliki moment yang mereka miliki. Lebih jauh lagi, saya sering sendiri karena di masa pertumbuhan saya, mereka telah dewasa.

Ya, jika kalian berpikir saya sangat dimanja, saya tidak akan menyalahkannya. Kemanjaan itu bukan hanya berasal dari keluarga inti, tetapi juga dari keluarga besar. Seolah-olah saya si kecil yang harus selalu dijaga.

Namun, mereka tidak menyiapkan diri -menurut saya- untuk melihat si kecil itu tumbuh dewasa. Akibatnya, di usia saya sekarang, I'm still Daddy's little girl.

Dan fakta seakan menyeruak di tengah-tengah keluarga saya sehingga merekapun terjebak dalam kekusutan pemikiran mereka sendiri. Seringkali apa yang mereka katakan sangat bertolak belakang dengan perbuatan mereka. Mereka mengatakan saya sudah dewasa tapi perlakuan mereka memperlihatkan saya sebagaimana layaknya anak 10 tahun. Berikut saya hadirkan beberapa contoh tindakan kontradiktif itu:

Case 1:
Hari 1
Mama: Kamu di rumah terus males-malesan, cari aktivitas sana diluar.
Keesokan harinya
Mama: Kamu keluar terus nggak pernah di rumah. Sekali-kali di rumah aja kenapa?
See? What should I do? Di rumah salah, keluar juga salah.

Case 2:
Kakak: Kamu kan udah lulus kuliah, mulai sekarang cobalah berpikir dewasa, oke?
Keesokan harinya
Kakak: Nanti kalau udah pasti kerja dimana, kita pindah kos ke dekat tempat kerja kamu.
Saya: Kita?
Kakak: Iya, kita.
Saya: Kalau tempat kerja iif jauh trus kalo tinggal deket sana, lo pergi kerjanya juga susah.
Kakak: Ya mau gimana lagi.
Saya: Ya gue aja yang pindah.
Kakak: Nggak bisa. Lo masih kecil gini gimana mau tinggal sendiri?
See? Tadi disuruh buat dewasa lalu dibilang masih kecil.

Case 3:
Abang Sepupu: Iif itu udah gede kali, yen (dia manggil mama dengan sebutan Yen), udah bisalah ngatur hidupnya sendiri.
Di hari lain, via telepon: dimana?
Saya: GI
Sepupu: Udah malam gini, ntar pulangnya gimana?
Saya: Gampanglah masih ada busway.
Sepupu: Nggak boleh. Anak gadis naik busway sendirian malam-malam. Nanti abang panggilin taxi jemput kamu (dia bekerja di salah satu perusahaan taxi yang sudah ternama).
Kontradiktif lagi kan?

Case 4:
Mama: Kalau kamu sih mama bakal lepasin kamu mau kemana aja. Udah gede ini kan?
Beberapa waktu kemudian.
Saya: Ma, mau liburan ke Lampung bareng teman-teman, tepatnya di Pulau Kiluan and the bla and the bla and the bla...
Mama: Ya udah, hati-hati ya.
Saya pun langsung bersorak. Tapi, tahu apa yang terjadi kemudian? Mama menelepon Om yang tinggal di Lampung dan bertanya soal Kiluan dan bagaimana disana. Si Om ikutan panik dan langsung menelepon memastikan keadaan saya selama di Lampung. Beruntung saya berhasil membungkam ide konyolnya mengikutsertakan sepupu saya di dalam rombongan. Apa kata teman-teman saya? Dan ya, beruntung juga di sana nggak dapat sinyal jadi si Om nggak bisa nyusul.

Case 5:
Papa: Lagi dimana?
Saya: Di GI, mau buka puasa bareng
*settingan waktu jam 5 sore*
Papa: Udah Maghrib masih diluar, pulang sana.
Saya: Kan mau buka puasa. Masa pulang sekarang?
Papa: Udah Maghrib soalnya.
Saya: Kalau pulang sekarang gimana buka puasanya?
Papa: *mulai merepet panjang lebar yang intinya adalah: anak kecil ya buka puasa di rumah*

Ini hanya beberapa kasus yang saya ingat, tapi tak urung membuat saya berpikir, jadi saya sebenarnya apa? Anak kecilkah? Atau perempuan dewasa?

I'm not a girl,
There is no need to protect me.
It's time that I
Learn to face up to this on my own.
I've seen so much more than you know now,
So don't tell me to shut my eyes.
SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

1 comment

  1. There..there..
    Sabar ya say..ga cuman lo yg ngadepin case kaya gini..dirumah nadia juga suka dbgniin..ini cumn sol paradigma brpikir doank..mgkin memang orang-orang dskitar tau si anak udah gede..tapi berhubung dia the youngest di kluarganya, dia bakal selalu dianggap ga capable dlm beberapa hal..
    Sabar yaaahh.. :))

    ReplyDelete

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig