Architecture 101

2 comments
First, iif nonton film Korea? Oh well, gue bukannya anti banget sama Korea. Toh gue masih nonton Winter Sonata sekarang, hohoho.


Begitu tahu film ini dari twitnya Blitz yang diRT Adit, langsung kepengen nonton. Ya karena judulnya lah, arsitektur. Architecture is not my thing sih sebenernya, cuma gue cukup paham sih mana arsitek ganteng yang pacar-able ;p. Jadi, berangkat dari judul itulah akhirnya mau nonton film ini. Apalagi setelah nonton traillernya. Ditambah dengan tokoh cowok yang nggak-cantik-dengan-poni-lempar-dan-warna-rambut-ngejreng, akhirnya nonton jugalah film ini Jumat, 21 September di Blitz Megaplex Grand Indonesia bareng Adit dan Dwi.

Comment setelah nonton? BAGUSSSS *ambil tisu*. Kisah nonton film Korea untuk pertama kalinya sama kayak nonton film Thailand pertama kali (Bangkok Traffic Love Story). Nggak berekspektasi apa-apa eh ternyata bagus.

Jadi film ini bercerita tentang arsitek cowok, Seung Min, yang tiba-tiba didatengin cewek yang minta dibikinin rumah di Jeju Island, Seo Yeon. Awalnya si Seung Min ini lupa siapa Seo Yeon. Setelah diingetin, dia ingat kalau Seo Yeon itu teman kuliahnya yang ketemu di tahun pertama kuliah karena sama-sama ambil mata kuliah Architecture 101. Karena mereka tinggalnya deketan, jadinya suka ngerjain PR bareng. Si Seung Min ini tipikal cowok-cowok cupu nerd bego gitu dan Seo Yeon ya cewek kebanyakan. Mereka nggak jadian sih pas kuliah karena *beeepppp. No Spoiler*.

Ceritanya bagus. Yang patut diacungi jempol yaitu penempatan flashbacknya. Pas banget, jadi nggak bikin pusing dan bikin gregetan juga.

Cuma komentarnya ya dari segi tokohnya. I hate Seung Min. Come on, lo cowok kan? Cemen banget sih. Cowok normal tuh ya, secupu apapun, bakalan keluarlah naluri cowoknya kalau ngelihat cewek yang dicintainya dalam bahaya. Meski nggak bisa berantem, at least, cobalah ya dikiiiiit aja buat fight for her. Ini nggak. Pas Seo Yeon diapa-apain sama Jae Wook, dia malah ngumpet di balik dinding sambil sedih-sedihan. Come on. Lihat sendiri kan kalau Seo Yeon nolak si Jae Wook. It's your turn, Seung Min. Bantulah Seo Yeon-nya, bukannya ngumpet trus sakit hati dan buang maket yang udah capek-capek lo bikin. Udah gitu ya, bukannya minta penjelasan malah nyuruh Seo Yeon pergi gitu aja dari hidupnya dan nggak mau ketemu lagi. Sakit hati sampai ngatain Seo Yeon bitch. Seo Yeon is the real bitch, but you, Seung Min, you're a chicken. Looser. Cemen. Bikin ilfil. Untung aja itu ya si Seo Yeon nggak tahu kalau malam itu lo ada di TKP dan cukup terharu aja pas nemuin maket rumah di tempat sampah esoknya jadi dia nggak marah. Coba kalau dia tahu. Mampus tuh si Seung Min dihajar, hehehhe.

Ngomong-ngomong soal maket rumah, it's the most unyuest part, hehhehe. Gue sama si Adit senyum-senyum gaje gitu lihat si Seung Min bawa-bawa maket yang dibikin dari sketsa asal yang dibuat Seo Yeon saat mau nembak Seo Yeon. Unyu.....

Moment unyu lagi? First kiss mereka dong. Jadi ngingetin ke part ciuman-rasa-lima-dollar antar Simon dan Mahoni di Memory. Awww.... *nenggak Godiva*

Momen unyu slash romantis lainnya pas Seung Min dewasa lagi ketiduran siang-siang di atas rumput yang ada di atap rumah Seo Yeon dengan pemandangan pantai di Jeju Island. Trus Seo Yeon dateng dan tidur di sampingnya. Sinematografinya bagus. Pemandangannya bagus. Jadi pengen pacaran juga *brb ngebayangin pacaran di pinggir danau di Serenade Lake sama arsitek yang tinggal di jalan Lotus*

Selain unyu, filmnya sedih juga. Beneran, sampai nangis meski yang bikin nangis justru bukan hubungan mereka. Sedihnya itu pas Seung Min dewasa pulang ke rumahnya sebelum pergi ke US dan ketemu nyokapnya yang udah tua. Nyokapnya bersikeras tetap tinggal di rumah yang udah 30 tahun ditinggalinya. Nangis pas Seung Min lihat nyokapnya pake kaos Geuss *Geuss ya, bukan Guess* punya dia yang dulu dia buang waktu kuliah karena something gitu deh. Trus pas Seung Min nangis sambil benerin pagar yang dia rusak dulu. Artinya, masa lalu itu nggak akan pernah bisa diperbaiki, termasuk apa yang terjadi antara dia dan Seo Yeon dulu.

Endingnya juga sedih tapi realistis banget. Mungkin banyak yang gregetan kenapa endingnya begitu cuma ya kalau dibawa ke kehidupan nyata, justru ending kayak gitu yang realistis banget.

Nilai plus film ini? Rumahnya Seo Yeon bagus banget. Apalagi jendela lebar yang bisa dibuka geser dan ditutup jendela kayu yang bisa digeser juga dengan pemandangan ke laut. Sumpah, itu bagus. Jadi inget jendela lebar di rumah putih yang ada di Serenade Lake *keselek*. Trus ya, kantornya Seung Min bagus banget. Penasaran jadinya sama kantor arsitek di sini kayak gimana *ajak aku ke mantan kantormu, mas. Ke AMA aja cukup ;p*

Trus satu lagi. Si Seo Yeon kan gaje ya. Wajar sih, Scorpio soalnya *dihajar para Scorpio*.

Intinya filmnya bagus. Manis. Unyu. Sedih. Menurut gue, novel Memory kalau difilmin akan kayak gini meski Memory endingnya nggak serealistis film ini.

4 dari 5 bintang.

Ada satu lagu yang memegang peranan penting di film ini. Judulnya Etude of Memory. Setelah dicari tahu artinya, ternyata lagu ini mencerminkan isi hati Seung Min banget.

Love,
iif
SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

2 comments

  1. Az udah selesaikan Memori. Memang manis. :)

    Dan film Architecture 101 ini ternyata.... film yang di download om aziz pas Ramadhan lalu..... wew... ternyata. Baru nonton awalnya aja. Mudah2an masih ada filenya di laptop si om.

    AH, akhirnya Iph akan semakin akrab dengan film Korea. Film lho Iph, lebih oke daripada drama Korea.

    ReplyDelete
  2. Abis baca Memory trus nonton Architecture 101 ada bbrp yg mirip ziz, hehehhe.
    mungkin sih bakal nonton film korea selama no-more-cowok-cantik-poni-lempar-rambut-ngejreng hahahah

    ReplyDelete

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig