Tema ke-20 dalam rangka 30 days 30 stories.
Tema oleh: Divanda Gitadesiani
Ketika
mendapat pertanyaan ini dari Diva, saya jadi mempertanyakan hal yang sama. Karena
sebelumnya, saya tidak pernah kepikiran akan hal ini, sekalipun.
Ya,
saya percaya takdir, tapi kalau dipikir-pikir, apakah diri saya yang sekarang
ini adalah bagian dari takdir? Ya, hal itu pasti. Namun diri saya pasti ikut
ambil bagian dalam membentuk diri saya yang sekarang.
I believe that God give us
a chance to set up our life. Semua orang punya kesempatan yang sama untuk
menentukan jalan hidupnya. Bedanya adalah bagaimana kita memanfaatkan
kesempatan tersebut.
Pertanyaan
lengkap dari Diva adalah seperti ini: “Do
you believe there’s a reason why God put our soul in our current destiny (body,
nationality, parents, gender, etc). if do why and if no why? Regarding to my
previous questions, have you ever feel lost to your llife path and how could
you survive and believe that this is the best path for your life? Have you ever
wondered that if you catch something else then it is actually your life path? Maybe
God just want to test you with the safety and secure?
Ada Hal yang Tidak Bisa
Dipilih, Ada yang Bisa
Beranjak
dari pertanyaan Diva, ada hal yang tidak bisa kita pilih. Kita tidak bisa
memilih dari orangtua yang seperti apa, ras dan etnik apa. Itu adalah takdir
yang kita terima di dunia ini. Namun hal lainnya menurut saya adalah pilihan. Body, gender, life path, itu adalah pilihan.
At this moment I think that God give us chance so we have to know what’s best
for our self and what’s not?
Sejak
dulu, kita sudah dihadapkan pada banyak pilihan. Pilihan untuk sekolah di mana,
pilihan untuk berteman dengan siapa, pilihan untuk kuliah di jurusan apa,
pilihan untuk bekerja di mana, pilihan untuk pacarana atau menikah dengan siapa
atau pilihan untuk tidak menikah. Mungkin kita tidak sendiri, ada orang lain
yang ikut menentukan pilihan kita, tapi intinya adalah kita memilih untuk
menjalani hidup seperti apa.
Pilihan
terbesar yang saya ambil dimulai dari jurusan kuliah. Saat itu saya memilih
Ilmu Komunikasi dan Sastra Indonesia. Keduanya adalah pilihan saya, karena saya
tahu kedua jurusan itu adalah kendaraan yang tepat untuk menuju masa depan yang
saya inginkan. Mama sempat menyarankan untuk mengambil jurusan IPA, mengingat
saat SMA saya mengambil IPA. Namun saya menolak karena jurusan IPA hanya akan
membawa saya semakin jauh dari cita-cita. Berikutnya, Mama menyarankan jurusan
Ekonomi karena menurut beliau, jurusan tersebut menjanjikan masa depan yang
lebih pasti. Namun saya juga menolak karena bukan kepastian di jurusan Ekonomi
yang saya butuhkan.
Begitu
juga halnya dengan pekerjaan. Jujur, sudah beberapa kali mama menyuruh saya
untuk pindah pekerjaan karena menurut beliau apa yang saya jalani sekarang ‘tidak
serius’. Pekerjaan saya hanya pekerjaan main-main yang tidak menjanjikan masa
depan apa-apa. But the reality is she
doesn’t understand about my job and my life and when I tried to explain it to
her, still, she doesn’t understand.
Pengalaman
ini membuat saya bisa menjawab pertanyaan Diva. Ya, ada alasan Tuhan membentuk
saya menjadi seperti ini, karena Dia juga memberikan banyak pilihan dan saya
punya kebebasan untuk memilih satu dari sekian banyak pilihan itu untuk
dijalani.
Is It the Right Choice?
Tentunya
akan selalu ada pertanyaan seperti ini. Apakah jalan yang kita pilih ini adalah
pilihan yang tepat? I’ve ever felt lost
in my life before, when I was questioning myself, is it the right choice for
you? Is it really really the best thing to do in your life? Terlebih ketika
di perjalanan, hidup tidak seindah yang kita bayangkan selama ini. Ditambah faktor
eksternal yang membuat kita gamang.
Saya
juga sempat ingin menyerah. I want to
quit and do something else. Mungkin selama ini saya hanya mengikuti
bayangan semu dan pada akhirnya saya harus mengakui hal tersebut. Keluar dari
fatamorgana yang saya buat sendiri di dalam benak saya.
But then, God give me
second chance.
I do believe in second
chance. Hanya
saja, kita menyadarinya atau tidak? Dan apakah kita sudah cukup awas untuk
menangkap kesempatan kedua itu?
Kesempatan
kedua yang saya dapatkan berupa kesempatan untuk mencoba hal baru tapi masih di
jalan yang sama. At that time, I think I had
to try it. Saya bersyukur bisa dengan sigap menangkap kesempatan kedua
tersebut.
Pelajaran
yang bisa saya petik adalah untuk tidak langsung menyerah. Life is about up and down. Jadi ketika kita berada di lowest point of our life, kita harus
membuka mata lebar-lebar untuk menangkap kesempatan baru yang bisa membantu
untuk mengangkat kembali diri kita untuk kembali ke tempat yang seharusnya.
Itu
yang saya percayai.
Is it Your Comfort Zone?
Tiga
dari lima teman yang saya punya, salah satu hal yang paling mereka takuti
adalah terjebak di comfort zone. Namun,
ketika kita menjalani hidup di jalan yang kita pilih, besar kemungkinan kita
berada di comfort zone. Dan memang,
ini adalah ujian dari Tuhan.
Harus
diakui bahwa saya berada di zona nyaman tersebut. Bisa menjalani kehidupan based on our passion is like a blessing from
God, but sometimes it’s also a curse. Karena itu tadi, kita diberikan
kenyamanan yang membuat kita betah berlama-lama tinggal di sana.
Ada
bagian di diri saya yang juga takut akan terjebak di comfort zone. Banyak yang akhirnya keluar dari comfort zone dan memutuskan untuk berpindah haluan. It’s okay because it’s your choice. You have
right to pursue many things in life, termasuk ketika akhirnya ingin pindah
haluan.
Sesekali,
pikiran tersebut sempat terlintas di benak saya. Namun akhirnya tidak
terlaksana. I said to myself, not now. Someday
you will, but not now. Ada banyak pertimbangan yang harus dipilih, sehingga
akhirnya saya mencoba untuk melihat the
beauty inside comfort zone. I have a choice and I choose to stay in it.
When I’ve been in my
daydreaming state, I imagine myself walk in another shoe. What does it feel to
live like my sister or my friends? What does it feel if I pursue something
else? Apakah
hidup saya akan jauh lebih bahagia atau lebih nyaman dibanding apa yang saat
ini saya jalani? Semakin saya kenal banyak orang, semakin sering saya
membayangkan hidup menjadi seperti ini.
Namun,
saya meyakinkan diri bahwa it just a
daydreaming. Karena pada akhirnya, ketika saya melihat kehidupan saya sekarang,
when I try to see the beauty in my life, I
don’t have any regret.
Sebagaimana
halnya Tuhan menyediakan banyak pilihan, saya juga percaya bahwa pilihan hidup
kita mungkin saja bisa berubah suatu hari nanti. What we need right now is not the same with what we need, like, five
years ago or ten years later.
Menjawab
pertanyaan Diva, do you believe there’s a
reason why God put our soul in our current destiny? Jawabannya adalah iya,
karena Tuhan memberikan saya banyak pilihan dalam hidup.
And simply because I believe
that everything’s happen for a reason.
And what about yours?
XOXO,
Iif
Thanks for sharing an amazing article.
ReplyDeleteHappy Good Friday
Good Friday Images
Good Friday Quotes
Good Friday Greetings
Thanks for sharing nice article.
ReplyDeleteHindi News