Ada kalimat
dari Manda yang saya setujui ketika dia menyerahkan tema ini untuk digarap. “Gue,
sih, mikirnya sometimes people always
seeing yang inspire itu macam artis or
heroes or duchess of kembrij (yes, she writes it like that, he-he). Padahal,
kan, yang inspire tuh kadang
orang-orang yang bisa do something small
but real and applicable di kehidupan sehari-hari.”
I agree with her. Seringkali kita
melihat sesuatu yang berskala besar dan jadi lupa sama hal kecil yang jauh
lebih nyata dan kita bahkan bisa merasakan langsung akibatnya. Mungkin tidak di
saat itu juga. Saya juga percaya, hal kecil yang dilakukan oleh seseorang bisa
mendapatkan manfaat besar bagi orang lain.
Bicara soal
orang yang menginspirasi, untuk saat ini, saya memiliki beberapa orang yang
saya follow di Instagram, kenal atau
tidak, tapi ada sesuatu yang dia lakukan dan langsung menyentuh. Lebih jauh
lagi, membuat saya bertekad untuk melakukan hal yang sama. Sangat sederhana,
tapi dari hal yang sederhana itu bisa mengakibatkan dampak yang besar.
Ya, saya akui
dalam sehari saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam dengan scrolling Instagram yang tak ada
habisnya dan membaca stories yang
sangat banyak. Namun saya tidak merasa sudah membuang waktu. Saya sangat menjaga
siapa saja yang saya follow sehingga
saya selalu mendapatkan pengaruh positif setiap kali selesai menjelajah
Instagram. Dari membaca stories satu
per satu, tidak hanya membuat saya jadi tahu info terbaru tapi juga memberi
makan bagi otak. Plus, membuat saya
kian peka dan malah bertanya sendiri akan suatu topik yang dibahas, lalu
mencari literatur lebih lanjut.
Jadi, berikut
4 orang di Instagram yang tanpa mereka sadari, hal kecil yang mereka lakukan
atau ucapkan, memberi dampak besar bagi saya, dan orang lain.
@poeticpicture
Saya follow mbak Marrysa karena suka dengan hasil fotonya. Sekaligus mencuri ilmu, berhubung beliau sering berbagi info dan tips menghasilkan foto yang menarik. Namun, ada satu tindakannya yang menggelitik: do small things to mother nature.
Mbak Marissa
sering share cerita soal anti-sedotan
di postingannya. Hal sederhana, tapi anggap saja seratus orang melakukan hal
yang sama dalam satu hari, sudah berapa banyak mengurangi sampah plasti? Jika hal
itu dilakukan setiap hari, artinya kita turut berperan dalam menjaga bumi.
Sebagai manusia
yang hidup di bumi, sudah sepatutnya menjaga tempat tinggal kita ini. Saya sering
miris melihat orang-orang yang dengan seenaknya buang sampah sembarangan. Saya
pernah bertengkar dengan bapak-bapak yang tidak terima ditegur karena buang
sampah di atas KRL. He said to me: “Biar
petugas kereta ada kerjaannya. Mbak enggak usah sok.” Bawaannya pengin ngamuk
tapi kuhanya bisa mengurut dada. Setidaknya, contoh itu membuat saya tahu harus
mengajarkan apa kepada keponakan yang masih kecil.
@ladyzwolf
Saya baru mengenal Twelvi karena twit dia yang viral soal ‘apa salahnya kalau cewek gemuk memakai baju yang lucu-lucu?’ Saya takjub dengan keberanian Twelvi mendobrak stereotype kalau cewek gemuk hanya boleh memakai baju biasa. Bukankah memilih pakaian yang membuat nyaman dan menarik itu hak semua orang?
Ketika membaca
twit itu, juga stories Twelvi lain
yang membahas soal body positivity, saya sepenuhnya memahaminya.
Saya juga pernah mengalami dipandang aneh oleh orang lain seolah saya alien
yang nyasar ke bumi hanya karena saya suka memakai knee-length boots dan lipstik gelap. Itu cara saya mengekspresikan
diri, lalu apa salahnya dengan itu?
Tidak ada. Twelvi
suka memakai dress lucu. Saya suka
memakai knee-length boots. Orang lain
memiliki preferensi lain yang membuatnya nyaman. Jadi, di mana letak salahnya?
Tidak ada. Kecuali
orang-orang yang bersikap holier-than-thou
yang menganggap ini cara yang salah dalam mengekspresikan diri. Setiap orang
memiliki cara sendiri dalam mengekspresikan diri dan membuat dirinya merasa
nyaman, jadi siapa kita untuk nge-judge
mereka?
Kita bukan
siapa-siapa.
Oh satu lagi,
saya juga takjub dengan Twelvi yang liburan 70 hari, dan membuat saya
terinspirasi untuk melakukan hal yang sama. Mungkin tidak liburan 70 hari, tapi
mewudujkan impian yang selama ini terpendam.
@ikanatassa
I love her books. Jadi, jelas tujuan utama saya follow Ika adalah untuk mencuri ilmu menulis dan memasarkan buku, he-he. ‘Menggunting titik-titik’ di Instagram Ika adalah hal paling menyenangkan untuk dilakukan setiap malam. Namun, dari itu saya bisa belajar satu hal, yaitu stay true to yourself.
Ada satu
pembahasan Ika yang membuat saya meneteskan air mata beberapa hari yang lalu. Ketika
orang dengan entengnya berkomentar tanpa menyadari komentarnya itu bisa
menyakitkan. Seperti Ika yang dihina secara fisik ketika membahas buku. Come on, apa hubungannya?
Tidak ada.
Namun itu
menyadarkan bahwa orang bisa berkomentar tanpa filter dan ketika ditegur malah
bersembunyi di balik ‘gitu doang marah. Baperan lo.’
Kata-kata itu
menyakitkan dan jika ditujukan kepada orang yang salah itu bisa berdampak
parah. Karena itu, body shaming, slut
shaming, skin shaming, apa pun itu, tidak boleh dibiarkan. Komentar yang
kita anggap ringan bisa menusuk seperti pisau bagi orang lain.
Bertahun-tahun
saya menganggap diri saya bodoh hanya karena omongan so-called friend yang bilang saya tidak sepintar dia jadi saya
tidak akan bisa sukses.
Anggap saya
baper, karena bagi saya omongan itu tidak sekadar basa basi, melainkan
memengaruhi kepercayaan diri saya selama bertahun-tahun. Begitu juga dengan
ucapan basa basi ‘kok gendutan?’, ‘kok iteman?’, ‘kok kurusan?’. ‘kok masih
gini-gini aja hidup lo?’ yang sudah sangat ketinggalan zaman. Kita tidak pernah
tahu struggling apa yang dia alami, dan komentar ringan seperti itu malah
menyakitkan.
Think smart, biar terlepas dari omongan
basa basi yang sudah sangat basi ini.
Dari
titik-titiknya Ika saya juga belajar, jika urusan orang lain enggak ada
hubungannya denganmu, enggak usah sok ngerecokin. Berdalih mengingatkan? Well, bisa bicara baik-baik, kan? Juga menghindari
holier-than-thou attitude yang sangat
tidak di tempatnya.
@psychofat
Di daftar ini, mungkin Madam Mita (I called her like that) yang saya kenal secara personal. If you follow her, you’ll be amaze with her experience. Dia salah satu volunteer di World Cup 2018. Hebat, kan?
Namun, yang
jauh lebih menginspirasi adalah karena dia mengingatkan saya bahwa bermimpi itu
tidak mengenal batasan. I told her, ‘aku
umur segini tapi pencapaianku masih belum banyak,’ and she said ‘I got it when I’m 30-ish.’
I used to limit myself. Yup, rasa rendah
diri membuat saya tidak berani untuk melakukan sesuatu yang sifatnya grande
karena saya pikir saya tidak akan pernah mampu. Semakin bertambahnya umur dan
melihat mereka yang jauh lebih muda dari saya dengan sederet prestasi
membanggakan membuat saya semakin ciut.
But she proves me wrong. Tidak ada
batasan dalam meraih apa yang kita cita-citakan. Not our age, our gender, our body, anything. Satu-satunya yang
membatasi kita adalah diri sendiri.
Masalahnya,
itu yang sering saya lupakan, dan dia mengingatkan saya kembali untuk tidak membatasi
diri.
Fly high!
And you, who is the most inspiring people in
your life and what s/he do?
0 Comments:
Post a Comment